Penulis
Intisari-online.com -Setahun yang lalu tepat pada 3 Januari 2020, Komandan Brigade Quds IRCG, Mayor Jenderal Qasem Soleimani tewas terbunuh.
Ia terbunuh karena serangan yang dilakukan oleh Amerika Serikat.
Kini setahun setelah kematiannya, nama Qasem Soleimani masih menyisakan kesedihan bagi Iran.
Kondisi Teheran dan Washington pun dengan cepat menegang sejak kematian Jenderal top Iran itu.
Qasem Soleimani diserang AS di Baghdad, Irak.
Intisari Online mendapatkan pernyataan pers resmi dari Kedutaan Besar terkait peringatan 1 tahun kematian Qasem Soleimani, berikut isi lengkapnya.
1. Kami kembali mengutuk aksi Amerika Serikat yang meneror Mayjen. Qasem Soleimani yang merupakan simbol dan pahlawan anti terorisme dan radikalisme di kawasan Timur Tengah.
Jasa, pengorbanan, keberanian dan keahlian Mayjen. Soleimani dalam memerangi ISIS dan kelompok takfiri di Suriah dan Irak merupakan bagian dari sejarah kontemporer yang tak akan terlupakan.
2. Tindakan keji ini adalah serangan teror terhadap pejabat resmi Republik Islam Iran dan merupakan bentuk nyata dari aksi terorisme yang berbasis pemerintahan / terorisme negara.
Tindakan biadab ini juga adalah pelanggaran yang luas terhadap berbagai peraturan internasional dan piagam PBB.
3. Berdasarkan pernyataan pejabat tinggi Irak, pasukan asing (pasukan AS) melakukan aksi teror terhadap Mayjen. Qasem Soleimani saat berkunjung ke Bagdad sebagai tamu resmi negara dan tindakan ini adalah sebuah pelanggaran kedaulatan negara Irak sebagai negara yang berdaulat.
4. Tindakan jahat yang dilakukan atas konsultasi dan provokasi Rezim Zionis Israel adalah sebuah kesalahan strategis yang akan berujung pada peningkatan rasa ketidakamanan di kawasan.
5. Aksi teror ini juga bertentangan dengan komitmen internasional AS dalam memerangi terorisme dikarenakan AS dengan tindakan kejinya telah melawan orang-orang dan pihak-pihak yang berperang dengan kelompok teroris.
6. AS telah membuat tragedi bersejarah dengan menempatkan terorisme dalam kategori baik dan buruk, berdasarkan kepentingan mereka.
AS menggunakan pendekatan teror dan terorisme secara selektif sebagai alat untuk memajukan agenda mereka.
7. Berbagai pihak yang memberikan dukungan politik, finansial dan jurnalistik bagi tindakan dan kelompok teroris serta oknum-oknum pelaku teror yang bekerja sama dengan agen mata-mata Rezim Zionis melawan rakyat Iran, adalah bagian dari rantai terorisme internasional.
8. Para musuh Iran juga pada tanggal 27 November 2020 yang lalu melalui sebuah tindakan pengecut dan terorisme negara, telah membunuh Prof. Mohsen Fakhrizadeh, seorang ilmuwan terkemuka Iran dan kepala Organisasi Penelitian dan Inovasi Kementerian Pertahanan Republik Islam Iran.
9. Rangkaian aksi terorisme dan sanksi maksimal terhadap Iran ini dilakukan dengan beberapa tujuan antara lain:
• Membuat Republik Islam Iran menyerah agar pergantian kekuasaan terjadi danIran terbagi ke beberapa wilayah.
• Menghambat pendekatan diplomatik dan dialog untuk menyelesaikan perbedaan di tingkat regional dan internasional.
• Merampas hak sah dan wajar Republik Islam Iran atas penggunaan teknologinuklir damai sebagaimana ditetapkan dalam peraturan internasional.
• Menciptakan krisis skala besar untuk semakin membuat kawasan Timur Tengahtidak stabil melalui pendekatan Iran phobia dari pada Zionis phobia.
10. Mati Syahidnya Mayjen. Soleimani dan pejabat Iran lainnya tidak akan dapatmenghentikan perlawanan terhadap terorisme dan ekstrimisme di kawasan tetapi akan memperkuat pohon muqawama di kawasan dan dunia.
11. Republik Islam Iran akan mengerahkan seluruh kapasitas politik, hukum daninternasionalnya untuk membalas teror jahat ini.
Iran tidak akan terpancing oleh perkembangan situasi dan akan memberikan pembalasan yang tegas pada waktu dan tempat yang diharapkannya.
Sementara itu mengutip Kompas.com, Menteri Luar Negeri Iran Javad Zarif mengirim peringatan kepada presiden AS Donald Trump untuk tidak mengambil tindakan militer terhadap Teheran di tengah meningkatnya ketegangan antara kedua negara.
Javad Zarif pada Sabtu (2/1/2021) di Twitter menandai satu tahun wafatnya Jenderal Qasem Soleimani yang dibunuh dalam serangandrone AS.
Zarif mengemukakan bahwa Israel, musuh bebuyutan Iran dan sekutu terdekat AS di Timur Tengah, mungkin mencoba memprovokasi AS dengan membunuh tentara AS dan membuatnya tampak seperti serangan Iran agar AS menyerang Teheran.
Melalui status Twitternya, Zarif mengatakan seorang intelijen Irak mengindikasikan adanya agen provokator Israel yang mau merencanakan serangan terhadap orang Amerika untuk memprovokasi Trump.
"Hati-hati dengan jebakan, @realDonaldTrump. Sedikit saja percikan api akan dibalas lebih kejam, khususnya juga kawan dekatmu yang sama [Israel]", ancam Zarif.
Indikasi kesiagaan pasukan Iran dan kemungkinan serangan terhadap pasukan Amerika dalam peringatan 1 tahun meninggalnya Soleimani dilaporkan telah membuat pejabat intelijen AS khawatir.
Trump juga diancam oleh Ebrahi Raisi, Kepala Peradilan di Iran, dengan menyebutkan "semua orang yang berperan dalam pembunuhan Soleimani tahun lalu tidak akan dapat melarikan diri dari hukum dan keadilan, bahkan jika dia seorang presiden Amerika sekalipun."
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini