Intisari-Online.com - Dalam sejarah Timor Leste, wilayah ini pernah mengalami banyak penjajahan.
Sebelum Indonesia sebagai bangsa terakhir yang menduduki Timor Leste, Bumi Lorosae ini lebih dulu diduduki Portugis hingga Jepang.
Bahkan, persaingan antara Portugis dan Belanda-lah yang membuat Timor Leste atau Timor Timur terpisah dari wilayah lainnya, yaitu Pulau Timor bagian barat.
Melansir newint.org, Portugis tiba di Timor Timur pada tahun 1566.
Mereka melakukan perjalanan tahunan ke Timor untuk mengumpulkan kayu cendana dan berdagang barang jadi.
Saingan mereka di wilayah tersebut, Belanda, pun segera menyusul.
Portugis mendirikan pemerintahan kolonial di Timor pada tahun 1702.
Namun, mereka berselisih dan berperang dengan Belanda untuk menguasai pulau itu selama tiga abad berikutnya.
Kedua bagian pulau itu akhirnya dipisahkan dalam perjanjian yang ditandatangani oleh dua kekuatan kolonial pada tahun 1913.
Belanda mengambil alih barat dan Portugis di timur.
Orang-orang Eropa mendapatkan keuntungan dari kendali mereka atas perdagangan kayu cendana dan memperkenalkan kopi pada pertengahan abad ke-19, yang menjadi ekspor utama Timor, ditambah dengan karet, tembakau, kopra dan kacang tanah.
Pemberontakan oleh orang Timor melawan kekuasaan kolonial sering terjadi, dan kebanyakan dari mereka ditindas secara brutal. Yang terakhir berlanjut dari akhir 1880-an hingga 1912, dan dikalahkan dengan kematian sekitar 3.000 orang Timor.
Kemudian, selama Perang Dunia Kedua, Timor diduduki oleh Jepang, yang menghadapi perlawanan luas.
Pada saat Jepang menyerah pada tahun 1945, sekitar 60.000 orang Timor, atau 13 persen dari populasi, telah meninggal.
Pada tahun 1949, Timor Barat menjadi bagian dari Republik Indonesia pasca-kolonial, sementara Portugal mempertahankan Timor Lorosa'e.
Pada 25 April 1974, Gerakan Angkatan Bersenjata Portugis menggulingkan rezim Caetano dan memulai proses dekolonisasi di koloni Portugal di Afrika dan Asia.
Di Timor Timur kelompok-kelompok politik diorganisir dan diberi kebebasan.
Pada bulan Januari 1974, Uni Demokratik Timor (UDT) berkoalisi dengan Front Revolusioner untuk Timor Merdeka (Fretilin).
Kedua belah pihak setuju dengan Portugis untuk bergerak menuju kemerdekaan selama periode tiga tahun.
Namun, militer Indonesia menyuap dan membujuk beberapa pemimpin UDT untuk mengadakan kudeta pada Agustus 1975.
Meski begitu, pada bulan September Fretilin menguasai hampir seluruh Timor Timur.
Para pemimpinnya terus mengakui kedaulatan Portugis dan berulang kali meminta Gubernur untuk kembali dan mengawasi transisi menuju kemerdekaan.
Lisbon menolak dan pemerintahan Fretilin menjadi pemerintahan de facto.
Pada 28 November, para pemimpin Fretilin pun mendeklarasikan kemerdekaan, mendirikan Republik Demokratik Timor Leste.
Namun, 7 Desember 1975 angkatan bersenjata Indonesia datang menginvasi.
Baca Juga: Sederet Militer Paling Kuat di Asia, Indonesia dan Bekas Penjajahnya Ada dalam Daftar Ini!
(*)
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik dihttps://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari