Find Us On Social Media :

Nekat Menyerang padahal Sedang Mengalami Krisis, Inilah Perang Falkland, Ketika Argentina Ingin Merebut Kepulauan Malvinas dari Tangan Inggris

By Khaerunisa, Minggu, 7 Februari 2021 | 16:36 WIB

Perang Falkland, Perang Malvinas, atau Perang Atlantik Selatan tahun 1982.

Intisari-Online.com - Perang Falkland, Perang Malvinas, atau Perang Atlantik Selatan, merupakan perang yang terjadi antara Argentina dan Inggris Raya pada tahun 1982.

Perang itu berlangsung demi kendali atas Kepulauan Falkland, atau yang disebut oleh Argentina sebagai Kepulauan Malvinas.

Saat itu, kepulauan tersebut dalam kekuasaan Inggris, namun Argentina telah mengklaim kedaulatan Kepulauan Falkland, yang terletak 300 mil (480 km) di timur pantainya, sejak awal abad ke-19.

Klaim yang dilakukan Argentina terhadap Falkland didasarkan pada kedekatan geografis dan budaya.

Baca Juga: Beginilah Pendudukan Jepang dan Perlakukan Tawanan Perang di Kamp Konsentrasi, dari Penyiksaan Hingga Gizi Buruk dan Kerja Paksa untuk Proyek Militer Jepang

Argentina menganggap bahwa kepulauan Falkland adalah bekas wilayah Spanyol yang gagal dinasionalisasi pada tahun 1916.

Inggris sendiri merebut pulau-pulau itu pada tahun 1833, mengusir beberapa penduduk Argentina yang tersisa.

Sejak itu, Inggris secara konsisten menolak klaim Argentina dan terus mempertahankan pengaruh kekuasaan di kepulauan tersebut.

Pada awal tahun 1982 junta militer Argentina dipimpin oleh Letnan Gen. Leopoldo Galtieri menyerah pada negosiasi jangka panjang dengan Inggris dan malah melancarkan invasi ke pulau-pulau itu.

Baca Juga: Bukannya Ogah, Dua desa di Jepang Ini Malah Rebutan Jadi Tempat Pembuangan 'Limbah Nuklir' yang Sangat Berbahaya Bagi Manusia, Apa Alasannya?

Keputusan untuk menyerang Kepulauan itu diambil ketika junta militer sendiri tengah dikritik atas krisis ekonomi dan pelanggaran hak asasi manusia.

Mengutip Britannica, Pemerintah Argentina kala itu percaya bahwa "pemulihan" pulau-pulau itu akan menyatukan orang Argentina di belakang pemerintah dalam semangat patriotik.

Nekat menginvasi Kepulauan Falkland ketika negaranya dalam kondisi krisis ekonomi dan politik, pada akhirnya pasukan Argentina mengalami kekalahan telak dari pasukan Inggris.

Perang Falkland berlangsung selama kurang lebih 4 bulan, dari bulan Maret hingga Juni 1982.

Pada 19 Maret 1982, militer Argentina menyatakan perang terhadap Inggris di kepulauan Falkland.

Baca Juga: Dulu Jadi Negara Teraman di Dunia dari Covid-19, Kini Kondisi Negara Ini Masih Tak Karuan Meski Hampir Sebagian Besar Rakyatnya Sudah Diberi Vaksin Covid-19

Dalam buku War in The Falklands (1982) karya Tim Coates, pada 2 April 1982 pimpinan militer Argentina bernama Galtieri Castelli melakukan penyerangan dalam skala yang lebih besar terhadap kepulauan Falkland.

Ia memimpin 3.000 pasukan Argentina, berupaya untuk mengusir Inggris dan menguasai ibukota Falkland.

Serangan Argentina pada 2 April dibalas oleh militer Inggris pada awal Mei 1982.

Inggris mengerahkan kekuatan laut dan udara dalam jumlah yang besar untuk kembali menguasai Falkland.

Baca Juga: Saat India Sediakan 500.000 Lebih Sukarelawan Terbesar dalam Sejarah Dunia Selama Perang Dunia I, Jumlah yang Sangat Besar untuk Kepentingan Ini

Pada 21 Mei 1982 Inggris berhasil menyudutkan militer Argentina dan menguasai daerah-daerah strategis di Falkland.

Pada akhirnya, Argentina secara resmi menyerah pada 14 Juni 1982.

Kekalahan Argentina dalam perang ini menimbulkan dampak yang besar bagi negara tersebut, baik untuk aspek sosial, ekonomi, maupun politiknya.

Dalam jurnal Perang Malvinas: Suatu Pandangan setelah Delapan Tahun (2017) karya Dharmawan Ronodipuro, berikut dampak Perang Falkland:

Baca Juga: Dapat Tugas Pertama dari Joe Biden, Tak Disangka Militer Amerika Mengakui Dirinya Punya Hak 'Nyelonong' di Wilayah Sengketa China, Vietnam, dan Taiwan, Hal Ini yang Jadi Pedomannya

Setelah perang berakhir, Inggris membebaskan sekitar 11.400 tahanan Argentina yang mereka tangkap selama perang.

Dari perang tersebut, Argentina mengumumkan bahwa sekitar 650 nyawa telah hilang, sementara Inggris kehilangan 255 nyawa.

Baca Juga: Semuanya Serba Alami, Ini Obat Penurun Panas Balita yang Efektif

(*)

 

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari