Penulis
Intisari-online.com -Jika membahas Gurkha, pasti nama pisau Kukri selalu ikut dibahas.
Banyak yang mengatakan pembahasan salah satu tidak akan lengkap tanpa membahas yang lain.
Rupanya, keduanya telah terkenal selama Perang Dunia I dan Perang Dunia II.
Kukri bahkan lebih dikenal sebagai "Pisau Gurkha" sampai saat ini.
Kukri dikenal sebagai senjata nasional Nepal, tapi sejatinya pisatu itu memiliki artilebih.
Melansir Asia Times, perang kukri terhitung unik dan merupakan salah satu peralatan penting untuk warga Nepal.
Kukri juga merupakan bagian dari kebudayaan Nepal, menggambarkan tradisi, sejarah dan keyakinan spiritual warga Nepal.
Di beberapa komunitas, pisau Kukri menggambarkan peran sosial sebagaimana dianggap sebagai simbol kekayaan, status sosial dan kekayaan.
Kukri tidak hanya menjadi senjata utama dalam perang, tapi menjadi peralatan penting untuk segala hal dalam masa damai.
Banyak pria dari berbagai komunitas di Nepal senang membawa pisau ini bersama mereka.
Meskipun sejarah kukri di Nepal sangat panjang, tapi pisau ini pertama kali dilihat oleh bangsa Inggris selama Perang Anglo-Gorkha di tahun 1814-1816.
Sejak saat itu di manapun Gurkha berperang, mereka selalu membawa kukri dan tidak ada satupun pertarungan di mana kukri tidak dipakai.
Namun ternyata, kukri jauh lebih tua daripada Nepal.
Kukri dipilih menjadi senjata pilihan bagi penduduk Kiratis di masa abad ke-7 sebelum masehi.
Beberapa bahkan yakin jika sejarah pisau ini mundur ke masa seranganAlexander yang Agung atau Raja Iskandar ke India dan membandingkan kukri dengan versi Makedonia dari Kopis.
Ada pisau yang digunakan yaitu pedang melengkung bermata satu, digunakan oleh kavaleri Iskandar dan berukuran sama dengan kukri.
Dari cerita itu menunjukkan jika kukri berusia setidaknya 2500 tahun.
Sejarahnya dimulai ketika Prithvi Narayan Shah, raja dari Kerajaan Gorkha yang merdeka sekaligus pendiri Nepal menyerbu lembah Kathmandu pad a1767 dan menaklukannya di tahun berikutnya.
Kukri kemudian dikreditkan dengan memainkan peran utama dalam kemenangan itu.
Selanjutnya kukri terus menjadi senjata pilihan bagi tentara Gurkha.
Pasukan mereka secara luas dikenal sebagai tentara Gurkhali, dan kemudian pasukan Gurkha bentrok dengan pasukan Inggris.
Sejak saat itu kisah Gurkha dan kukri menjadi terkenal.
Pisau kukri dari Raja Drabya Shah, Raja Gurkha di tahun 1627, merupakan salah satu kukri tertua dan saat ini disimpan di Museum Nasional Nepal.
Kukri yang terkenal lainnya adalah Kukri Fisher yang dipakai oleh Letnan Jenderal F. L. Fisher selama Pemberontakan Sepoy di 1857-58 di India.
Kukri itu sekarang ditampilkan di Museum Gurkha di Winchester, Inggris.
Pemberontakan Sepoy adalah peristiwa ketika kesetiaan para Gurkha diuji dan dibuktikan.
Sebagai hadiahnya, Gurkha dijadikan penembak dan diizinkan memiliki resimen mereka sendiri yang dinamai Senapan Gurkha.
Itulah sebabnya, Kukri memainkan peran penting bagi Gurkha mencapai status mereka.
Ada banyak pisau yang terkenal dan kukri adalah salah satunya, menjadi alat propaganda untuk Inggris selama perang.
Inggris telah lama menggunakan Gurkha dan pisau kukri mereka dalam berbagai bentuk propaganda, tapi cara mereka menggunakannya untuk melawan Argentina sebelum pertempuran Falklands di tahun 1982 adalah cara yang klasik.
Foto Gurkha mengasah kukri menyebarkan ketakutan bagi banyak prajurit Argentina seiring dengan mitos jika Gurkha harus merasakan darah setiap kali kukri dicabut dari sarungnya.
Namun mitos tersebut rupanya tidak benar, dan itu hanya cara untuk menakut-nakuti orang-orang saja.
Kukri juga menjadi logo bagi para Gurkha, entah mereka bertugas di militer Nepal, Inggris, India, atau Sinapura.
Logo, bendera, dan berbagai warna yang dipakai oleh berbagai pasukan dengan tentara Gurkha memiliki kukri di dalamnya.
Mengenai pisau kukri sendiri, pisau itu terbuat dari baja kualitas premium, gagang dari kayu keras, logam atau tanduk binatang, sedangkan sarungnya dari kayu dan kulit binatang.
Kukri dibuat selama 1 minggu, melibatkan pandai besi yang sangat terampil, dan panjangnya rata-rata 14-16 inci.
Ada dua pisau kecil di bagian atas sarungnya, satu tumpul (Chakmak) sedangkan lainnya tajam (Karda).
Pisau tumpul digunakan untuk menyalakan api dengan batu api, sedangkan pisau tajam digunakan untuk pisau serbaguna.
Pada bilah terdapat takik yang bertujuan menghentikan darah agar tidak tumpah di gagang dan mencegah pegangan menjadi licin selama pertempuran.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini