Penulis
Intisari-online.com -Pandemi Covid-19 telah menyerang banyak negara.
Banyak yang sigap menangani wabah ini.
Namun ada juga yang kelimpungan dan kasus perharinya makin bertambah banyak.
Selain itu, ada juga negara seperti Korea Utara, yang mengklaim tidak ada kasus Covid-19 di negaranya meskipun temuan WHO berbeda.
Untuk urusan penanganan Covid-19, Korea Utara beberapa kali dilaporkan terapkan penangan ketat.
Seperti cara mereka menutup perbatasan dengan China.
Namun negara yang dipimpin Kim Jong-Un tersebut tidak hanya satu dua kali tunjukkan lengahnya penanganan wabah.
Contohnya adalah saat Kim Jong-Un adakan parade militer untuk ulang tahun Partai Buruh ke-75.
Hajatan besar tersebut mengharuskan siswa di Korea untuk hadir dan menyaksikan pameran senjata mereka yang baru.
Hal itu sempat resahkan banyak pihak, yang menyebut acara itu akan menjadi klaster penularan Covid-19 baru di Korea Utara.
Segera setelah parade militer itu digelar, rezim Korea Utara masih mengklaim jika warga mereka bebas Covid-19.
Namun baru-baru ini, negara itu dikabarkan memberlakukan kebijakan belajar di rumah.
Hal ini diterapkan untuk siswa sekolah dasar.
Rupanya, hal ini dilakukan sebagai upaya menghindari pertemuan kelas di tengah upaya program anti-virus Corona nasional.
Dikutip dari Kontan.co.id, Uriminzokkiri, salah satu situs propaganda Korut, mengatakan bahwa para guru sekolah dasar di Pyongyang mengunjungi rumah siswanya setiap tiga hari untuk melakukan pembelajaran saat liburan sekolah berlanjut.
"Dengan adanya liburan untuk anak-anak, jadwal baru seperti itu telah dimulai," kata situs web tersebut. "Selama masih ada anak-anak, ini berlaku untuk distrik, lingkungan, dan unit di mana pun."
Korea Utara telah memperpanjang liburan musim dingin untuk siswa di tengah pandemi virus corona global.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa Korea Utara telah memperpanjang liburan musim panas lagi dengan menunda dimulainya semester musim gugur.
Korea Utara juga tampaknya menyediakan pendidikan online melalui TV dan komputer sebagai bagian dari upaya meminimalkan kontak antara orang dengan orang.
Kantor Berita Pusat Korea melaporkan bahwa materi pendidikan akan tersedia melalui TV dan komputer untuk siswa sekolah dasar, menengah dan atas di Pyongyang.
Hingga saat ini, Korea Utara mengklaim bebas dari virus corona tetapi telah mengambil berbagai upaya pencegahan di tengah kekhawatiran bahwa itu bisa lepas kendali begitu virus mengalir ke tanahnya.
Lonjakan kasus TBC
Rupanya ada alasan mengapa siswa ditunda kembali ke sekolah, karena banyak yang tunjukkan gejala virus Corona.
Murid-murid dilaporkan mengalami demam dan gangguan pernapasan.
Para murid tersebut alami hal itu setelah menonton parade militer Perayaan Berdirinya partai Buruh Sabtu 10 Oktober lalu.
Menteri pendidikan Korea Utara telah tetapkan sekolah di provinsi dan Pyongyang untuk kembali aktif pada 1 November.
Sumber dari Provinsi Pyongan Utara mengatakan kepada Daily NK, "jumlah pasien demam di seluruh negara meningkat sejak parade militer, dan Komite Sentral Anti-epidemi menunjukkan bahwa 18% dari yang bergejala tersebut adalah para siswa."
Dilaporkan sekolah sudah ditutup sejak 12 Oktober sebelum revisi terakhir diumumkan tiga hari kemudian.
Sedangkan universitas pusat, yang ditangani langsung oeh Kabinet Kementerian Kesehatan, juga disebutkan akan memulai aktivitas mereka kembali pada 1 November.
Namun, universitas sebelumnya sudah dibuka terlebih dahulu.
Sumber tersebut juga ungkapkan bahwa beberapa murid yang berpartisipasi di parade militer sebagai Pengawal Merah Pekerja-Tani atau Pemuda Pengawal Merah menderita gejala tersebut.
Begitu juga dengan para mahasiswa yang mengikuti parade umum.
Sementara 27 pendaftar dari Universitas Pendidikan Jasmani Choson yang terlibat dalam acara dikatakan mengidap TBC, mereka menambahkan.
Namun, ada dugaan bahwa kasus ini sebenarnya bisa dikonfirmasi sebagai kasus virus corona.
Di Provinsi Pyongan Utara, para guru dan dokter mengunjungi rumah siswa selama akhir pekan untuk memeriksa kesehatan mereka dan melaporkan laporan sesuai perintah dari departemen pendidikan provinsi, seperti dilaporkan Daily NK.
Sebuah sumber mengatakan kepada outlet berita bahwa awal masa sekolah telah ditunda untuk "secara akurat memahami kesehatan siswa setelah peristiwa [PFD]", daripada masalahnya menjadi "serius".
PFD adalah parade militer pada 10 Oktober lalu.
Staf dari rumah sakit khusus dan distrik di Pyongyang juga melakukan tes dahak dan suhu, serta sinar-X pada siswa yang ikut serta dalam acara tersebut, menurut laporan.
Dan untuk mengganti waktu yang hilang, sekolah-sekolah dilaporkan telah diberitahu untuk memperoleh batu bara atau kayu bakar dan memasang penahan angin untuk menjaga ruang kelas tetap hangat dalam cuaca yang lebih dingin karena "tidak akan ada liburan musim dingin tahun ini".
Beberapa orang tua dikatakan muak dengan penundaan lebih lanjut dan prospek memberikan lebih banyak uang ke sekolah agar mereka dapat beroperasi sepanjang musim dingin.
Sebagian artikel ini telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Cegah penyebaran virus corona, siswa di Korea Utara juga belajar di rumah"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini