Sudah Diperingatkan Tapi Masih Jor-joran Ambil Utangan Demi Proyek Ambisiusnya padahal Sumber Pendapatannya Hampir Habis, Inilah Penderitaan yang Bakal Ditanggung Rakyat Timor Leste

Khaerunisa

Penulis

Intisari-Online.com - Negara termuda Asia Tenggara, Timor Leste, yang punya proyek ambisius membangun industri minyak dan gasnya, banyak dikhawatirkan bakal terkena jebakan utang China.

Proyek tersebut membutuhkan dana besar, sementara Timor Leste makin kesulitan mendapatkannya.

Pendanaan dari China-lah yang disebut-sebut sebagai harapan bagi keberlanjutan proyek tersebut.

Timor Leste selama ini sangat bergantung pada pendapatannya dari minyak dan gas, sementara cadangan migas mereka saat ini diperkirakan akan segera habis.

Baca Juga: Kain Tais, Salah Satu Kekhasan yang Dimiliki Timor Leste, di Pasar Ini Kain Khas Bumi Lorosae Bisa Ditemukan

Untuk mengembangkan proyek gas Greater Sunrise, Timor Lorosa'e kabarnya siap meminjam hingga $ 11 miliar dari Tiongkok, mengutip The Australian.

Timor Lorosae bertekad untuk melanjutkan fasilitas pengolahan gas dan pelabuhan di pantai selatannya, meskipun hasil peringatan analisis mengatakan bahwa itu “tidak akan cukup untuk memenuhi standar industri untuk investasi oleh perusahaan minyak internasional”.

Terkait utang luar negeri Timor Leste, melansir socialwatch.org pada 2011, Sebanyak 137 organisasi masyarakat sipil yang berbasis di 32 negara telah memperingatkan Pemerintah Timor Leste untuk tidak mengambil utang luar negeri.

Mereka mengatakan Timor Leste harus "menjaga negara dari hutang dan menahan diri dari pinjaman uang dari pemberi pinjaman internasional".

Baca Juga: Meski Main Aman dan Tak Mau Ikut Campur dengan China, Indonesia Justru di Perdiksi Akan Berselisih dengan China di Masa Depan, Hal Ini yang Jadi Pemicunya

"Daripada mengulangi kesalahan negara berkembang lain yang telah bergumul dengan hutang selama beberapa dekade terakhir, Timor-Leste harus belajar dari pengalaman mereka, yang seringkali menimbulkan kesulitan besar bagi rakyat mereka," kata kelompok tersebut dalam sebuah pernyataan.

Pada tahun 2009 pemerintah Dili meluncurkan beberapa tindakan legislatif, diplomatik, dan keuangan untuk meminjam uang dari pemerintah dan lembaga asing, yang kemungkinan besar akan terjadi pada tahun 2011, lapor Institut Timor-Leste untuk Pemantauan dan Analisis Pembangunan (La'o Hamutuk), salah satunya dari kelompok nasional yang mempromosikan pernyataan tersebut.

Sementara Bank Dunia mendorong Timor-Leste untuk "menilai pilihan untuk menciptakan ruang fiskal dan mendanai defisit anggaran, memastikan kualitas pengeluaran," menurut La'o Hamutuk. Bank Pembangunan Asia dan lembaga multilateral lainnya setuju.

Baca Juga: 'Bangkit dari Kematian' Usai Video Skandal Dewasanya Terbongkar, Siapa Hyon Song-wol yang Kini 'Singkirkan' Adik Kim Jong-un ketika Ibu Negara Korut Menghilang?

Kelompok masyarakat sipil tersebut juga memperingatkan tentang apa yang bakal terjadi jika Timor Leste nekat mengambil pinjaman luar negeri.

Menurut mereka, akibat dari tindakan nekat tersebut akan dirasakan oleh generasi masa depan Timor Leste.

Pernyataan masyarakat sipil itu memperingatkan bahwa "ketika minyak dan gas Timor-Leste habis dalam waktu kurang dari 15 tahun, dan hutang masih harus dilunasi, anak dan cucu kita akan menanggung akibatnya."

Kampanye tersebut diprakarsai oleh Movimento Kontra Deve (Gerakan Melawan Hutang, difasilitasi oleh La'o Hamutuk) Timor-Leste dan Timor Leste dan Jaringan Aksi Indonesia (ETAN) yang berbasis di AS.

Baca Juga: Twitter Sampai Turun Tangan Langsung, Cuitan Mahathir Mohamad Setelah Serangan di Gereja Nice Ini Bikin Gempar, 'Halalkan' Darah Orang Pranci

Jaringan internasional dengan pengalaman panjang dalam hutang termasuk di antara para penandatangan tersebut.

Diantaranya Focus on the Global South, Jubilee South-Asia Pacific Movement on Debt and Development, Third World Network dan CADTM International (Committee for the Cancellation of Third World Debt).

Dua puluh kelompok di Timor-Leste menandatangani pernyataan tersebut, termasuk La'o Hamutuk, Forum LSM, Front Mahasiswa, Forum Pemimpin Komunitas, Yayasan Haburas dan ETADEP.

Organisasi penandatangan dari negara tetangga Timor-Leste di Asia Tenggara termasuk WALHI - Sahabat Bumi Indonesia, Koalisi Kebebasan dari Hutang Filipina, Forum LSM Internasional untuk Pembangunan Indonesia (INFID) dan BUMI (Siaga dan Pemulihan Ekologi Thailand).

Baca Juga: 5 Cara Mudah Mengatasi Hidung Tersumbat, Yuk Bisa Dicoba Lho!

Kepercayaan Diri Timor Leste, sebut China Bukan Ancaman

Terkait hubungan Timor Leste dengan China, Menteri Luar Negeri Timor Leste, Dionísio da Costa Babo Soares, pernah mengungkapkan kepercayaan diri atas hal itu saat masih menjabat.

Melansir Belt & Road News (25/9/2019), Dionísio da Costa Babo Soares dalam sebuah wawancara, memberikan tanggapan tentang orang-orang yang skeptis tentang hubungan Timor Lorosa'e dengan Tiongkok.

Ia mengatakan bahwa Timor Leste bukanlah 'negara baru yang rapuh' yang dapat dengan mudah diombang-ambingkan oleh orang lain.

Soares mendasarkan kepercayaan diri itu pada bagaimana negara tersebut menangani sengketa perbatasannya dengan tetangga yang lebih besar, Australia.

Baca Juga: Ternyata Tanpa Berpihak, Indonesia Malahan Ketiban Rezeki Nomplok Dapat Kucuran Dana Infrastuktur dari Dua Negara Besar yang Berseteru Ini

Seperti diketahui, Timor Leste sempat terlibat dalam sengketa batas laut dengan negara tetangganya itu, wilayah yang mencakup ladang minyak.

Sengketa tersebut juga berlangsung selama bertahun-tahun dan baru selesai melalui kesepakatan pada tahun 2018.

Menteri Luar Negeri tersebut mengatakan bagaimana Timor Leste menggunakan undang-undang Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyelesaikan batas Maritimnya dengan Australia.

Bahkan, ia membandingkan Timor Leste dengan negara-negara lain dalam sengketa Laut China Selatan.

Baca Juga: Korea Utara Memiliki Sedikitnya 6.000 'Cobra Tersembunyi,' Mungkin Juga untuk Menyerang AS!

“Negara-negara di Laut China Selatan tidak bisa menyelesaikan sengketa tapal batas mereka meski sudah di sana lebih dari 50 tahun,

“Timor Leste baru berumur kurang dari 20 tahun, ”katanya.

Menteri Luar Negeri dan Kerja Sama menolak pandangan tersebut sebagai 'skeptis', dengan mengatakan hubungan negara dengan China dan komunitas internasional lainnya didasarkan pada 'saling percaya dan menguntungkan'.

Ia menunjukkan bahwa Timor Lorosa'e memiliki banyak pengalaman dalam mengatur hubungan dengan kekuatan asing, setelah menghabiskan empat abad di bawah pemerintahan kolonial, yang berpuncak pada pendudukannya oleh Indonesia dari tahun 1975 hingga 1999.

Baca Juga: Benar-benar Ceroboh! Wanita Ini Masak Sambil Video Call dengan Ibunya, Akibatnya Anak Balitanya yang Sedang Bermain Terguyur 9 Liter Air Panas Hingga Alami Seperti Ini

“Kadang-kadang orang berpikir bahwa dengan menjadi baru dan kecil, kita dapat dengan mudah terbawa atau didorong, tetapi Timor Leste stabil dan kuat dan mampu mengatur dirinya sendiri.

“Gagasan bahwa Timor-Leste dimanfaatkan terutama untuk kepentingan satu negara, yaitu China, sepenuhnya salah,” kata Soares saat itu.

Soares pun menegaskan bahwa Timor Leste tidak melihat China sebagai ancaman atau sebaliknya.

"Kami tidak melihat China sebagai ancaman bagi negara lain mana pun di dunia, dan kami tidak melihat negara lain menjadi ancaman bagi China," katanya.

Baca Juga: Bukan Sembarang Girl Band, Inilah Moranbong, Girl Band Korut Paling Terkenal yang Telah Digunakan sebagai Alat Diplomasi, Dipimpin Mantan Kekasih Kim Jong-un

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini

Artikel Terkait