Penulis
Intisari-online.com -Banyak pihak bingungkan keberadaan jet tempur Turki di Azerbaijan.
Melansir Kontan.co.id, ada jet tempur F-16 milik Turki yang ditempatkan di Azerbaijan.
Hal itu mengundang pertanyaan untuk apa Azerbaijan meminjam jet tempur tersebut?
Lelah dengan pertanyaan tersebut, akhirnya Presiden Azerbaijan angkat bicara.
Ia menyebut jet tempur itu bisa digunakan jika terjadi agresi di negaranya.
"Saya sering ditanya: apa yang dilakukan F-16 Turki di negara kami? Saya lelah menjawabnya.
"Jika Anda memiliki satelit, coba lihat, pastikan (pesawat) ada di darat, bukan di langit," kata Aliyev.
"Mereka (F-16 Turki) telah tiba untuk mengambil bagian dalam latihan militer dan tinggal di sini setelah perang dimulai.
"Saudara-saudara Turki kami telah meninggalkan (F-16) mereka di sini sebagai dukungan moral bagi kami," ujarnya.
"Tetapi, jika agresi terjadi terhadap kami dari luar, maka mereka akan melihat F-16 (terbang)," imbuh dia dalam pidato yang disiarkan langsung di televisi, Senin (26/10), seperti dikutip TASS.
Menurut Aliyev, ada "sekitar lima sampai enam" jet tempur F-16 milik Turki di Azerbaijan.
Bentrokan baru antara Azerbaijan dan Armenia meletus pada 27 September, dengan pertempuran sengit berkecamuk di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
Baca Juga: Ini Pesawat Paling Mematikan di Dunia, Bukan 'Si Canggih' F-35 Apalagi F-16
Azerbaijan dan Armenia telah memberlakukan darurat militer dan melancarkan upaya mobilisasi.
Kedua pihak yang terlibat konflik telah melaporkan adanya korban, termasuk warga sipil.
Senjata baru Turki
Turki rupanya telah perkuat milliter mereka dengan sistem pertahanan udara S-400 buatan Rusia.
Ironis, padahal F-16 yang mereka beli dan pinjamkan ke Azerbaijan adalah buatan Lockheed Martin, Amerika Serikat.
Dengan Ankara menerima sistem rudal S-400 buatan Rusia, AS geram bukan main.
"Amerika Serikat tidak mengerti siapa yang dihadapinya. Anda (AS) mengatakan, untuk mengirim S-400 kembali ke Rusia.
"Tapi, kami bukan negara suku, kami adalah Turki," tegas Erdogan, Minggu (25/10).
Dia menyatakan, AS bebas mengenakan sanksi apa pun yang mereka sukai atas Turki.
"Apa pun sanksi yang mungkin diberikan, jangan tunda penerapannya," katanya seperti dikutip TASS.
Menurut Erdogan, Turki "telah membayar sejumlah uang untuk program jet tempur siluman F-35 generasi kelima kepada AS.
"Tetapi, Amerika Serikat tidak mengirimkannya," ungkap dia.
Melanjutkan uji coba rudal S-400
Pada Jumat (23/10) pekan lalu, Presiden Turki mengonfirmasi bahwa uji peluncuran dari sistem pertahanan anti-pesawat S-400 telah dilakukan selama latihan pada 16 Oktober.
Ia mengatakan, Turki berencana untuk melanjutkan uji peluncuran rudal S-400, terlepas dari posisi AS.
Sebelumnya, Departemen Luar Negeri AS menyatakan, tindakan Turki itu bertentangan dengan kewajibannya sebagai anggota NATO.
Kementerian Pertahanan Turki membantah tuduhan AS tersebut.
Rusia mengatakan, pada September 2017, mereka telah menandatangani kontrak senilai US$ 2,5 miliar untuk sistem pertahanan udara S-400 dengan Turki.
Batch pertama di bawah kontrak sudah dikirim ke Ankara dengan transportasi udara pada Juli 2019.
Kesepakatan itu juga berupa transfer sebagian teknologi produksi ke Turki.
Turki adalah negara anggota NATO pertama yang membeli sistem rudal pertahanan udara semacam itu dari Rusia.
Tapi, keputusan Turki membeli sistem rudal permukaan-ke-udara S-400 buatan Rusia telah menyebabkan reaksi negatif yang tajam dari AS dan NATO, dengan Washington tidak pernah berhenti untuk menekan Ankara agar membatalkan rencananya itu.
Karena Turki belum juga menyerah pada tekanan, AS telah mengeluarkan Turki dari program pengembangan jet tempur siluman F-35 generasi kelima.
AS juga mengancam Turki dengan sanksi sepihak atas pembelian sistem pertahanan udara S-400, namun tidak terburu-buru untuk mengambil langkah-langkah ini karena takut akan memburuknya hubungan dengan sekutu utama NATO.
S-400 Triumf, NATO menjulukinya SA-21 Growler, adalah sistem rudal permukaan-ke-udara jarak jauh dan menengah terbaru buatan Rusia yang mulai beroperasi pada 2007.
Sistem ini dirancang untuk menghancurkan pesawat, kapal, dan rudal balistik, serta juga dapat digunakan meluluhlantakkan instalasi darat.
S-400 dapat menyerang target pada jarak hingga 400 km dan ketinggian sampai 30 km.
(S.S Kurniawan)
Artikel telah tayang di Kontan.co.id dengan judul "Presiden Azerbaijan: Jet tempur F-16 Turki bisa digunakan jika terjadi agresi" dan "Erdogan: Amerika Serikat tidak mengerti siapa yang dihadapinya"
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini