“Saya tahu kami akan menuju kebebasan, itu adalah hal yang luar biasa,” kata Lay.
Namun, perayaan dengan cepat berubah menjadi horor ketika milisi yang didukung Indonesia mengamuk dengan kekerasan di seluruh negeri, menewaskan ratusan orang dan meratakan ibu kota, Dili.
Lay merasa tidak berdaya, ketika menonton itu dari berita di rumahnya di Australia.
"Orang-orang telah berjuang dan menderita selama 24 tahun, mereka mulai melihat kehidupan baru, dan kemudian mereka kehilangan nyawa," katanya.
Ketika kekerasan meningkat, publik Australia bereaksi, dengan demonstrasi massal di seluruh negeri.
Lay mengatakan bahwa protes publiklah yang mendorong Pemerintah Australia untuk mengirim pasukan penjaga perdamaian.
"Orang-orang datang dari setiap lapisan masyarakat, mereka menunjukkan kebaikan dan persahabatan mereka," kata Lay, menambahkan bahwa persahabatan yang membantu mendorongnya untuk menjadi warga negara Australia.
“Saya selalu ingin kembali ke Timor Leste, tetapi anak-anak dan keluarga saya ada di sini.
"Australia sekarang adalah rumah saya."