Find Us On Social Media :

Baru Dilantik, Presiden Ini Harus Siap-siap Negaranya Gulung Tikar, Proyek Tiongkok yang Juga Dilakukan di Indonesia Ini Jadi Penyebabnya, Jebakan Utang China di Negaranya Terburuk Seantero Asia

By Maymunah Nasution, Selasa, 23 Maret 2021 | 20:13 WIB

Presiden baru Laos, Thongloun Sisoulith (kanan) bersama dengan Presiden China Xi Jinping. Ia menghadapi tantangan besar menjabat presiden di tengah kebangkrutan Laos karena utang China

Intisari-online.com - Laos baru saja menunjuk presiden baru, seperti dilaporkan dari Anadolu Agency.

Parlemen Laos Senin lalu menunjuk presiden baru untuk salah satu negara anggota ASEAN itu.

Pemungutan suara dilakukan setelah pembukaan badan legislatif kesembilan Laos dari Majelis Nasional Lao, di ibukota Vientiane pagi ini.

Thongloun Sisoulith (75) sebelumnya menjabat sebagai perdana menteri Laos sejak April 2016.

Baca Juga: 10 Militer Paling Miskin di Dunia Tahun 2021, Laos Masih Ada dalam Daftar Ini!

Ia akhirnya dipilih menjadi kepala negara selama sesi parlemen, dilaporkan dari Vientiane Times.

Ia menggantikan Bounnhang Vorachith.

Setelah ia dilantik, tantangan sudah menghadangnya.

Laos adalah satu negara di Asia Tenggara dengan utang luar biasa ke China.

Baca Juga: Hanya Karena Diberi Label Ini oleh PBB, Siapa Sangka Laos Rela Jor-joran Utang ke China sampai Ekonominya Berada di Ambang Kebangkrutan

Melansir World Politics Review, pemilihan Sisoulith sudah dilaksanakan sejak pertengahan Januari lalu.

Banyak anggota partai mempertimbangkan Sisoulith sosok yang kuat, dengan pengalaman yang panjang di peran seniornya, termasuk jadi menteri luar negeri dari 2006 sampai 2016.

Saat dipromosikan jadi perdana menteri, ia mengkampanyekan pelaksanaan anti-korupsi, tapi hal itu hanya jadi gertakan semata.

Para elit partai dan pemilik firma besar masih tidak tersentuh dan tetap bisa korupsi.

Baca Juga: Punya Militer Paling Miskin di Dunia, Negara Asia Tenggara Ini Juga Kena 'Jebakan' Utang China, Kekuatan Militernya Bertahan dengan Bantuan Negara Ini yang Justru Berisiko Membuatnya Jadi 'Medan Perang'

Sementara itu, utang dengan China tidak bisa diabaikan lagi.

Kedua negara memiliki hubungan yang tumbuh selama 10 tahun terakhir, selain karena sistem komunisme, tapi juga karena ekonomi.

Tahun lalu, Presiden China Xi Jinping berbicara mengenai "hubungan pekerjaan yang dekat dan persahabatan mendalam" selama telepon dengan mantan presiden Vorachith, menurut media sosial resmi China.

Xi juga berbicara dengan Sisoulith seminggu setelah kongres partai Januari lalu, menjanjikan kerjasama lebih jauh mengenai investasi infrastruktur di bawah Belt and Road Initiative China dan menawarkan mengirimi Laos dengan vaksin Covid-19 dari China.

Baca Juga: Jebakan Utang China Kembali Makan Korban, Negara Kecil Kaya Sumber Daya di Asia Tenggara Ini Pasrah Serahkan 'PLN' Miliknya karena Gagal Bayar Utang

Keuangan China menjadi kunci pusat pemerintahan ambisius Laos untuk mengubah "negara terkunci menjadi negara terhubung" melalui jalur kereta api cepat Kunming-Vientiane, dan menjadi "baterai Asia Tenggara" dengan mengekspor listrik dari pembangkit listrik dari bendungan.

Didorong dengan proyek itu, visi 2030 dari Vientiane bertujuan untuk meningkatkan produk domestik bruto (PDB) per kapita sampai akhir dekade ini.

Namun, saat investasi China membantu mengamankan pertumbuhan ekonomi tahunan sebesar 6%, bantuan China membuat Laos bergantung kepada China, termasuk dengan hutang-hutang dari China, dengan Laos mempertaruhkan perkembangan dan masa depannya kepada ambisi berisiko tinggi China.

Dampak pandemi telah menunjukkan kerentanan rencana ekonomi mereka.

Baca Juga: Dibongkar Habis-habisan Inilah Rute Dunia yang Dibangun China Gunakan Diplomasi Jebakan Utang, Akankah China Bakal Menguasai Dunia?

Tahun 2020, ekonominya berkontraksi sebesar 0.6%, mendorong Laos ke dalam resesi pertama sejak krisis finansial Asia 1998 silam.

Utang nasional meningkat sampai setara dua pertiga dari PDB Laos, sebesar 18 miliar Dollar AS, separuh dari jumlah utang ke China, yang telah berinvestasi ke hampir 800 proyek terpisah di Laos dan menjadi kreditor asing terbesarnya.

Beberapa bulan terakhir, tingkat kredit Laos telah turun ke titik di mana ada risiko kegagalan peminjaman.

Hal ini telah meningkatkan ketergantungan politik Laos ke Beijing, yang sudah memperhitungkan menggunakan Laos sebagai pijakan dalam sengketa Laut China Selatan dan isu di wilayah itu.

Baca Juga: Bikin Auto Keheranan, Wilayah Laut Saja Tidak Punya, Negara-negara Ini Justru Punya Angkatan Laut, Mau Bertugas Di Mana?

Prospek menjadi klien China menjadi makin nyata September lalu, saat perusahaan negara China sepakati perjanjian untuk mengambil saham mayoritas di perusahaan listrik China yang terancam bangkrut.

Proyek kereta cepat dan listrik ini pun juga baru saja disepakati di Indonesia.

Taruhan ini begitu tinggi bagi Sisoulith yang baru saja menjabat.

Bahkan, Laos termasuk dari 8 negara yang diprediksi akan bangkrut akibat jebakan utang China.

Baca Juga: Usaha 'Jebakan Utang' Tiongkok Mencapai Arktik, Akankah Arktik Menjadi Laut China Selatan Berikutnya yang Diperebutkan Kekuatan Besar?

Hal ini disebabkan proyek terbesar bersama China yaitu kereta cepat China-Laos yang senilai 6,7 miliar Dollar AS kemungkinan besar tidak akan mampu dibayar Laos.

Hal ini membuat IMF memperingatkan jika proyek itu mungkin mengancam kemampuan negara untuk membayar utangnya.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini