Kain Tais, Salah Satu Kekhasan yang Dimiliki Timor Leste, di Pasar Ini Kain Khas Bumi Lorosae Bisa Ditemukan

Khaerunisa

Penulis

Kain Tais merupakan salah satu kekhasan yang dimiliki oleh negara termuda Asia Tenggara, Timor Leste

Intisari-Online.com - Kain Tais merupakan salah satu kekhasan yang dimiliki oleh negara termuda Asia Tenggara, Timor Leste.

Setiap daerah memang biasanya memiliki kekhasan masing-masing, termasuk kain khasnya.

Jika mengunjungi Timor Leste dan ingin melihat atau membeli kain khas yang satu ini, kita bisa menemukannya di 'The Tais Market', Dili, tepatnya di di Jalan Kolmerah.

Selain kain Tais, di pasar tersebut kita juga bisa menemukan aksesoris dengan harga terjangkau.

Baca Juga: Salah Satunya Timor Leste, Inilah 5 Negara Termuda di Dunia, Masih Berjuang Bangkit dari Kemiskinan

Meskipun turis lokal dan mancanegara hilir mudik, harga aksesoris di tempat tersebut masih bisa ditawar.

Tais Market adalah pasar tradisional yang menjual kerajinan Timor Leste mulai dari kain tais (sejenis kain tenun), topi, gelang, kalung, bendera Timor Leste, hingga belak (kalung) imitasi untuk upacara perkawinan.

Dari luar, tempat penjualan kerajinan Timor Leste itu tampak sederhana. Hanya ada tulisan kecil yang samar terlihat, "Market Tais."

Namun, saat melangkah ke dalamnya terlihat cukup banyak petak-petak toko semi permanen yang menjual beberapa kerajinan serta souvenir khas Timor Leste.

Baca Juga: Nasib Apes untuk Para Tentara Korea Utara, Terkena Serangan Ranjau yang Dipasang untuk Negaranya Sendiri, Kejadian Mirip di Scene Drama Korea Crash Landing On You!

Turis yang datang ke sini umumnya berbelanja aneka souvenir.

Fernandes, satu di antara penjual mengaku setiap hari selalu saja ada yang datang baik sekadar melihat-lihat, ambil foto hingga berbelanja.

Tais dan kerajinan lainnya diambil dari pengerajin di distrik atau provinsi sekitar, namun ada juga pengerajin yang tinggal di kota Dili.

Untuk berkeliling di sana, harus bersiap, pasalnya meski pernah menjadi bagian dari wilayah Indonesia, namun di antara penjualnya ada juga yang tak bisa bahasa Indonesia maupun Inggris.

Rata-rata warga Timor Leste terutama di Dili kini menguasai empat bahasa, Tetun, Bahasa Indonesia, dan Inggris sebagai bahasa pergaulan dan bahasa perdagangan serta Portugis sebagai bahasa pemerintahan.

Baca Juga: Jual-Beli Rumah Dilarang di Korea Utara, Ternyata Ini Cara Warga Kim Jong-un Punya Tempat Tinggal

Generasi yang mulai masuk SD tahun 2000 tak lagi diajarkan bahasa Indonesia.

Kini bahasa di sekolah ada Bahasa Tetun, Portugis dan Inggris. Namun anak-anak serta anak baru gede (ABG) menguasai bahasa Indonesia melalui sinetron, berita, lagu dan sejumlah tayangan televisi Indonesia.

Masyarakat biasanya menagkses televisi Indonesia menggunakan parabola, di antaranya ada pula yang menggunakan saluran berbayar seperti Indovision dan Orange TV.

Berjalan-jalan ke Timor Leste laiknya berjalan di satu wilayah di Indonesia. Yang membedakann mereka kini punya presiden dan perdana menteri sendiri.

Baca Juga: Perhatikan Menu Makanan Anda, Ikan-ikan Jenis Ini Harus Dihindari Jika Masih Ingin Sehat, Bisa Picu Munculnya Kanker Otak!

Kembali ke tais atau kain tradisional, menurut Leonel Ximenes Barbosa, yang mendampingi perjalanan di Timor Leste, masing-masing distrik memiliki ciri khas sendiri. Mulai dari corak hingga warna.

"Kalau sudah biasa mudah membedakan kerajinan tais dari Distrik Baucau atau Distrik Lospalos dan sebagainya," kata Lional, Direktur Eksekutif Fo Naroman Timor Leste (FNTL).

Sementara bagi Fernandes, berjualan tais tak hanya sekadar mengais rezeki.

Bagi dirinya berjualan tais sekaligus juga menjaga dan merawat budaya. Supaya budaya dan adat istiadat bisa tetap dilestarikan hingga ke anak cucu.

Baca Juga: Satu Pilot Tewas Akibat Jet Tempur Taiwan Jatuh di Tengah Tekanan China, Apa yang Terjadi?

"Tais ini bagian dari budaya, menjual kain tais semacam duta bagi Timor Leste ke negara lain," kata Fernandes.

Dikatakan, saat Perserikatakan Bangsa Bangsa masih ada di Timor Leste, harga-harga turut naik dan ini berkah tersendiri bagi pedagang.

"Kini ekspatriat yang ada tinggal para turis, NGO internasional, pekerja pertambangan minyak, hingga kedutaan," timpal Lionel.

Warga Dili bangga dengan kain tais. Setiap tamu biasanya akan diberikan cinderamata dengan bahan kain tais.

Baca Juga: Rencana China Untuk Menggempur Taiwan Dipastikan Hanya Gertakan Saja, Pasalnya Jika Senggol Taiwan Sedikit Saja, Balasan Lebih Kejam Ini Akan Diterima China, Daerah Ini Bisa Jadi Sasaran Empuk Taiwan

Mulai bentuk kain, selendang, dikalungkan di leher, hingga tas.

Selain di Market Tais, ada juga beberapa lokasi yang menjual, di antaranya di Timor Plaza.

Itu merupakan mal terbesar di Dili, ukurannya kurang lebih Ayani Megamal di Pontianak.

"Tapi di Market Tais lebih murah, pilihan juga lebih banyak," kata Lionel.

Baca Juga: Anggap Pendukung Eksistensi Negara Israel sebagai Penentang Janji Tuhan, Inilah Neturei Karta, Sekte Yahudi Ortodoks Anti-Israel dan Zionisme

Artikel ini telah tayang di tribunpontianak.co.id dengan judul Berjualan Tais Menjaga Tradisi

(*)

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik disini

Artikel Terkait