Find Us On Social Media :

Kisah Tangan Kiri Pangeran Kusumadinata yang Bikin Si Bengis Daendels Mati Kutu dan Melunak, Namanya pun Kini Abadi

By Muflika Nur Fuaddah, Jumat, 12 Februari 2021 | 16:27 WIB

Kisah Tangan Kiri Pangeran Kusumadinata yang Bikin Si Bengis Daendels Mati Kutu

Semua para pekerja saling pandang, hatinya berdebaran.

Mereka berpendapat, pasti akan terjadi perkelahian sengit.

Daendels tidak jadi memberi salam, ia menarik tangannya.

Wajahnya berubah merah padam karena marah. Keduanya saling pandang.

Dari wajah Pangeran Kusumadinata nampak ada maksud membela rakyatnya yang menderita.

la tidak bermaksud menentang Jendral.

Hanya sekedar meminta ke-ringanan. Pangeran ingin menunjukkan kewibawaannya.

Baca Juga: Ramalan Jayabaya, 'Akurat' Memprediksi Penjajahan Belanda dan Jepang, Namun Picu Perdebatan Panjang tentang Jajaran Presiden Indonesia

"Pangeran Kusumadinata, apa maksud anda menyambut salamku dengan tangan kiri?"

Tanpa rasa ngeri di pandang oleh Jenderal Daendels, Pangeran Kusumadinata menjawab.

"Tuan, saya tidak bermaksud menentang perintah dan bukan bermaksud tidak mengerjakannya. Tapi pekerjaan itu sangat berat. Lagipula peralatan hanya linggis yang tak mungkin membelah cadas dan batubatu yang keras."

"Suatu pekerjaan yang mustahil. Maka saya ingin memperlihatkan kepada Tuan, bahwa pendirian saya lebih baik mati daripada memaksa rakyat sendiri yang sudah tak mungkin mengerjakan pekerjaan mustahil itu."

Mendengar jawaban Pangeran, Daendels agak lunak dan berkata: "Coba ceritakan, apa yang menjadikan keberatan itu, aku inginmendengarnya."

Baca Juga: Permulaan Konflik Indonesia-Belanda selama 4 Tahun, Ini Cara Belanda Datang ke Indonesia di Awal Kemerdekaan RI

Pangeran kemudian menceritakan segala penderitaan rakyatnya.

Jenderal Daendels mendengarkan dengan penuh perhatian, dan mengerti apa sebabnya pembuatan jalan agak terhambat.

Setelah itu, Daendels memanggil ajudannya agar mengerahkan pasukan zeni untuk membantu pembongkaran cadas.

Ketika Jenderal Daendels kembali menyodorkan tangannya lagi, Pangeran Kusumadinata menerimanya dengan segala hormat.

Seperti pada umumnya seorang pejabat bawahan kepada atasannya.

Di tempat ini kemudian dipasang batu peringatan terbuat dari marmer bertulisan: "Dibongkar pada tahun 1811. Jasa Pangeran Kusumadinata dan Raden Demang Mangku Praja. Dikerjakan dari tanggal 26 Nopember sampai 12 Maret."

Sejak saat itulah nama tempat itu menjadi Cadas Pangeran.

(Sumber: Majalah Bobo 29/V-29 Oktober 1977)

(*)