Penulis
Intisari-online.com -Tanpa disangka kita telah hidup dengan Covid-19 selama 1 setengah tahun terakhir.
Namun dalam 1 setengah tahun ini, rasanya kita telah bersama Covid-19 selamanya.
Angka kematian terus melonjak, dan jumlah kematian harian semakin bertambah banyak.
Rumah sakit mulai kewalahan menampung pasien, akibatnya banyak pasien yang terpaksa ditolak dan harus menjalani isolasi mandiri di rumah bahkan pasien yang bergejala.
Para pasien yang menjalani isolasi mandiri ini sering mendapat info dari grup WhatsApp mengenai obat-obatan yang bisa memulihkan mereka.
Alhasil banyak yang mulai mengonsumsi obat-obatan itu tanpa resep dokter.
Padahal, obat yang masuk ke tubuh kita harus diperhatikan apakah bisa dikonsumsi secara bebas ataupun perlu resep dokter.
Sedangkan obat-obat yang diketahui pasien dari grup WhatsApp itu sering kali bukan obat generik.
Jika itu diteruskan maka yang terjadi bukanlah kesembuhan pasien, melainkan kondisi yang jauh lebih gawat.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Indonesia sudah menyebut dalam kondisi RS penuh pun para pasien yang diisolasi di rumah harus dimonitor.
Hal ini bisa dengan cara instruksi yang jelas dari tenaga kesehatan.
"Jangan melakukan pengobatan sendiri dengan obat lain tanpa anjuran dari tenaga kesehatan," tegas WHO Indonesia seperti dikutip dari Kompas.com melalui akun Instagram resminya @whoindonesia.
Mengutip Kompas.com, Ivermectin menjadi salah satu obat yang harus dihindari.
Hal ini karena pada daftar obat-obat yang dikeluarkan izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA), BPOM tidak mencantumkan Ivermectin.
Kepala BPOM Penny K Lukito menyebut Ivermectin adalah obat keras yang tidak boleh dibeli secara perseorangan tanpa resep dokter.
Serta, Ivermectin tidak bisa diperjualbelikan tanpa distribusi obat yang baik.
Ternyata larangan penggunaan sembarangan Ivermectin tidak hanya di Indonesia saja.
BPOM Amerika Serikat, FDA, juga melarang penggunaan obat ini.
Ivermectin ternyata sering dipakai di AS untuk mengobati atau mencegah parasit di hewan, seperti mengutip situs resmi FDA.
Mengejutkannya, FDA sudah menerima berbagai laporan pasien yang memerlukan bantuan medis dan dirawat setelah mengobati sendiri dengan Ivermectin yang dipakai untuk kuda.
Perlu diketahui, tablet Ivermectin disetujui hanya pada dosis yang sangat spesifik untuk beberapa cacing parasit, serta ada formulasi di kulit untuk kutu kepala dan kondisi kulit seperti rosacea.
Ivermectin bukanlah sebuah anti-virus (obat untuk melawan virus).
Mengonsumsi dosis besar obat ini berbahaya dan bisa menyebabkan kondisi mematikan.
Jika ada resep Ivermectin yang sudah disetujui BPOM untuk Anda dapatkan, dapatkan dari sumber terpercaya dan minum tepat sesuai yang diresepkan.
Jangan gunakan pengobatan yang ditujukan untuk hewan ke dalam tubuh Anda.
Pengobatan ivermectin di hewan sangatlah berbeda dari yang disetujui untuk manusia.
Manusia yang diobati dengan Ivermectin adalah orang dengan kondisi strongyloidiasis usus dan onchocerciasis, dua kondisi yang disebabkan cacing parasit.
Kemudian ada ivermectin topikal (pada kulit) yang disetujui untuk mengobati parasit eksternal seperti kutu kepala atau rosacea di kulit.
Ivermectin juga digunakan pada hewan untuk mencegah penyakit heartworm dan parasit internal dan eksternal tertentu.
Ivermectin yang ini berbeda dari produk Ivermectin untuk manusia dan aman jika digunakan sesuai resep untuk hewan saja.
Bahaya konsumsi Ivermectin dengan sembarangan
BPOM AS belum meninjau data untuk mendukung penggunaan Ivermectin pada pasien Covid-19 untuk mengobati atau mencegah Covid-19.
Namun beberapa penelitian awal sedang berlangsung.
Jangan pernah mengonsumsi tanpa resep dokter lebih-lebih dalam dosis yang besar.
Hal ini karena Ivermectin yang sudah disetujui digunakan pada pasien ternyata masih dapat berinteraksi dengan obat lain seperti pengencer darah.
Ivermectin juga bisa menyebabkan overdosis, dengan gejala akibatnya adalah mual, muntah, diare, hipotensi (tekanan darah rendah), reaksi alergi (gatal-gatal), pusing, ataksia (keseimbangan tubuh turun), kejang, koma, bahkan menyebabkan kematian.