Find Us On Social Media :

Konflik Indonesia-Belanda (1945-1949): Nekat Lakukan Agresi Militer, Belanda Malah Kehilangan Dukungan Sekutunya hingga Dihujat Negara-negara di Dunia

By Khaerunisa, Senin, 26 April 2021 | 18:45 WIB

Rumah Pengasingan Bung Karno di Berastagi saat terjadi konflik Indonesia-Belanda.

Baca Juga: Geram Alutsista yang Buruk Terus Makan Korban, Komandan KRI Nanggala-402 Heri Oktavian Sampai Sebut Banyak Prajurit Berwatak 'Asal Bapak Senang' Hanya Demi Dapatkan Ini

Mengutip The United State-Indonesia Society, AS awalnya mendukung pendudukan Eropa di wilayah Asia Tenggara. Begitu pula terhadap pendudukan Belanda di Indonesia.

Dikatakan, bahwa sebelum tahun 1947, kebijakan AS terhadap kemerdekaan Indonesia dapat digambarkan sebagai 'ketidakpedulian yang jinak'.

AS pada tahun-tahun itu lebih mementingkan pemulihan ekonomi Belanda di Eropa daripada status koloni Belanda.

Namun, kemudian dengan 'Aksi Polisi' Belanda di Hindia-belanda yang dikenal juga dengan Agresi Militer Belanda I, pada Juli 1947, situasi mulai berubah.

Baca Juga: Sejarah Timor Leste Pernah Diinvasi Indonesia di Era Orde Baru, Tak Disangka Begini Sosok Presiden Soeharto di Mata Tokoh Timor Leste Ini

Saat agresi militer yang pertama itu, AS masih condong membela sekutunya, dengan kebijakan "Belanda harus mempertahankan saham yang cukup besar di Hindia Belanda" ketika setuju untuk menjadi kepala Komisi Jasa Baik PBB.

Namun setelah agresi kedua, AS mulai lebih menekan Belanda dengan bantuan Marshall Plannya.

Mengutip Strategic Review, Hanya setelah tindakan polisi Belanda kedua pada bulan Desember 1948 itu, para pembuat kebijakan Amerika mulai mengubah kesetiaan mereka.

Dikatakan, bahkan Washington bergerak tersendat-sendat dan sering kali dengan enggan, tidak termotivasi oleh idealisme atau altruisme daripada oleh faktor-faktor yang lebih nyata.