Find Us On Social Media :

Logikanya Sudah Tidak Bisa Dipahami, Membakar Bendera Israel Dilarang Tapi Membunuh Warga Palestina Bukan Masalah di Negara Gila Israel Ini

By Maymunah Nasution, Senin, 12 Juli 2021 | 21:01 WIB

Karena merasa bersalah atas pembantaian Yahudi oleh Nazi, Jerman di bawah pimpinan Angela Merkel kini mendukung penuh Israel atas serangan ke Palestina

Intisari-online.com - Deputi Menteri Luar Negeri Israel Idan Roll bertemu dengan Dubes Jerman, Susanne Wasum-Rainer pada Senin ini bersamaan dengan kunjungan parlemen Jerman.

Roll berterima kasih dengan tamu Jerman atas dukungan kuat negara mereka kepada Israel selama perlawanan militer besar-besaran terhadap Palestina di Gaza pada 10-21 Mei.

Dukungan tidak terbatas Jerman beserta kerjasama mereka membuat Jerman teman istimewa bagi Israel.

Di antara negara anggota Uni Eropa, Jerman menjadi pemasok senjata terbesar kedua kepada negara penjajah tersebut.

Baca Juga: Usianya Capai 3.500 TahunGranat Tangan Era Tentara Salib yang Ditemukan di Israel Berisi 'Api Yunani' yang Sangat Membakar

Antara 2009 dan 2020, 24% dari senjata Israel diimpor dari Jerman.

Ketika Israel melanggar undang-undang internasional, HAM, prinsip demokrasi dan keyakinan liberal, Jerman secara otomatis mendukung mereka, meskipun hasilnya adalah membunuh ribuan anak kecil dan wanita yang tidak bersalah.

Selama serangan terakhir Israel, Jerman mendukung 'hak membela diri' Israel, meskipun mereka membunuh warga sipil dan menghancurkan bangunan dan infrastruktur sipil.

Fakta bahwa negara penjajah itu sebenarnya tidak berhak mengklaim "pembelaan diri" melawan warga yang mereka jajah diabaikan oleh Jerman, tulis Motasem A Dalloul dalam artikelnya di Middle East Monitor.

Baca Juga: Hizbullah Ungkap Tipu Muslihat Israel dalam Operasi Penyerangan Hamas di Jalur Gaza

Pada 12 Mei, juru bicara pemerintahan Jerman, Steffen Seibert, menolak mengecam pembunuhan 14 anak kecil Palestina oleh Israel.

Ia menyebut pertahanan Palestina sebagai "serangan teroris" dan kelompok pertahanan harus menghentikan aksi mereka melawan Israel sehingga "orang-orang tidak terbunuh".

Seibert mengabaikan serangan pesawat perang Israel di Jalur Gaza.

Ia mengabaikan saat tank-tank Israel menembaki wilayah padat penduduk di seluruh Gaza.

Baca Juga: Sejarah Asal Muasal Konflik Israel-Palestina, Berakar pada 957 SM Ketika Raja Salomo Membangun Kuil Pertama Kerajaan Israel

Ia mengabaikan berminggu-minggu serangan Israel pada umat Islam Palestina yang sedang beribadah sholat Tarawih di Masjid Al-Aqsa selama Ramadan.

Dan warga Yerusalem menghadapi serangan oleh pemukim ilegal yang menyebabkan kelompok pertahanan bergerak.

Di hari yang sama, juru bicara deputi Kementerian Luar Negeri Jerman, Christofer Burger membuat para wartawan mengamuk ketika ia mengatakan warga Palestina tidak punya hak membela diri.

Klaimnya adalah bahwa hak ini dijamin oleh hukum internasional oleh negara berdaulat dan Palestina belum diakui sebagai negara.

Baca Juga: Dilengserkan Musuh Bebuyutannya dari Kursi Perdana Menteri Israel, Begini Jawaban Tak Terduga Benjamin Netanyahu Ketika 'Haters' Teriak Naftali Bennett Harus Mati

Kenyataannya, hukum internasional juga mengatur bagi semua orang yang hidup dalam penjajahan baik secara kolektif maupun individu bahwa mereka punya hak membela diri dan melawan kependudukan militer.

Yang dilakukan Israel adalah kependudukan militer.

Di hari kesepuluh dari serangan Israel, ketika Israel telah membunuh 66 anak kecil, 40 wanita dan 16 lansia dari seluruh korban jiwa Palestina sebanyak 266, Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas bersikeras bahwa "Jerman berdiri dengan Israel dan hak mereka membela diri."

Ia bahkan mengunjungi Israel untuk membuktikan dukungan negaranya tidak terbatas lewat kata-kata saja.

Baca Juga: Khawatir pada Gerak-gerik Hamas, Israel Bakal Sita Akun Hamas yang Digunakan untuk Kumpulkan Mata Uang Kripto, Memangnya Digunakan untuk Apa?

"Saya datang ke Israel untuk tunjukkan solidaritas dan mendukung Israel. Keamanan Israel dan umat Yahudi di sini tidak bisa dinegosiasikan."

Dua hari sebelumnya, Kanselir Jerman Angela Merkel memanggil mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu.

Wanita itu "dengan tajam mengecam serangan roket berkelanjutan dari Gaza kepada Israel dan memastikan solidaritas pemerintahan Jerman kepada PM."

Merkel terang-terangan mengecam kependudukan warga Palestina.

Baca Juga: Israel Akan Sita Akun Hamas yang Digunakan untuk Kumpulkan Mata Uang Kripto Lantaran Disukai untuk Transaksi Gelap

Dukungan verbal Jerman untuk brutalitas Israel dan agresinya melawan warga Palestina didukung oleh pejabat yang mengklaim protes damai selama bendera Palestina dikibarkan dan slogan anti-Israel diserukan adalah termasuk aksi "anti-Semit".

Seruan bagi Israel dihitung sebagai cabang dari hukum internasional yang digambarkan sebagai "ujaran kebencian".

Menurut Seibert, "siapapun yang menggunakan protes semacam itu untuk menyuarakan kebencian mereka terhadap Yahudi melanggar hak untuk protes di Jerman."

Ia menggambarkan protes pro-Palestina yang meningkatkan kesadaran mengenai kejahatan Israel sebagai "protes anti-Semit" dan menekankan bahwa mereka "tidak akan ditoleransi oleh demokrasi kami".

Baca Juga: Kondisinya Seperti Hantu, Inilah Kisah Miris Pria yang Ditahan Israel Tanpa Dakwaan, Terpaksa Mogok Makan Selama 65 Hari Demi Hal Ini

Tutup mata

Jerman telah lama menutup mata terhadap brutalitas Israel terhadap warga Palestina.

Bahkan media mainstream Jerman mengabaikan hal itu.

"Sebagian besar media mainstream Jerman meliput demonstrasi Hari Nakba bahkan tidak menyebut atau menjelaskan kepada para pembaca mengenai apa itu Nakba sebenarnya, dan kelanjutannya dalam bentuk penghapusan etnis dan penyangkalan hak warga Palestina untuk kembali," ujar aktivis dan sosiolog Inna Michaeli.

Baca Juga: Saddam Hussein Licin bak Belut, Agen Spionase Israel Nadav Zeevi hingga Berencana Menguntit Gundik Saddam Hussein dalam Upaya Pembunuhan Sang Diktator

"Berlin, dengan populasi warga Palestina terbesar di Eropa, adalah rumah bagi warga yang keluarganya sudah terbunuh oleh Israel belakangan ini. Unjuk rasa ini sering disebut sebagai 'anti' Israel padahal kenyataannya protes itu 'untuk' membatasi hidup warga Palestina.

Omri Boehm, pengajar filosofi dari Israel di New York mengatakan, "Kapanpun seseorang berupaya menyebut subyek ini, mereka langsung dituduh anti-Semit," ujarnya.

"Sulit menyatakan fakta. Contohnya, bahwa dalam batas Israel, tiga juta warga Palestina hidup dalam hukum militer brutal tanpa dikenali sebagai warga Israel. Jerman tidak ingin melihat hal itu."

Dukungan Jerman kepada Israel perlu ditunjukkan mundur pada awal 1950-an ketika perbaikan dibayarkan kepada negara sebagai "pewaris" dari korban Holocaust yang tidak punya keluarga yang selamat.

Baca Juga: ‘Sumber Kepuasan yang Luar Biasa Bagi Saya’ Inilah Adolf Eichmann, Tukang Jagal Orang Yahudi Sekaligus Arsitek Jahat Holocaust Saat Perang Dunia II, Tapi Mudah Disuap dengan Benda Berharga Ini!

Miliaran uang Jerman lari dalam berpuluh-puluh tahun itu, digunakan membangun Israel sebagai negara.

Faktanya, warga Palestina tidak bisa menguasai pemerintahan adalah karena kekalahan mereka yang memalukan kepada pemerintahan Jerman.