Find Us On Social Media :

Ada di Lambang Negara Timor Leste, Inilah Gunung Tatamailu yang Bantu Rakyat Timor Leste dari Masa Penjajahan hingga Invasi Indonesia, Kini Jadi Penghalang?

By Khaerunisa, Jumat, 11 Juni 2021 | 07:00 WIB

Gunung Tatamailu di Timor Leste.

Intisari-Online.com - Gunung Tatamailu, puncak tertinggi Timor Leste, menjadi inti dari lambang negara Timor Leste.

Pada lambang negara tersebut, Gunung Tatamailu yang dikenal juga sebagai Gunung Ramelau, diwakili segitiga berwarna hitam dengan dilapisi garis warna kuning dan merah.

Gunung Tatamailu punya peran penting dalam sejarah Timor Leste.

Dengan geografisnya yang sulit dengan wilayah pegunungannya, membantu Timor Leste dalam melewati masa penjajahan hingga invasi Indonesia.

Baca Juga: Langsung Tampil Bak Pahlawan, Ternyata Australia yang Beri Bantuan untuk Pembangunan Gedung Parlemen Timor Leste di Awal Kemerdekaan, padahal Begini Sejarah Masa Lalu Keduanya

Seperti diketahui, Timor Leste memiliki sejarah panjang penjajahan oleh bangsa lain sebelum akhirnya merdeka melalui referendum pada tahun 1999 dan secara resmi diakui internasional tahun 2002.

Bahkan, wilayah Timor Leste pernah menjadi medan pertempuran Perang Dunia II, di mana Pasukan Sekutu berperang melawan Jepang di sana.

Selain menjadi medan yang membantu selama menghadapi pertempuran dengan bangsa lain, geografis Timor Leste yang demikian juga menjadi sumber kekayaan alam negara muda ini.

Berharganya Gunung Tatamailu dan kondisi geografis wilayah ini pun disadari oleh rakyat Timor Leste sebagai sebuah anugerah. Namun, apakah selalu merupakan anugerah?

Baca Juga: Paramarimbo, Ibu Kota Suriname yang Ternyata Punya Sejarah Panjang Dikuasai Sejumlah Bangsa Eropa

Melansir artikel The Diplomat yang oleh Edward Cavanouh, pegunungan telah lama menjadi tempat perlindungan bagi orang Timor.

Selama empat abad kekuasaan Portugis, para penjajah nyaris tidak menjelajahi pedalaman.

Dilaporkan, seorang warga mengatakan kepada Cavanouh bahwa selama pemerintahan mereka, Portugis hanya berhasil membangun beberapa kilometer jalan.

Penjelajahan mereka di pulau itu sangat minim sehingga baru pada awal abad ke-20, menurut penulis Tanah Tercinta Gordon Peake, orang Portugis memetakan seluruh pulau.

Baca Juga: Bongkar Rahasia Dapur Negara Dengan Militer Terkuat di Dunia, Ini Dia Jumlah Uang yang Digelontorkan Negara-Negara Terkuat di Bumi Untuk Menyediakan Senjata Nuklir

“Bahkan pada paruh kedua abad ke-19, kurang dari 100 penjajah tinggal di luar kota ... selama berabad-abad, tidak ada yang tampak yakin bahkan di mana pulau itu berakhir.”

Setelah Portugal meninggalkan Timor Leste dan giliran pasukan Indonesia menginvasi wilayah ini, gunung-gunung kembali menjadi tempat berlindung yang aman bagi rakyat Timor Leste.

Timor Leste diinvasi pada tahun 1975 dan menjadi bagian wilayah Indonesia, tapi pelawanan terus dilakukan oleh rakyat Timor Leste pro-kemerdekaan.

Selain kegigihan mereka melakukan perlawanan selama 24 tahun, sebagian besar yang membuat mereka bertahan juga karena tantangan yang ditimbulkan oleh medan wilayah tersebut.

Baca Juga: UtangnyaTembus Rp70 Triliun Dan Bisa Bertambah Rp1 Triliun Setiap Bulannya, Terkuak Inilah Biang Kerok Garuda Indonesia Punya Utang Menumpuk Sampai Disebut Terancam Bangkrut

Tetapi dikatakan, hubungan Timor-Leste dengan geografinya rumit.

Sejak lama menjadi pendukung kemerdekaan Timor Leste, pegunungan di pulau itu sekarang menjadi musuh utama dalam upaya Dili untuk menghubungkan bangsa itu.

Dilaporkan, pada tahun 2011, tinjauan Kementerian Keuangan dan Bank Dunia mengidentifikasi bahwa hanya 20 persen jalan Timor-Leste yang dapat dilalui kendaraan roda dua.

Sementara 54 persen jalan tambahan secara teoritis dapat dilewati tanpa penggerak empat roda, tinjauan tersebut mengakui bahwa “kondisinya sangat buruk sehingga kemungkinan besar menyebabkan kerusakan

Baca Juga: Israel Siapkan Je-jet Tempur Siluman F-35 Latihan Militer, Akan Dipakai sebagai Senjata Pamungkas untuk Menggempur Siapa?

Edward mengungkapkan, perjalanan yang sulit ke pegunungan Timor Leste merupakan perjalanan yang menyenangkan baginya, tapi tidak begitu untuk warga Timor Leste.

"Bagi penduduk setempat, itu adalah beban yang brutal. Untuk sebuah negara yang putus asa untuk meningkatkan status ekonominya, kurangnya infrastruktur dan aksesibilitas adalah rem tangan yang melemahkan kemajuan," tulisnya.

Sementara itu, mengatasi kerugian topografi Timor-Leste membutuhkan investasi yang sangat besar.

Menurutnya, akan dibutuhkan upaya besar untuk menjinakkan geografi Timor yang pantang menyerah.

Baca Juga: Menguak Kehidupan Penjinak Bom di Gaza, Tangani Ribuan Bom yang Tak Meledak dengan Peralatan Sederhana dan Tanpa Pelindung, 'Setiap Hari Bisa Menjadi Hari Terakhirmu'

(*)