Penulis
Intisari-Online.com - Vaksin Pfizer baru-baru ini masuk ke Indonesia dan rencananya akan didistribusikan ke seluruh wilayah Indonesia.
Meski, tahap awal pendistribusian vaksin Covid-19 ini akan diprioritaskan pemberiannya untuk wilayah Jabodetabek.
Seperti yang diungkapkan Plt. Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan RI drg. Arianti Anaya atau yang akrab disapa Ade dalam konferensi pers yang ditayangkan secara virtual melalui YouTube Kemenkes, pada Selasa (24/8/2021).
"Kita akan melakukan pendistribusian ke seluruh Indonesia untuk Pfizer," ujar Ade.
Terkait pendistribusiannya yang diprioritaskan untuk wilayah Jabodetabek terlebih dahulu, dikarenakan sistem logistik vaksin asal Amerika ini yang kompleks dibandingkan dengan jenis vaksin Covid-19 lainnya.
Vaksin Pfizer membutuhkan penanganan dan penyimpanan yang khusus dan harus segera digunakan. Secara spesifikasi, vaksin ini harus disimpan khusus di dalam tempat dengan suhu yang sangat rendah antara –90 hingga –60 derajat celcius.
"Karena Pfizer ini kondisinya harus ditangani dengan -70 derajat celcius, maka kita juga kita harus menggunakan logistik-logistik tertentu dan kita tentunya menempatkan di provinsi-provinsi yang memungkinkan Pfizer ini disimpan dengan baik," kata Ade.
Tapi bagaimana pun, masyarakat Indonesia menyambut gembira kedatangan vaksin Pfizer, pasalnya vaksin ini dinilai punya efektifitas tinggi dalam melindungi dari Covid-19.
Emergency use authorization (EUA) terhadap vaksin Pfizer sendiri resmi diberikan pada Rabu (14/5/2021).
Izin penggunaan darurat vaksin tersebut diberikan BPOM setelah meninjau data hasil uji klinis yang menunjukkan vaksin Covid-19 tersebut secara efektif mencegah Covid-19.
Disebut, orang yang mendapatkan dua dosis vaksin Pfizer, sekitar 95 persen, kecil kemungkinan terkena Covid-19 dibandingkan orang yang tidak mendapat vaksin Covid-19.
Efikasi vaksin tersebut dari kelompok orang berusia 65 tahun dan dengan kondisi medis tertentu atau dengan penyakit penyerta (komorbid).
Sementara pada remaja usia 12 tahun ke atas, vaksin ini menunjukkan 100 persen efektif, yang artinya memberikan perlindungan yang tinggi terhadap Covid-19.
Tapi kabar tak mengenakan terkait vaksin Pfizer baru-baru ini datang dari Selandia Baru.
Selandia Baru melaporkan, apa yang dikatakan pihak berwenang sebagai kematian pertama yang tercatat di negara itu terkait dengan vaksin Covid-19 Pfizer.
Senin (30/8), Kementerian Kesehatan Selandia Baru merilis informasi tersebut setelah peninjauan oleh Dewan Pemantau Keamanan Vaksin Covid-19 Independen tentang kematian seorang wanita setelah menerima vaksin.
Apa yang terjadi pada wanita yang tidak disebutkan usianya itu diungkapkan dewan tersebut.
Dewan menganggap bahwa kematian wanita itu karena miokarditis, yang dikenal sebagai efek samping langka dari vaksin Covid-19 Pfizer, kata pernyataan itu.
Miokarditis adalah peradangan pada otot jantung yang dapat membatasi kemampuan organ untuk memompa darah dan dapat menyebabkan perubahan ritme detak jantung.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan mengatakan, kasus tersebut telah dirujuk ke koroner dan penyebab kematiannya belum ditentukan.
"Ini adalah kasus pertama di Selandia Baru, di mana kematian pada hari-hari setelah vaksinasi dikaitkan dengan vaksin Covid-19 Pfizer," kata Kementerian Kesehatan dalam keterangannya.
Dewan independen, bagaimanapun, menganggap bahwa miokarditis mungkin karena vaksinasi.
Tetapi, Dewan juga mencatat bahwa ada masalah medis lain yang terjadi pada saat yang sama, yang mungkin mempengaruhi hasil setelah vaksinasi.
"Manfaat vaksinasi dengan vaksin Covid-19 Pfizer terus jauh lebih besar daripada risiko infeksi Covid-19 dan efek samping vaksin, termasuk miokarditis," tambah dewan itu.
Sejauh ini vaksin Pfizer/BioNTech, Janssen dan AstraZeneca telah disetujui sementara oleh otoritas Selandia Baru. Namun, vaksin Pfizer adalah satu-satunya vaksin yang telah disetujui untuk diluncurkan ke publik.
Baca Juga: Cek Watak Weton Senin Pon, dari Luar Terlihat Tangguh, Tapi Ternyata Perasa Luar Biasa
(*)