Pengusaha berlatar belakang militer memainkan peran penting dalam pengembangan ini.
Kemudian di pertengahan tahun 1980-an terjadi penurunan harga minyak menyebabkan perubahan fokus menuju investasi sektor swasta dan produksi dan ekspor barang manufaktur guna mengurangi ketergantungan pada minyak dan komoditas ekspor tradisional.
Kritik pun mulai bergulir.
Beberapa melihat Indonesia kala itu semakin bergantung pada negara-negara Barat dengan kapitalismenya.
Tambahan lagi, dalam perusahaan transnasional besar, investasi asing langsung telah menciptakan kelas penjual yang mendorong pengaruhnya melalui perjanjian dengan perusahaan asing, dan kekayaan baru telah semakin membesarkan nilai kesenjangan, daripada menghapuskannya.
Usaha-usaha mulai tumbuh cepat pada 1990-an, dekade terakhir Orde Baru, tapi pemilik bisnis itu adalah anak-anak dari Soeharto.
Soeharto mengklaim anak-anaknya sebagai rakyat Indonesia berhak menjalankan bisnisnya.
Masalahnya, kritik muncul karena mereka menerima keunggulan besar dalam urusan bisnis mereka, yang hanya didapatkan dari posisi menjadi anak presiden Indonesia.