Find Us On Social Media :

Militer Irak Akhirnya Mengaku, Diam-diam Pangkalan Udaranya Dihantam 13 Roket 2 Hari Menjelang Kedatangan Paus Fransiskus, Terkuak Karena Bukti-bukti Ini

By Mentari DP, Minggu, 7 Maret 2021 | 10:00 WIB

Paus Fransiskus.

Intisari-Online.com - Pada hari Jumat (5/3/2021), Paus Fransiskus tiba di Baghdad, Irak.

Ini merupakan kunjungan pertama pemimpin Katolik dunia itu ke negara Islam tersebut.

Ada beberapa agenda Paus Fransiskus selama di Irak.

Baca Juga: Unggah Peti Mati Tentara Amerika, Teroris Iran Tebar Teror dan Siap Luluh Lantahkan Kota-kota di Negeri Paman Sam, Beri Peringatan Serius Ini ke Joe Biden

Pertama, Paus Fransiskus akan bertemu Presiden Irak Barham Salih dan Perdana Menteri Mustafa al-Kadhimi di Istana Presiden.

Lalu bertemu dengan para uskup, pastor, dan lainnya di Katedral Syro-Catholic Our Lady of Salvation di kota itu.

Kemudian dia akan melakukan perjalanan ke kota suci Najaf untuk bertemu dengan Ayatollah Ali al-Sistani, ulama Muslim Syiah berusia 90 tahun yang sangat  berpengaruh.

Terakhir, pria berusia 84 tahun itu dilaporkan akan berangkat ke kota kuno Ur, yang diyakini sebagai tempat kelahiran Nabi Ibrahim, tokoh sentral bagi agama Islam, Kristen, dan Yahudi.

Hanya saja sebelum kedatangan Paus Fransiskus ke Irak, dilaporkan telah terjadi serangan beberapa roket mematikan di Negeri 1001 malam itu.

Baca Juga: Donald Trump Bukan Apa-apa! Ternyata Beberapa Presiden Amerika Ini 'Lebih Mengerikan', Hingga Buat Rakyat Amerika Jadi Korban Gegara Ulah Pemerintahannya Sendiri 

 

Dilaporkan oleh express.co.uk pada Minggu (7/3/2021), pangkalan udara Irak yang menampung pasukan Amerika Serikat (AS) dan sekutunya telah dihantam setidaknya 10 roket.

Pangkalan udara Ain al-Asad menjadi sasaran serangan itu, yang terletak di provinsi Anbar di Irak barat.

Roket menghantam pangkalan udara pada pukul 7.20 pagi waktu setempat pada hari Selasa.

Hal itu disampaikan Kolonel Wayne Marotto, juru bicara pasukan koalisi pimpinan AS di negara itu.

Namun seorang pejabat Komando Operasi Baghdad mengatakan kepada kantor berita Reuters sekitar 13 roket diluncurkan dari lokasi sekitar 8 km (5 mil) dari pangkalan.

Sumber keamanan Irak lainnya mengatakan roket diluncurkan dari daerah Baiader.

Tidak ada yang terluka dalam serangan itu dan belum jelas siapa yang berada di balik serangan itu.

Hanya saja, serangan terhadap pangkalan Ain al-Assad di gurun barat Irak terjadi setelah beberapa minggu meningkatnya ketegangan AS dan Iran di tanah Irak.

Pada 26 Februari 2021, Presiden AS Joe Biden mengizinkan serangan udara di kompleks milisi Syiah yang didukung Iran di negara tetangga Suriah.

Militer AS menjatuhkan tujuh Joint Direct Attack Munitions (JDAM) seberat 500 pon, yang dilaporkan menewaskan 22 orang di persimpangan yang digunakan oleh kelompok milisi yang didukung Iran untuk memindahkan senjata melintasi perbatasan.

Baca Juga: Bak Berenang di Air Keruh, Vladimir Putin Terang-terangan Dekati Musuh-musuh Amerika, Kini Giliran Iran yang Dirayu Rusia Dengan Cara Nekat Ini

Presiden  Biden mengatakan serangan udara yang dia perintahkan merupakan peringatan kepada Iran untuk berhati-hati dan tidak mendukung kelompok milisi untuk mengancam Amerika.

Atas arahan Presiden Biden, pasukan militer AS melakukan serangan udara terhadap infrastruktur yang digunakan oleh kelompok militan yang didukung Iran di Suriah timur," ucap Juru bicara Pentagon John Kirby.

Dia menambahkan serangan itu sebagai tanggapan atas serangan baru-baru ini terhadap personel AS dan Koalisi di Irak.

Serta terhadap ancaman yang sedang berlangsung terhadap pasukan tersebut.

"Presiden Biden akan bertindak untuk melindungi pasukan AS dan Koalisi."

Diperkirakan Presiden Biden bertindak setelah serangan roket diluncurkan di pangkalan militer Amerika di Bandara Internasional Erbil pada 15 Februari.

Serangan itu menewaskan satu kontraktor, yang bukan orang AS, dan melukai banyak kontraktor Amerika dan seorang anggota dinas AS, serta warga sipil Irak.

Baca Juga: Pantas Satu per Satu Warganya Tewas di Tangan Militernya Sendiri, Sejatinya Kekuatan Militer Myanmar Memang Tangguh, tapi Sayang Kerap Disalahgunakan