Find Us On Social Media :

Sisa-sisa Janin Kembar Bersama Ibunya yang Kaya Raya Ditemukan di Dalam Sebuah Guci Kremasi Zaman Perunggu dengan Benda-benda Mewah dari Kalangan Elit, Tidak Dijumpai pada Kuburan Wanita Lain

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 30 Juli 2021 | 16:30 WIB

Wanita dengan bayi kembarnya ditemukan di dalam guci Zaman Perunggu.

Isotop strontium ini kemudian berakhir di tulang dan gigi manusia, memungkinkan para peneliti untuk mengukur dan membandingkannya dengan isotop strontium yang ditemukan di lingkungan.

Sebagian besar dari individu yang dilihat tim memiliki tanda tangan strontium lokal, terutama pria dan anak-anak.

Namun, sebaliknya dengan wanita elit, yang kemungkinan lahir di tempat lain dan pindah ke wilayah tersebut ketika berusia antara 8 dan 13 tahun.

Analisis barang-barang makamnya mengungkapkan bahwa cincin leher perunggu dan cincin emas adalah ‘benda prestise’ yang mirip dengan barang berharga yagn ditemukan di penguburan dan penimbunan lain di Eropa Tengah.

Namun, bukan tidak mungkin bahwa kalung leher dan peniti itu dimaksudkan untuk melambangkan hubungan dengan tanah kelahirannya.

Sedangkan cincin rambut emas, bisa jadi hadiah pernikahan, sebagai wujud identitas lokal yang diperolehkan karena bergabung dengan komunitas baru sebagai kalangan tertinggi.

Wanita lain yang juga dimakamkan di situ, tidak memiliki barang kuburan, namun memiliki tanda tangan strontium dari tempat lain, mungkin dari Danau Balaton di Hungaria barat atau Slovenia tengah.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa wanita di Eropa, terutama yang berstatus tinggi, menikah di luar komunitas lokal mereka, setidaknya sejak akhir Neolitik atau Zaman Tembaga (sekitar 3200 SM – 2300 SM).

Selama Zaman Perunggu, masyarakat di seluruh Eropa sebagian besar bersifat patrilokal, artinya laki-laki tinggal di kampung halaman mereka sementara beberapa perempuan yang bepergian dari komunitas yang berbeda untuk menikahi mereka.

Mungkin pernikahan ini sangat penting bagi elit yang muncul, untuk melembagakan atau memperkuat kekuatan politik dan aliansi militer, juga untuk mengamankan rute dan kemitraan ekonomi.

Penelitian tersebut dipublikasikan secara online pada Rabu (28/7/2021) di jurnal PLOS One.

Baca Juga: Arkeolog Belanda Temukan Kuburan Massal Prajurit Inggris Berusia 200 Tahun, yang Meninggal Saat Berusia Antara 14 – 30 Tahun Karena Terserang Penyakit Saat Perang

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari