Intisari-Online.com - Ketika Perang Dunia 2, tentara Jepang begitu ditakuti.
Ternyata selain menakutkan, tentara Jepang juga mempraktekkankanibalisme terhadap tentara musuh dan warga sipil dalam perang terakhir.
Bahkan mereka terkadang memotong daging dari tawanan yang masih hidup, menurut dokumen yang ditemukan oleh seorang akademisi Jepang di Australia.
Dalam banyak kasus, motifnya rupanya bukan kekurangan makanan.
"Tetapi untuk mengkonsolidasikan perasaan kelompok pasukan," kata Toshiyuki Tanaka kemarin dalam wawancara telepon dari Melbourne.
Pengungkapan fakta tersebut menambah lebih banyak bukti atas jumlah korban kekejaman yang dilakukan oleh tentara Jepang selama Perang Dunia 2.
Sialnya, fakta itu terungkaphanya beberapa minggu sebelum pasukan Jepang akan ditempatkan di luar negeri untuk pertama kalinya dalam lima dekade sebagai bagian dari operasi penjaga perdamaian PBB di Kamboja.
Tentu saja fakta itu membuat sejumlah negara di Asiatelah menyatakan keberatan yang kuat tentang penggunaantentara Jepang.
Baca Juga: Jangan Sampai Salah, Seperti Ini Gejala dan Obat Biduran pada Anak
Dalam beberapa bulan terakhir, bukti juga muncul tentang perekrutan paksa wanita Asia sebagai 'wanita penghibur' untuk tentara Jepang.
Tanaka, seorang sarjana berusia 43 tahun dari Fukui di Jepang barat, bekerja di Departemen Ilmu Politik di Universitas Melbourne.
Dilansir dari Independent.co.uk pada Rabu (23/12/2020), dokumen-dokumen yang dia temukan mengenai kanibalisme termasuk memo tentara Jepang yang diambil serta pernyataan sumpah oleh tentara Australia untuk penyelidikan kejahatan perang.
Tanaka mengatakan dia telah mengumpulkan setidaknya 100 kasus kanibalisme yang didokumentasikan tentara Australia dan India serta pekerja paksa Asia di New Guinea.
Dia juga menemukan beberapa bukti kanibalisme di Filipina.
"Dalam beberapa kasus tentara Jepang menderita kelaparan."
"Tetapi dalam banyak kasus lain mereka tidak kelaparan sama sekali," kata Tanaka.
"Banyak laporan mengatakan tentara Jepang bugar dan kuat, dan memiliki kentang, nasi, dan ikan kering."
Beberapa laporan pers Jepang kemarin menyarankan kanibalisme dilakukan hanya karena kekurangan
Peneliti juga membantah bahwa itu adalah akibat dari rusaknya moral.
"Laporan mengatakan moral itu baik. "
"Seringkali dilakukan dalam kelompok di bawah instruksi seorang komandan."
"Saya pikir itu untuk merasakan kemenangan dan memberi para prajurit keberanian baja."
"Dia mengatakan itu membantu tentara untuk mengikat. Karena seluruh pasukan melanggar tabu (kanibalisme) bersama-sama."
Salah satu pernyataan seorang letnan Australia menggambarkan bagaimana ia menemukan sisa-sisa sejumlah mayat, termasuk satu yang hanya terdiri dari kepala yang telah dikuliti dan tulang belakang.
Dalam semua kasus, kondisi jenazah sedemikian rupa.
Sehingga tidak ada keraguan bahwa jenazah telah dipotong-potong dan sebagian dagingnya dimasak.
Pernyataan lain dari seorang kopral Australia menceritakan bagaimana dia menemukan mayat rekan yang dimutilasi yang sebelumnya dia bantu untuk dikuburkan di wilayah pendudukan Jepang.
Seorang Pakistan, yang ditangkap ketika Jepang menyerbu Singapura dan dibawa ke New Guinea, bersaksi bahwa di daerahnya tentara Jepang membunuh dan memakan satu tahanan sehari selama sekitar 100 hari.
Kopral itu mengatakan dia melihat daging dipotong dari tahanan yang masih hidup.
Tanaka menemukan dokumen tersebut secara kebetulan saat melakukan penelitian di arsip pemerintah Australia tentang perang kimia.
"Saya baru saja menemukannya secara tidak sengaja. Jadi tak heran mereka diberi label' Dokumen kejahatan perang," tutup Tanaka.