Penulis
Intisari-online.com -Sebagai sosok perkasa yang diklaim bisa melakukan apa saja, Vladimir Putin ternyata memiliki kelemahan.
Ini tidak terkait dengan dirinya pribadi, tapi strateginya banyak yang kurang berhasil atau tidak terlaksana dengan baik.
Bahkan salah satu aksi yang paling mengerikan oleh Rusia, mencaplok Krimea, tidak mulus.
Dilansir dari Bloomberg, darurat kekurangan air bersih di Krimea menyerap miliaran rubel dari uang pajak Rusia.
Rusia berupaya menyelesaikan masalah kekurangan air di semenanjung itu.
Kini, permata Laut Hitam Putin lama-lama tampak seperti halangan besar.
Krisis air Krimea berasal ketika Ukraina merusak Kanal Krimea Utara tujuh tahun yang lalu, tepat ketika Krimea dicaplok oleh Rusia.
Setelah itu, Ukraina telah berhasil memotong sumber hampir 90% air bersih wilayah itu dan Krimea menjadi seperti berada di tahun sebelum 1960-an.
Hampir sebagian besar Krimea layaknya gurun.
Tahun lalu, ada kekeringan parah dan peningkatan suhu drastis dan bertahun-tahun kekurangan investasi dalam pipa dan pengeboran sumur, dan lahan-lahan mulai kering.
Sementara di ibukota Simferopol dan lainnya, air telah dijatah.
Krimea telah menjadi alat politik paling menguntungkan Putin, ketika ada demonstrasi yang menghancurkan hubungan baik Ukraina-Rusia, ia berhasil mengambil kembali wilayah milik Moskow selama berabad-abad lamanya tapi menjadi milik Ukraina yang merdeka sejak 1991.
Pencaplokan wilayah yang setara dengan kurang dari 0,2% total wilayah Rusia membantu mengangkat popularitas nasional Putin di tahun tersebut dan seterusnya.
Namun kini popularitas itu sirna.
Warga Krimea yang dulu semangat bergabung dengan Rusia di tahun 2014 kini kesulitan dengan gagalnya nasionalisasi yang luas dan terkadang tidak sesuai keinginan mereka.
Kini ditambah dengan krisis virus Corona, dan sumber air yang kering.
Harga bahan pangan di sana juga mahal meskipun sudah dibangun jembatan di atas Selat Kerch menghubungkan ke Rusia, menyebabkan dana pensiun dan gaji habis untuk biaya makan sehari-hari.
Poling pendapat sulit didapat, tapi bukti anekdot tunjukkan jika warga mulai frustrasi.
Dengan Rusia terus-terusan menghabiskan uang untuk Krimea artinya keuangan mereka tidak seimbang.
Mereka sudah menderita di sektor ekonomi yang diperlambat oleh sanksi negara Barat akibat pencaplokan Krimea dan dosa mereka yang lain.
Serta karena keputusan Kremlin untuk fokus pada stabilitas daripada pertumbuhan, membatasi bantuan gaji era pandemi.
Krisis 2020 seperti halnya krisis 2014-2015, telah menyakiti ribuan rumah tangga di Rusia.
Tidak tanggung-tanggung, biaya menghidupi Krimea 5 tahun pertama setelah pencaplokan adalah total 1,5 triliun rubel.
Angka itu setara dengan kisaran kasar dana pendidikan Rusia dua tahun, menurut salah satu mantan pejabat bank sentral.
Jika dihitung, 1,5 triliun rubel saat itu setara dengan 20 miliar Dolar AS saat ini.
Tahun ini, subsidi, hibah dan dana bantuan sendiri akan menambah sekitar 1,4 miliar Dolar AS dan harga pangan akan terus meroket.
Air memang bukan satu-satunya masalah yang kurang, tapi krisis air menjadi satu-satunya yang paling sulit diselesaikan, terutama sejak presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy bertekad mendapatkan Krimea kembali.
Tanpa air dari sungai Dnieper, lahan Krimea menyusut, dari 130 ribu hektar tahun 2013 yang sudah hasil pecahan Soviet, menjadi 14 ribu hektar saja di tahun 2017.
Tanaman pangan butuh air banyak seperti padi sudah tidak ditanam lagi.
Satu-satunya harapan adalah dibukanya kembali kanal agar mengaliri Krimea, tapi hal itu tidak akan terjadi selama Krimea masih dikuasai oleh Putin.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini