Kisah Misteri Tiga Penerbang AS yang Hilang di Hutan Malaya Saat Perang Dunia II Terungkap Setelah 70 Tahun, Bangkai Pesawatnya Ditemukan oleh Penduduk

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.com – Beberapa bulan setelah berakhirnya Perang Dunia II, tiga penerbang Amerika Serikat lepas landas dari Singapura dengan pesawat angkut militer.

Mereka menuju bandar udara kecil di Penang, dan seharusnya perjalanan itu seperti yang lainnya.

Segalanya tampak normal, apalagi perang telah berlalu, maka para penerbang itu tentunya berasumsi bahwa perjalanan mereka akan berlalu tanpa insiden.

Namun, ternyata mereka tidak pernah mencapai tujuan mereka.

Baca Juga: Perkembangan Baru Jatuhnya Lion Air JT 610, 105 Kantong Jenazah Korban Telah Diterima dan Roda Pesawat Ditemukan

Pesawat yang mereka tumpangi itu menghilang tanpa alasan yang jelas, dan tanpa jejak.

Tanggal 27 November 1945.

Cuaca bagus untuk terbang, dengan jarak pandang yang baik dan hanya sedikit prakiraan hujan ringan untuk hari itu.

Penerbangan panjang itu akan membawa mereka dari ujung selatan Semenanjung Malaya, melewati hutan lebat di pedalaman dan turun ke pulau Straits Settlements di Penang di ujung barat laut Malaysia modern.

Baca Juga: Hilang Secara Misterius 4 Tahun yang Lalu, Pilot Klaim Temukan Potongan Bangkai Pesawat MH370 di Hutan Belantara Kamboja

Itu dimaksudkan untuk menjadi perjalanan transportasi rutin.

Namun, pesawat C-47 menghilang dalam perjalanan.

Tiga orang di dalam pesawat, Judson Baskett, seorang Petugas Penerbangan, William Myers, seorang Letnan Satu, dan Donald Jones, seorang Prajurit Kelas Satu, tidak pernah terlihat hidup lagi.

Misi untuk pencarian mereka pun diatur, tetapi tidak ditemukan petunjuk tentang nasib pesawat dan awaknya.

Setelah beberapa saat, ketiga pria itu dinyatakan tewas, meski tidak ada bukti yang menunjukkan kesimpulan itu.

Badan amal PacificWrecks.com, yang menyelidiki bangkai kapal di dan dekat Samudra Pasifik yang berasal dari Perang Dunia Kedua dan Perang Korea, mencatat bahwa dua puluh tahun kemudian seseorang melaporkan melihat bangkai pesawat di lereng gunung yang tertutup hutan di Semenanjung Malaya.

Namun, laporan tahun 1966 ini tampaknya tidak ditindaklanjuti.

Kemudian pada tahun 1985 dua orang yang memanjat hutan menemukan reruntuhan.

Lokasi sudah dicatat, tapi lagi-lagi masalah itu pun tidak ditindaklanjuti.

Baca Juga: 5 Tahun Jatuhnya Sukhoi di Gunung Salak: Inilah 6 Kecelakaan Pesawat Terburuk di Indonesia

Baru pada 2009 para pejabat mulai mengambil tindakan setelah beberapa warga setempat memotret pesawat yang hancur itu.

Para pejabat kemudian menghubungi kedutaan besar AS di ibu kota Kuala Lumpur.

Pihak berwenang Malaysia dan AS mulai menyusun rencana untuk memeriksa situs tersebut dan memulihkan apa yang mereka bisa dari reruntuhan.

Namun, beberapa insiden dan gangguan domestik dan internasional menyebabkan penundaan yang lama untuk misi pemulihan yang direncanakan, dan butuh waktu hingga 2015 sebelum tindakan nyata diambil.

Pada bulan Agustus tahun itu pula, pemulihan jenazah penerbang akhirnya dimulai.

Pertama, jenazah diangkut dengan hormat dari reruntuhan dan dibawa ke Kuala Lumpur.

Di sana, dalam upacara yang sunyi, mereka diserahkan oleh kontingen tentara Malaysia kepada empat prajurit AS.

Dua tentara dan dua awak pesawat membawa peti mati berhias bendera melintasi landasan dan masuk ke dalam pesawat, sebuah angkut C-130 yang sangat besar.

Menteri pertahanan AS, Sekretaris Ash Carter, yang kebetulan berada di kawasan itu untuk urusan bisnis, memberikan penghormatan diam-diam di sela-sela pekerjaannya, lapor JP Updates.

Baca Juga: Bangkai Kapal Inggris yang Ditorpedo dan Ditenggelamkan oleh Kapal Selam Jerman dalam Perang Dunia II, Ditemukan dalam Kondisi Baik

Pesawat kemudian lepas landas, menuju ke timur untuk singgah di Hawaii.

Meskipun diasumsikan bahwa jenazah memang orang yang hilang, hal ini tidak akan diragukan lagi sampai para ilmuwan forensik di AS melakukan tes identifikasi.

Akhirnya, setelah 70 tahun misteri in menjadi semacam finalitas untuk mengingat ketiga pria itu.

Meskipun AS menderita banyak korban di kawasan Pasifik selama Perang Dunia II, mereka tidak aktif di Malaya, yang saat itu merupakan koloni Kerajaan Inggris.

Jepang menginvasi seluruh semenanjung selama perang, mendorong garnisun Inggris keluar dari Penang dan selatan sampai mereka akhirnya terpaksa meninggalkan Singapura.

Dengan kekalahan Jepang, Inggris kemudian kembali hadir di Malaya, hingga kepergian mereka beberapa tahun kemudian dan berdirinya negara Malaysia merdeka.

Baca Juga: Bangkai Kapal Uap Oria, Makam yang Terlupakan dari 4.200 Tentara Italia yang Jadi Tahanan Perang Jerman saat Perang Dunia II

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait