Find Us On Social Media :

Sisa-sisa Janin Kembar Bersama Ibunya yang Kaya Raya Ditemukan di Dalam Sebuah Guci Kremasi Zaman Perunggu dengan Benda-benda Mewah dari Kalangan Elit, Tidak Dijumpai pada Kuburan Wanita Lain

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 30 Juli 2021 | 16:30 WIB

Wanita dengan bayi kembarnya ditemukan di dalam guci Zaman Perunggu.

Intisari-Online.com – Sisa-sisa janin kembar bersama ibunya yang kaya raya ditemukan di dalam sebuah guci kremasi Zaman Perunggu dengan benda-benda mewah dari kalangan elit.

Selama Zaman Perunggu, seorang wanita hamil yang mengandung anak kembar menemui akhir yang tragis.

Di tempat yang sekarang dikenal dengan nama Hungaria, wanita hamil itu meninggal sebelum atau saat melahirkan.

Demikian disampaikan oleh penelitian baru tentang penguburannya.

Baca Juga: Arkeolog Temukan Kapal Kuno dan Tanah Pemakaman di Kota Bawah Laut di Mesir, Tenggelam Akibat ‘Dihajar’ Balok Raksasa dari Kuil Amun yang Terkenal

Wanita itu dan anak kembarnya dikremasi, lalu dimasukkan dalam sebuah guci dengan barang-barang kuburan yang mewah.

Seperti cincin leher perunggu, cincin rambut emas, dan peniti atau jarum tulang, yang menunjukkan bahwa wanita itu adalah seorang elit, menurut peneliti.

Analisis kimia dari gigi dan tulang wanita itu mengungkapkan bahwa dia bukan penduduk lokal, tetapi telah melakukan perjalanan dari jauh, kemungkinan besar menikah dengan komunitas baru.

"Meskipun penampilan luar guci tidak begitu berbeda dari yang lain, objek prestise menunjukkan bahwa wanita itu berdiri di puncak masyarakat atau merupakan bagian dari elit yang muncul," pemimpin peneliti studi Claudio Cavazzuti, asisten profesor di Departemen Sejarah dan Budaya di Universitas Bologna di Italia, mengatakan kepada Live Science melalui email.

Baca Juga: Ditemukan 100 Koin Romawi di Belanda, Kemungkinan Persembahan untuk Perjalanan Aman Lintasi Sungai Saat Lakukan Perdagangan

Para arkeolog menemukan jenazah wanita dan anak kembarnya itu di pemakaman yang berasal dari Zaman Perunggu Hongaria (2150 SM hingga 1500 SM), yang mereka temukan selama penggalian penyelamatan menjelang pembangunan supermarket besar di tepi Sungai Danube, hanya beberapa mil ke selatan dari Budapest.

Dengan 525 pemakaman yang digali sejauh ini, "pemakaman itu adalah salah satu yang terbesar yang dikenal di Hongaria saat ini untuk periode ini," kata Cavazzuti.

Kemungkinan ada beberapa ribu kuburan Zaman Perunggu lagi di daerah itu yang belum digali, tambahnya.

Pemakaman ini berasal dari budaya Vatya, yang berkembang selama Zaman Perunggu Awal dan Pertengahan Hongaria, dari sekitar 2200 SM sampai 1450 SM.

Orang-orang Vatya memiliki budaya yang kompleks, dengan pemukiman yang mendukung pertanian dan peternakan, ekonomi yang diinvestasikan dalam perdagangan lokal dan jarak jauh (yang menjelaskan bagaimana Vatya memperoleh perunggu, emas dan kuning dari berbagai bagian Eropa Tengah, Timur dan Utara), dan benteng yang menguasai sebagian Sungai Danube, kata Cavazzuti.

Untuk mempelajari lebih lanjut tentang mereka yang dimakamkan di pemakaman, Cavazzuti dan rekan-rekannya melakukan analisis mendalam pada 29 pemakaman (26 guci kremasi dan tiga dimakamkan).

Kecuali wanita elit tadi yang dikuburkan bersama si kembar, semua kuburan sampel berisi sisa-sisa hanyalah satu orang.

Sebagian besar kuburan itu berisi barang-barang kuburan sederhana yang terbuta dari keramik atau perunggu.

Sekitar 20 persen dari pemakaman Vatya di situs tersebut berisi barang-barang kuburan logam, tetapi barang-barang prestise, seperti milik wanita elit tadi, jarang ada.

Baca Juga: Sangat Megah, Israel Temukan Bagian Bangunan Baru Dekat Bait Suci Yerusalem, Seperti Apa Itu?

Tiga individu yang terkubur adalah orang dewasa dengan jenis kelamin tak tentu.

Sementara dari orang-orang yang dikremasi, 20 adalah orang dewasa (11 perempuan, tujuh laki-laki, dua belum ditentukan), dua adalah anak-anak antara usia 5 dan 10, dan empat berusia antara 2 dan 5.

Tetapi yang termuda dari yang meninggal adalah si kembar , yang kemungkinan berusia antara 28 dan 32 minggu kehamilan.

Sedangkan wanita elit tadi berusia antara 25 dan 35 tahun ketika dia meninggal, menurut analisis kerangka seperti yang disampaikan para peneliti.

Pengamatan lebih lanjut pada tulang-tulang wanita elit itu menunjukkan bahwa dia dikremasi di atas tumpukan kayu besar yang kemungkinan dibakar selama beberapa jam.

Tetapi ketika api padam, abunya dikumpulkan lebih hati-hati dari biasanya, dengan berat tulang 50% lebih tinggi dari rata-rata, bila dibandingkan dengan penguburan kremasi lainnya, dan disimpan dalam guci awal Vatya yang menarik.

Mengingat bahwa dia dikuburkan dengan janin kembar, wanita itu mungkin meninggal karena komplikasi yang berkaitan dengan persalinan, menurut para peneliti.

Tim peneliti melakukan analisis kimia, yang mengharuskan melihat versi yang berbeda, atau isotop, atau strontium pada gigi dan tulang almarhum.

Daerah yang berbeda memiliki rasio isotop strontium yang berbeda, yang diserap orang dalam air dan makanan yang mereka konsumsi.

Baca Juga: Usianya Mencapai 1.600 Tahun, Mozaik Asal Periode Bizantium yang Mewah dengan Motif Geometri Warna-warni Ini Ditemukan di Kota Israel

Isotop strontium ini kemudian berakhir di tulang dan gigi manusia, memungkinkan para peneliti untuk mengukur dan membandingkannya dengan isotop strontium yang ditemukan di lingkungan.

Sebagian besar dari individu yang dilihat tim memiliki tanda tangan strontium lokal, terutama pria dan anak-anak.

Namun, sebaliknya dengan wanita elit, yang kemungkinan lahir di tempat lain dan pindah ke wilayah tersebut ketika berusia antara 8 dan 13 tahun.

Analisis barang-barang makamnya mengungkapkan bahwa cincin leher perunggu dan cincin emas adalah ‘benda prestise’ yang mirip dengan barang berharga yagn ditemukan di penguburan dan penimbunan lain di Eropa Tengah.

Namun, bukan tidak mungkin bahwa kalung leher dan peniti itu dimaksudkan untuk melambangkan hubungan dengan tanah kelahirannya.

Sedangkan cincin rambut emas, bisa jadi hadiah pernikahan, sebagai wujud identitas lokal yang diperolehkan karena bergabung dengan komunitas baru sebagai kalangan tertinggi.

Wanita lain yang juga dimakamkan di situ, tidak memiliki barang kuburan, namun memiliki tanda tangan strontium dari tempat lain, mungkin dari Danau Balaton di Hungaria barat atau Slovenia tengah.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wanita di Eropa, terutama yang berstatus tinggi, menikah di luar komunitas lokal mereka, setidaknya sejak akhir Neolitik atau Zaman Tembaga (sekitar 3200 SM – 2300 SM).

Selama Zaman Perunggu, masyarakat di seluruh Eropa sebagian besar bersifat patrilokal, artinya laki-laki tinggal di kampung halaman mereka sementara beberapa perempuan yang bepergian dari komunitas yang berbeda untuk menikahi mereka.

Mungkin pernikahan ini sangat penting bagi elit yang muncul, untuk melembagakan atau memperkuat kekuatan politik dan aliansi militer, juga untuk mengamankan rute dan kemitraan ekonomi.

Penelitian tersebut dipublikasikan secara online pada Rabu (28/7/2021) di jurnal PLOS One.

Baca Juga: Arkeolog Belanda Temukan Kuburan Massal Prajurit Inggris Berusia 200 Tahun, yang Meninggal Saat Berusia Antara 14 – 30 Tahun Karena Terserang Penyakit Saat Perang

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari