Ternyata Inilah Sosok Jenderal Militer yang Berani Gulingkan Pejabat hingga Pemimpin Myanmar yang Dianggap Lakukan Kecurangan Pemilu

Mentari DP

Penulis

Intisari-Online.com - Pemimpin National League for Democracy (NLD)Myanmar Aung San Suu Kyi ditangkap pihak militer.

Aung San Suu Kyi ditangkap atas tuduhan kecurangan dalam pemilihan umum (pemilu) yang digelar November tahun lalu.

Di Myanmar, namaAung San Suu Kyi begitu besar.

Diaadalah putri Jenderal Aung San, yang dipandang sebagai tokoh kemerdekaan Myanmar.

Baca Juga: DosaAung San Suu Kyi, Biarkan Etnis Rohingya Jadi Korban Genosida hingga Masalah Pemilu, Buat Myanmar Jatuh di Bawah Kendali Militer, Tapi Justru Amerika yang 'Kepanasan'

Secara teknis, wanita 75 tahun itu bukan presiden negara itu. Tetapi dia secara luas dipandang sebagai pemimpin 'de facto'Myanmar, menurutBBC.

Lalu setelahAung San Suu Kyi ditahan, Myanmar kini jatuh di bawah militer.

Menurut presenter televisi militer Myanmar, militer menjalankan kontrol sesuai dengan konten yang ditentukan dalam Konstitusi.

Dilansir dari24h.com.vn pada Senin (1/2/2021), Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing secara langsung berkuasa.

Ini karena ketidakpedulian pemerintah sipil terhadap tuduhan kecurangan pemilu dan bahwa pemilu berlanjut selama pandemi Covid-19.

Baca Juga: Laut China Selatan Kian Memanas, Mendadak Jet Tempur ChinaMelakukan Serangan Rudal ke Kapal Induk Amerika, Benarkah Perang Dunia 3 Dimulai?

Tentara Myanmar di bawah komando Panglima Tertinggi Aung Hlaing melakukan kudeta pada pagi hari tanggal 1 Februari, tepat sebelum sidang baru Majelis Nasional Myanmar berlangsung.

Serangkaian pemimpin sipil ditangkap atau ditempatkan di bawah tahanan rumah, termasuk pemimpin Aung San Suu Kyi.

Jalur komunikasi dan internet di banyak bagian Myanmar terputus. Saluran televisi nasional saat ini diambil alih oleh militer.

Tidak jelas bagaimana partai NLD yang berkuasa oleh Suu Kyi akan bertindak setelah militer menyatakan kendali atas negara itu.

Amerika Serikat (AS), Australia, dan banyak negara lain telah menyuarakan keprihatinan tentang kudeta di Myanmar.

Mereka pun mendesak militer Myanmar untuk menghormati hukum.

"Amerika Serikat sangat prihatin dengan berita bahwa militer Myanmar mengambil tindakan yang merusak proses demokrasi, termasuk penangkapan San Suu Kyi dan pejabat pemerintah," kata juru bicara Gedung Putih Jen Psaki.

Menurut Psaki, Presiden AS Joe Biden telah diberitahu tentang kejadian tersebut.

"AS menentang tindakan yang mengubah hasil pemilu baru-baru ini, menghambat proses demokrasi di Myanmar dan mengambil tindakan terhadap mereka yang bertanggung jawab," tambah Psaki.

Baca Juga: Jor-joran Beri Utang Sana-sini, China Gunakan Trik Licik untuk Beri Pinjaman yang Mustahil Dilunasi oleh Ratusan Negara, Lihat Saja Segini Banyak Utang Dunia pada Negeri Panda

Menteri Luar Negeri Australia Marise Payne memerintahkan militer Myanmar untuk segera membebaskan Suu Kyi dan yang lainnya.

"Kami mendukung pemulihan Majelis Nasional Myanmar sesuai dengan hasil pemilihan November2020," kata Payne.

Dalam pemilihan November 2020, partai NLD yang berkuasa Suu Kyi memenangkan kemenangan luar biasa atas oposisi yang didukung militer, memenangkan 396/476 kursi di Majelis Nasional.

Panglima Tertinggi Min Aung Hlaing, yang memiliki kekuasaan untuk menunjuk 25% kursi di Majelis Nasional Myanmar, mengatakan pemilihan itu curang.

Aung Hlaing pernah memperingatkan bahwa dia akan bertindak jika pemerintah mengabaikan tuduhan tersebut.

Kini, Jenderal Aung Hlaing dianggap sebagai "komandan tertinggi" di Myanmar.

Semua angkatan bersenjata Myanmar, termasuk polisi, patuh kepada panglima tertinggi angkatan bersenjata.

Baca Juga: Amerika Sudah Tak Bisa Berbohong Lagi,Kerap Memandang Sebelah Mata, FaktanyaNegeri Adidaya TersebutPunya Utang Segini Banyak dengan China

Artikel Terkait