Intisari-online.com -Bagi beberapa orang, fashion mewah dan kelas atas mungkin kalah dengan nilai fungsionalnya.
Banyak wanita yang memilih menggunakan tas kanvas seharga Rp 30 ribu, dibandingkan harus membeli tas bermerk seharga Rp 300 juta.
Tidak heran, tas memang hanyalah kebutuhan tersier bagi sebagian orang.
Namun ada juga yang mampu membeli tas mewah dari merk-merk kelas atas.
Mereka pun memiliki satu atau dua tas mewah tersebut.
Berbicara soal tas mewah, belakangan ini ramai perihal tas mewah ini yang membawa nama para artis.
Ialah Rachel Vennya, Citra Kirana dan Medina Zein beserta tas merk Hermes.
Melansir Tribun Seleb, Medina Zein adalah istri dari Lukman Azhari yang terkenal sebagai kolektor tas branded.
Banyak yang ia tawari tas mewah, beberapa adalah Zaskia Sungkar dan juga Laudya Cynthia Bella.
Namun ternyata tas yang ia tawarkan adalah tas KW.
Kini Rachel Vennya dan Citra Kirana juga mengklaim mendapatkan tas KW padahal mereka ditawari tas Hermes asli.
Akhirnya, utang Medina Zein kepada Rachel Vennya sudah lunas, dan sudah ada klarifikasi dari keduanya.
Namun untuk Citra Kirana belum ada klarifikasi lebih lanjut.
Pemalsuan tas bermerk
Tas merk Hermes terkenal karena menjual eksklusivitas sertai detail tas kulit yang begitu rapi dan indah.
Namun bisnis perdagangan tas bermerk KW atau pemalsuannya malah ternyata lebih subur dari industri tas mewah itu sendiri.
Melansir The Fashion Law, pada musim panas tahun 2011, tas Birkin berwarna merah cerah sedang dibuat di sebuah bengkel di Perancis.
Pada saat itu masih terjadi resesi ekonomi berkepanjangan di Amerika Serikat (AS) akibat Resesi Besar 2 tahun sebelumnya, dan juga ada volatilitas di Eropa, Inggris, dan China.
Semuanya telah membuat investor dan ekonom enggan mengeluarkan uang yang banyak.
Namun siapa sangka demi koleksi tas kulit yang terkenal karena dipopulerkan oleh penyanyi Jane Birkin itu, uang kembali berputar hanya untuk penjualan Hermes Birkin.
Tas berwarna merah darah itu termasuk di antara tas tangan bernilai puluhan juta dolar diproduksi di bengkel-bengkel pinggiran kota Paris yang dibuat untuk memenuhi para pemuja merk dengan kantong tebal.
Saat itu tas itu dilengkapi dengan stempel emas kecil di bagian depan bertuliskan "Hermes Paris Made in France" dan dikemas dalam kotak oranye khas Hermes lengkap dengan pita biru gelapnya, yang sudah digunakan selaam lebih dari 183 tahun.
Namun tidak ada yang tahu, tas yang dirakit saat itu sama sekali bukan barang asli.
Padahal kemasannya sangat mirip dan bahannya juga sama-sama berkualitas tinggi.
Baca Juga: Capai Rp2,8 Miliar, Harga Tas Syahrini Saat Bulan Madu Bisa Beli 10 Rumah di Solo Lho
Namun tas yang muncul di tahun 2011 itu adalah produk dari operasi pemalsuan canggih senilai saat itu USD 22 juta (Rp 3,7 T) yang dilakukan di Perancis tanpa diketahui oleh Hermes sendiri.
Padahal mereka sudah dengan jeli menjaga kualitas barang produk mereka dan juga menjaga agar tidak terjadi pemalsuan.
Rupanya, lebih dari puluhan orang bekerja dengan rajin membangun bisnis pemalsuan yang kecil tapi menghasilkan.
Bengkel-bengkel itu tidak jauh dari bengkel Hermes sendiri, menciptakan tas-tas mirip Hermes yang bahkan tampak sangat asli.
Baca Juga: (Foto) Bak Gudang Fashion, Inilah Lemari Seluas 65 Meter Persegi Milik Sosialita Asal Singapura
Tas-tas itu bukan tas palsu yang dibuat di China dan kemudian dijual murah di Amazon dan pasar loak kumuh, tapi malah dibuat di Perancis dan sebagian bahan yang digunakan malah berasal langsung dari bengkel Hermes.
Mengejutkannya, banyak pegawai Hermes yang malah terlibat dalam bisnis kriminal yang makin besar itu.
Mereka yang menyediakan bahan-bahan asli dan mengawasi pembuatan tas tangan agar hasilnya adalah tas palsu tapi kualitas menyerupai tas asli.
Tahun 2012, ada 80% benda atas nama Hermes dijual di internet adalah barang yang palsu, seperti dikatakan mantan CEO Hermes, Patrick Thomas.
Baca Juga: Inilah 5 Tas Termahal di Dunia, Nomor 1 Harganya Setara dengan 8 Mobil Ferrari
Ternyata penjualan barang palsu ini juga merugikan Perancis, karena tahun yang sama ekonomi Perancis rugi sebesar USD 7,5 miliar dalam bentuk pendapatan yang hilang per tahun.
Jumlah itu malah terus meningkat sampai sekarang.
Tidak hanya itu, operasi pemalsuan barang mewah ini juga semakin canggih setiap tahunnya.
Tidak heran jika barang KW pun ditemui dan menyerupai aslinya.
Sejak saat itulah pemerintah Perancis memutuskan tidak hanya ilegal untuk membuat dan menjual barang palsu, tapi juga membelinya saja menjadi pelanggaran pidana.