Find Us On Social Media :

Ribuan Rakyat Sulawesi Selatan Dibantai ketika Terjadi Konflik Indonesia-Belanda, Bahkan 75 Tahun Kemudian Masih Ada Keluarga Korban yang Menggugat hingga Belanda Bayar Ganti Rugi

By Khaerunisa, Kamis, 1 April 2021 | 18:10 WIB

Monumen korban 40.000 jiwa di Galung lombok Tinambung Polewali Mandar, Sulawesi Barat.

Baca Juga: Konflik Indonesia-Belanda Membuat Presiden Soekarno Diasingkan ke Daerah Terpencil, Ini 3 Tempat Pengasingan Bung Karno dan Kisahnya

Melansir Kompas.com, Dalam Tragedi Patriot dan Pemberontak Kahar Muzakkar (2010), dijelaskan Belanda hendak mendirikan Negara Indonesia Timur (NIT) dengan Makassar sebagai ibu kotanya.

Sementara pemberontak adalah kelompok nasionalis atau republikein, rakyat revolusioner yang mendukung kemerdekaan Republik Indonesia.

Menurut cerita yang dituturkan Maarten Hidskes, putra Piet Hidskes, anggota DST, dalam buku Di Belanda Tak Seorang Pun Mempercayai Saya: Korban Metode Westerling di Sulawesi Selatan 1946-1947 (2018), Westerling memulai operasinya pada 11 Desember 1946.

Kedatangan Westerling mencari para pendukung kemerdekaan yang melawan Belanda. Ia menanyakan siapa saja yang ikut Wolter Monginsidi memberontak.

Baca Juga: Kisah James, Pria Pemburu Tikus Rumah dan Kecoak, Bekerja Membantu Orang pada ‘Saat Mereka Membutuhkan’, Tak Banyak Orang Iri dengan Pekerjaannya!

Di hadapan penduduk, mereka yang dicurigai dan dituduh, ditembak mati di tempat.

Kekejaman itu mengawali operasi Westerling selama tiga bulan ke depan.

Para pria dan pemuda diminta mengakui keterlibatan mereka dalam perlawanan terhadap Belanda.

Di depan keluarga, mereka disiksa sebelum akhirnya ditembaki. Rumah-rumah dibakar dan diledakkan dengan granat.