Bukan di Ukraina, Militer Rusia Justru Lakukan Serangan Militer Sengit Melalui Udara Hingga Tewaskan 200 Orang di Negara Ini

Afif Khoirul M

Penulis

Helikopter terbang di atas kota kuno Palmyra pada tahun 2017.

Intisari-online.com - Saat ini gejolak di Donbass menujukkan situasi yang cukup mencekam.

Ukraina dan Rusia sama-sama dalam kondisi siap tempur dan kini kedua negara diambang peperangan.

Menurut laporan Rusia juga telah mengerahkan pasukan militernya secara masiv ke wilayah tersebut, hingga membuat NATO ketar-ketir.

Selain itu gejolak tersebut, juga membuatnya menjadi sorotan negara-negara di seluruh dunia.

Baca Juga: Bagikan Donasi Hampir Rp2 Miliar untuk 5 Negara Islam, Mesut Ozil Secara Khusus Kirim Ini untuk Umat Muslim Indonesia

Bahkan Presiden Amerika Joe Biden telah menghubungi Presiden Rusia Vladimir Putin untuk membicarakan masalah ini secara langsung.

Namun, saat mata seluruh dunia tertuju pada konflik di Ukraina, tanpa diduga militer Rusia melakukan serangan di negara ini.

Menukil 24h.com.vn, pada Selasa (20/4/21), Rusia melancarkan serangan sengit melalui udara di Suriah.

Menurut laporan itu setidaknya ada 200 musuh yang tewas oleh serangan Rusia hanya dalam beberapa menit.

Baca Juga: Seakan Perang Tak Bisa Ditawar Lagi, Mantan Jenderal Ukraina Ini Bocorkan Syarat Mutlak Agar Ukraina Tak Segan Lagi Lakukan Serangan ke Donbass, Tak Peduli Walau Kalah Telak dari Rusia

Jet tempur angkatan udara Rusia telah mengirimkan serangan udara sengit, kata Mayor Jenderal Alexander Karpov, kepala Pusat Rekonsiliasi Nasional Suriah untuk Rusia, pada Rabu.

Dalam balasan konferensi pers, Karpov mengatakan pasukan Rusia telah menerima informasi rahasia tentang "pangkalan pemberontak terselubung di timur laut kota Palmyra."

Orang-orang bersenjata teroris dari daerah ini menyebar ke mana-mana, menyebabkan serangan berdarah.

Teroris juga menggunakan pangkalan tersebut sebagai tempat membuat bahan peledak.

Karpov menekankan bahwa posisi pasti teroris diidentifikasi oleh pasukan Rusia dan kemudian dihancurkan oleh serangan udara.

"Akibatnya, dua barak, 200 pemberontak, 24 pickup bersenjata senapan mesin berat, serta 500kg amunisi dan bahan yang digunakan untuk membuat alat peledak, dihancurkan," kata Karpov.

Menurut mayor Rusia, pemberontak merencanakan serangan teroris terhadap badan-badan pemerintah Suriah di kota-kota besar.

Baca Juga: Ukraina yang Terancam Tapi Eropa Ikutan Ketakutan, Terkuak Citra Satelit Ini Ungkap Aktivitas Militer Rusia di Perbatasan hanya Dalam Waktu Singkat

Tujuannya untuk menyebabkan kekacauan sebelum pemilihan presiden Suriah, yang dijadwalkan pada 26 Mei.

Teroris dilatih di barak ini, yang berada di luar kendali tentara pemerintah Suriah.

Pasukan kedirgantaraan Rusia telah memainkan peran kunci dalam misi kontraterorisme di Suriah sejak 2015, termasuk kemenangan besar atas ISIS.

Palmyra adalah kota kuno dengan sejarah yang luar biasa, pernah menjadi salah satu kota terkaya di zaman Romawi.

Teroris ISIS menguasai Palmyra pada 2015, menghancurkan banyak bangunan bersejarah.

Pada Maret 2017, tentara pemerintah Suriah, dengan dukungan Rusia, mendapatkan kembali kendali atas kota tersebut.

Artikel Terkait