Penulis
Intisari-Online.com - Ketakutan perang akan pecah semakin mengintai warga yang tahu negaranya tengah berkonflik.
Seperti Amerika Serikat (AS).
Bagaimana tidak, setelah perbincangan antara AS dan Iran mencapai kebuntuan, justru ketakutan perang makin terbuka.
Ini terjadi setelahkelompok militan Iran mengklaim akan melakukan teror besar-besaran di Washington dan kota-kota AS lainnya.
Dilansir dariexpress.co.uk pada Minggu (7/3/2021), postingan mengenai teror itu munculdi forum online Kawtheryoon Electronic Team, yang digunakan oleh kelompok militan Iran dan pendukungnya.
Menurut Middle East Media Research Institute, kelompok militan Iran itu mempunyai cara untuk melakukan perlawanan di kota-kota di AS.
Postingan online tersebut menyebutkan bahwa merekameminta AS untuk menarik semua tentaranya dari Irak dan Timur Tengah.
Unggahan itubahkan memuat gambar yang menggambarkan peti mati tentara AS dan pejuang perlawanan yang mengawasi roket yang diluncurkan di atas sebuah kota.
Lembaga tersebut mengatakan posting tersebut berbunyi dalam bahasa Inggri.
"Sumbu perlawanan hari ini lebih kuat dari sebelumnya."
"Sel resistensi berakar bahkan di Amerika dan ibu kotanya," seperti itulah isi dari tulisan teror tersebut.
Diketahui, ancaman teror itu terjadi ketika Presiden AS Joe Biden menolak untuk menawarkan keringanan sanksi di awal kepada Iran.
Tapi dia berusaha untuk kembali dan memperluas perjanjian 2015 yang membatasi program nuklir Iran, di mana Donald Trump menarik AS ke luar.
Presiden Biden berharap untuk memberi batasan yang lebih besar pada program nuklir Iran, pengembangan misilnya, dan membatasi aktivitas regionalnya.
BahkanDepartemen Luar Negeri AS telah meminta Iran untuk menghentikan operasi terornya.
Tetapi Teheran nampaknya tidak menunjukkan tanda-tanda akan mengakhiri operasinya di Yaman, Suriah, Lebanon, dan wilayah Timur Tengah lainnya.
Iran malahan terus mendukung serangan terhadap pasukan AS yang ditempatkan di Irak.
Kondisi makin memanas tak kalaWashington melancarkan serangan udaranya terhadap pejuang yang didukung Iran di Suriah bulan lalu.
Ini dilakukan sebagai tanggapan atas serangan roket di pangkalan yang menampung pasukan AS di Erbil, Irak, pada 15 Februari.
Serangan di Irak itu sendiri menewaskan seorang kontraktor non-AS dan melukai kontraktorAS dan seorang anggota layanan AS.
Pejabat pertahanan AS mengatakan kepada Reuters bahwa Presiden Biden telah menyetujui misi itu untuk serangan.
Mereka mengklaim tujuan Presiden Biden adalah untuk mengirim peringatan kepada Teheran bahwa Washington tidak akan pernah menerima jika ada warga AS yang terluka atau dibunuh.
Akan tetapi dia juga tidak menginginkan eskalasi militer.