Find Us On Social Media :

Warga Se-Indonesia Wajib Tahu, Kita Sudah Punya Lima Penyakit Endemik Mematikan, Akankah Covid-19 Jadi Endemik Juga? Seperti yang Terjadi di Singapura

By Muflika Nur Fuaddah, Senin, 28 Juni 2021 | 16:33 WIB

Covid hari ini

Intisari-Online.com - Pemerintah Singapura meyakini bahwa virus corona tidak bisa lenyap dan akhirnya menjadi endemik.

Itu berarti, SARS-CoV-2 tidak akan hilang dan akan terus ada di sekitar manusia dan populasi global selama beberapa tahun ke depan.

Oleh karenanya, “Negeri Singa” berencana menyiapkan cetak biru alias blueprint agar warganya hidup dengan Covid-19.

Blueprint tersebut disusun untuk mempersiapkan warga Singapura dapat beraktivitas normal dengan Covid-19 tanpa harus menjalani karantina dan lockdown.

Baca Juga: 'Kita Benar-benar Sudah Runtuh', IDI Jabar Beberkan Kondisi Fasilitas Kesehatan saat Ini, Bisa Makin Buruk Jika Pemerintah Tak Segera Berani Lakukan Ini

Meski sekarang virus corona masih menjadi pandemi global sejak diputuskan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 11 Maret 2020.

Namun pejabat WHO menyebut, di masa depan Covid-19 bisa jadi akan menjadi penyakit endemik.

Direktur Eksekutif Program Kedaruratan Kesehatan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Dr. Michael Ryan, mengatakan, Covid-19 kemungkinan tidak akan pernah sepenuhnya hilang.

Hal itu disampaikannya saat konferensi pers virtual WHO, pada Rabu (24/2/2021).

Baca Juga: Percuma Mati-matian Menyangkal, China Terbukti Gagal Lakukan '45 Menit Kritis' Ini pada Pasien Nol Hingga Bikin Virus Corona Menyebar Tak Terkendali

Terlepas dari itu, saat ini Indonesia juga sudah punya 5 penyakit endemik dengan tingkat kematian tinggi:

1. Malaria

Penyakit malaria memiliki beberapa gejala yang mirip dengan Covid-19 seperti demam, sakit kepala, dan nyeri otot.

Sehingga prosedur layanan malaria untuk menjaga agar tidak terjadi peningkatan kasus malaria pada saat pandemi Covid-19 selalu mengacu pada protokol pencegahan virus corona.

Baca Juga: Sampai Libatkan Besi Panas, Suku di Negara Tetangga Indonesia Ini Hukum Seorang Istri Secara Tak Manusiawi Setelah Suaminya Tewas karena Covid-19, Tuduhan 'Mistis' Ini Penyebabnya

Selain itu penyakit malaria akan semakin memperberat kondisi seseorang yang juga terinfeksi Covid-19.

Dituliskan Kemenkes pada 28 April 2018, situasi malaria di Indonesia menunjukkan masih terdapat 10,7 juta penduduk yang tinggal di daerah endemis menengah dan tinggi malaria.

Daerah tersebut terutama meliputi Papua, Papua Barat, dan Nusa Tenggara Timur.

2. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Baca Juga: Pantas Rumah Sakit di Indonesia Nyaris Kolaps, Ternyata Virus Corona Varian Delta Bisa Menular Saat Orang Berpapasan, Hanya dalam Waktu 10 Detik Saja!

Demam Berdarah Dengue (DBD) banyak ditemukan di daerah tropis dan sub-tropis.

Data dari seluruh dunia menunjukkan bahwa Asia menempati urutan pertama dalam jumlah penderita DBD terbanyak setiap tahunnya.

Sementara itu, sejak tahun 1968 hingga 2009, WHO mencatat negara Indonesia sebagai negara dengan kasus DBD tertinggi di Asia Tenggara.

Jumlah penderita dan luas daerah penyebarannya semakin bertambah seiring dengan meningkatnya mobilitas dan kepadatan penduduk.

3. TBC

TBC atau Tuberkulosis merupakan penyakit menular yang disebabkan adanya kuman Mycobacterium Tuberculosis yang masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan.

TBC menjadi penyakit infeksi yang menular, juga dapat menyerang organ tubuh, terutama paru-paru, untuk itu perlu penanganan serius.

Penyakit Tuberkulosis (TBC) adalah masalah kesehatan terbesar di dunia setelah HIV. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO) di Indonesia kasus TBC mencapai angka 1.000.000 kasus.

Baca Juga: Kecolongan Lagi! Pantas Kasus Virus Corona di Indonesia Meroket Tajam, 9 Orang Positif Tapi Masih Bisa Naik Pesawat, 2 Penumpang Malah Gunakan Surat PCR Palsu

Sedangkan, jumlah kematian akibat penyakit ini diperkirakan mencapai 110.000 kasus per tahun.

Pengobatan TBC harus tepat dan cepat, karena kuman-kuman TBC akan menjadi kebal terhadap pengobatan biasanya disebut Tuberculosis Multi-drug Resistant (TB MDR) atau Tuberculosis Extensively-drug Resistand (TB XDR).

Adapun success rate pengobatan penyakit ini di Indonesia mencapai 90 persen pasien TB, yang berarti 90 pesen pasien penderita Tuberkulosis yang diobati dapat disembuhkan.

4. Demam Chikungunya

Gejala klinis demam Chikungunya mirip dengan gejala demam berdarah dengue seperti demam mendadak, menggigil, muka kemerahan, mual, muntah, nyeri punggung, nyeri kepala, Fotofobia, dan timbul bintik-bintik kemerahan terutama di daerah badan.

Nyeri sendi terutama di sendi siku, lutut, pergelangan kaki, serta sendi-sendi kecil di pergelangan tangan dan kaki yang berlangsung beberapa hari sampai satu minggu, menjadi gejala yang sangat spesifik untuk penyakit ini.

Baca Juga: Negaranya Siap-siap Dihantam Gelombang 3 Virus Corona, 2.500 Warga India Malah Tertipu Vaksin Palsu Covid-19, Isinya Langsung Bikin Ngeri

Meskipun tak menimbulkan kematian, serangan penyakit yang ditularkan oleh nyamuk Aedes Aegypti dapat menimbulkan kepanikan dan ketakutan masyarakat.

Masa inkubasi demam Chikungunya berada di kisaran 3-11 hari, dan terbanyak 2-4 hari.

Di masa ini, penderita seolah-olah menjadi lumpuh dan sakit ketika bergerak.

5. Diare

Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di Indonesia, karena morbiditas dan mortalitasnya yang masih tinggi.

Kejadian Luar Biasa (KLB) diare juga masih sering terjadi, dengan CFR yang masih tinggi. Pada tahun 2008 terjadi KLB di 69 kecamatan di Indonesia dengan jumlah kasus 8133 orang, kematian 239 orang (CFR 2,94 persen).

Tahun 2009 terjadi KLB di 24 kecamatan dengan jumlah kasus 5.756 orang, kematian 100 orang (CFR 1,74 persen).

Baca Juga: Varian Covid-19 Seluruh Dunia Berkumpul di Jakarta Sebabkan Krisis Tenaga Kesehatan, Pandemi Kapan Usai?

Sedangkan di tahun 2010 terjadi KLB diare di 33 kecamatan dengan jumlah penderita 4204 dengan kematian 73 orang (CFR 1,74 persen).

Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT), Studi Mortalitas dan Riset Kesehatan Dasar dari tahun ke tahun diketahui bahwa diare masih menjadi penyebab utama kematian balita di Indonesia.

Penyebab utama kematian akibat diare merupakan tata laksana yang tidak tepat baik di rumah maupun di sarana kesehatan, sehingga untuk menurunkan kematian lantaran diare, diperlukan tata laksana yang cepat dan tepat.

(*)