Penulis
Intisari-Online.com - Sejak 1 Februari 2021, Myanmar telah jatuh ke dalam kudeta militer.
Selama sebulan terakhir, terjadi kericuhan besar-besaran di negara Asia Tenggara itu.
Hal itu bermula ketikaPemimpin National League for Democracy (NLD)Myanmar Aung San Suu Kyi ditangkap pihak militer.
Padahal namaAung San Suu Kyi begitu besar di Myanmar.
Danputri Jenderal Aung San, yang dipandang sebagai tokoh kemerdekaan Myanmar.
Bahkan secara teknis, wanita 75 tahun itu bukan presiden negara itu.
Tetapi dia secara luas dipandang sebagai pemimpin 'de facto'Myanmar, menurutBBC.
KarenaAung San Suu Kyi ditangkap, makamiliter menjalankan kontrol sesuai dengan konten yang ditentukan dalam Konstitusi.
Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing langsung berkuasa.
Dilaporkan penangkapanMin Aung Hlaing dikarenakanketidakpedulian pemerintah sipil terhadap tuduhan kecurangan pemilu dan bahwa pemilu berlanjut selama pandemi Covid-19.
Alhasil kini kudeta militer semakin menjadi-jadi. Bahkan warga sipil menjadi korban.
Satu per satu warga sipil Myanmar tewas ditangan militernya sendiri. Ada yang dipukuli, ada yang ditendang, hingga ditembak oleh seorang sniper.
Tak heran kondisi di Myanmar itu menjadisorotan media dan perhatian internasional.
Sebenarnya seperti apa kekuatan militer Myanmar?
Indonesia menjadi negara Asia Tenggara dengan peringkat tertinggi sebagai negara dengan kekuatan militer terkuat di dunia.
Tapi militer Myanmar tidak kalah hebat.
Jika Indonesia menempati peringkat ke-16, maka Myanmar menempati peringkat ke-38 dari 138.
Ketika kudeta militer berlangsung kemarin, pasukan darat Myanmar didukung oleh sejumlah peralatan militer tempur.
Tentu saja aksi itu tidak seimbangmengingat targetnya adalah warga yang tidak bersenjata.
Dari sisi kekuatan udara hingga saat ini Angkatan Udara (AU) Myanmar masih memiliki cukup banyak helikopter.
Di antaranya ada 19 unit Mil Mi-2, Mil Mi-17(12), SA 365 Dauphin 2S (5), Mil Mi-24, Bell UH-1 (14), Aloutte III (12), PZL W-3 Sokoi (9), dan 9 unit heli serbu Mi-35 P.
Sebagai helikopter serbu sekaligus pesawat angkut personel, Mi-35P terbukti sangat efektif untuk melakukan operasi tempur antigerilya.
Sekitar 8 pasukan tempur bersenjata lengkap bisa diangkut oleh masing-masing helikopter Mi-35.
Sehingga operasi tempur antigerilya bersama-sama helikopter transportasi lainnya bisa makin mobil.
Apalagi Mi-35 juga bisa berfungsi sebagai bantuan tempur menggunakan gempuran senjata roket dan senapan mesinnya.
Untuk meningkatkan kekuatan udaranya, khususnya jet tempur, Angkatan Udara Myamar juga telah memberikan konfirmasi bahwa pesanan jet tempur JF-17 Thunderyang dibeli dari Pakistan juga telah disetujui oleh China dan Pakistan.
Sebanyak 16 unit jet tempur JF-17 multiperan yang merupakan kerja sama produksi China dan Pakistan ini telah sepakat disetujui oleh ketiga negara dan akan mulai dikirim ke Myanmar pada 2017 ini.
Kehadiran jajaran JF-17 akan menggantikan jet-jet tempur AU Myanmar yang selama ini dioperasikan, yakni MiG-29 dan J-7 M yang merupakan jet tempur serang darat.
Sebagai pesawat yang akan menjadi andalan AU Myamar, JF-17 dilengkapi kanon laras ganda GSH-23 kaliber 30mm, 7hardpoints(cantelan) untuk memasang persenjataan berupa rudal dan bom serta lainnya.
Total semua persenjataan yang bisa dibawa oleh JF-17 bisa sebanyak 3.700 kg.
Selain itu pada bulan Agustus lalu AU Myanmar juga telah membeli dua pesawat transportasi Y-8F-200W buatan China dan 10 pesawat latih Grob G 120 TP buatan Jerman.
Sebagai pesawat transportasi militer, Y-8F juga bisa dioperasikan sebagai pesawat SAR sekaligus pesawat pengintai untuk mengamati target yang berada di lautan.
Dengan sejumlah pesawat baru yang akan memasuki jajarannya, AU Myamar memang makin mengasah taringya.