Eksploitasi Kain Keffiyeh Tradisional Palestina dengan Harga Jutaan Padahal Tak Pernah Bela Palestina, Merk Terkenal Dunia Ini Dikecam Warganet

Tatik Ariyani

Penulis

Syal yang dijual Louis Vuitton terinspirasi dari Keffiyeh Palestina

Intisari-Online.com -Salah satu merek fesyen terkemuka dunia, Louis Vuitton, mendapat kecaman karena menjual syal desainer mewah yang sangatterinspirasi oleh keffiyeh tradisional Palestina.

Seperti diketahui, keffiyeh adalah simbol nasionalisme Palestina.

Orang-orang kemudian menggunakan media sosial untuk menuduh desainer sebagai perampasan budaya.

Netizen pun mengecamnya karena gagal mengakui makna syal yang dibawa di Palestina.

Baca Juga: ‘Tidak Ada Bedanya, Mereka Semua Jahat!’ Palestina Berikan Pendapat Soal Calon Perdana Menteri Israel yang Akan Gantikan Benjamin Netanyahu

Melansir Middle East Monitor, Jumat (4/6/2021), Louis Vuitton menjual syal dengan harga $705 (sekitar Rp10 juta) ketika barang tradisional yang dibuat di Palestina ini harganya kurang dari lima persen dari harga tersebut.

Louis Vuitton (LV) menggambarkan syal di situs webnya sebagai "terinspirasi oleh keffiyeh klasik dan diperkaya dengan tanda tangan House".

Perusahaan mengklaim syal, yang terbuat dari wol, katun dan sutra, ringan dan lembut, dan "menciptakan suasana santai".

Menulis di Twitter, seorang pengguna mengatakan, "Memanfaatkan orang-orang Palestina yang tertindas adalah hal yang memalukan @LouisVuitton, mengapa Anda tidak berbicara tentang genosida & pembersihan etnis rakyat Palestina."

Baca Juga: 'Saya Sudah Bunuh Banyak Orang Arab, Cara Hadapi Palestina Memang dengan Memukulinya', Inilah Naftali Bennet Calon PM Israel yang Bisa Bikin Rakyat Palestina Makin Menderita

Pengguna lain mengatakan, "@LouisVuitton secara politik netral dalam hal Palestina & Israel, tetapi mereka benar-benar keren dengan menghasilkan uang dari keffiyeh. Sebaiknya ada rencana untuk menyumbangkan hasilnya kepada korban Palestina (sic)."

Merek tersebut juga dikritik karena mengubah warna tradisional hitam dan putih dari hiasan kepala menjadi biru dan putih – warna bendera Israel.

LV merilis penawaran barunya setelah putaran terakhir serangan udara Israel di Jalur Gaza.

Dalam serangan tersebut, setidaknya 255 warga Palestina tewas, termasuk 66 anak - anak dan 39 wanita, dan lebih dari 1.900 lainnya terluka dalam 11 hari serangan udara Israel di daerah kantong yang terkepung.

"Genosida Palestina bukanlah sesuatu yang bisa Anda manfaatkan," tweet satu orang kepada Louis Vuitton. Yang lain berkata: "Hapus ini dari situs Anda segera, itu menjijikkan."

Baca Juga: Baku Tembak KKB Papua dengan Aparat Tewaskan Seorang Kepala Kampung dan 2 Anggota Keluarganya, Warga Minta Penjelasan

"Louis Vuitton tidak mengatakan apa-apa tentang kejahatan terhadap Palestina tetapi ingin membuat "syal yang terinspirasi keffiyeh". Perhatikan di mana kalian menaruh uang kalian,"tulis@ssultanaaaaa.

Segera setelah itu, penulis dan pengacara Khalid Beydoun menunjukkan bagaimana perusahaan kelas atas lainnya, seperti Fendi, juga memonetisasi penindasan.

Syal merek mewah Italia seharga $890 (Rp12,6 juta) juga menghadapi kritik dan tuduhan perampasan budaya setelah merilis syal kasmir keffiyeh.

"Ini lebih merupakan pola daripada insiden yang terisolasi," katanya. "Berhentilah mencoba menyesuaikan, memotong dan mengubah Kaffiyeh."

Baca Juga: Suku Adat Papua Barat Menang, Izin Penebangan Hutan Seluas Negara Belgia Akhirnya Dicabut, Rencana Jadikan Papua Lahan Sawit Terancam Gagal

Pabrik Tekstil Hirbawi, yang menggambarkan dirinya sebagai pabrik keffiyeh terakhir dan satu-satunya di wilayah Palestina, menjuluki syal "bendera Palestina tidak resmi".

Pola yang rumit, menurut situs web pabrik, "dikatakan mewakili jaring ikan, sarang lebah, penyatuan tangan, atau bekas kotoran dan keringat yang menyeka kening pekerja, di antara lainnya."

Baik Louis Vuitton maupun Fendi tidak mengeluarkan pernyataan, namun, keffiyeh tidak lagi dapat ditemukan di situs web Louis Vuitton.

Artikel Terkait