Find Us On Social Media :

Gencatan Senjata Gugur, Armenia dan Azerbaijan Salahkan Satu Sama Lain Jadi Penyebab Gagalnya Evakuasi Korban Konflik Nagorno-Karabakh

By Maymunah Nasution, Senin, 12 Oktober 2020 | 08:32 WIB

Azerbaijan gunakan drone canggih untuk bombardir Armenia.

Intisari-online.com - Armenia dan Azerbaijan seharusnya saling bertukar korban jiwa yang jatuh di konflik Nagorno-Karabakh.

Rencana tersebut merupakan bagian dari rencana gencatan senjata yang telah disusun jauh-jauh hari.

Namun sayangnya kedua negara justru gagal menjemput korban dari warga negara mereka sendiri.

Mengutip South China Morning Post, dua negara sebelumnya telah setuju untuk lakukan gencatan senjata.

Baca Juga: Dianggap Negera Miskin, Tiba-tiba Azerbaijan Gunakan Drone Canggih untuk Bombardir Armenia, Turki Dituduh Menyokong Alat Militer Tapi Langsung Mengelak, 'Itu Bukan Urusan Kami'

Gencatan senjata tersebut dimulai tengah hari pada hari Sabtu, untuk saling menukar tahanan dan mengevakuasi korban jiwa.

Namun malah kedua negara saling menyalahkan bahwa negara lain melanggar perjanjian tersebut.

Tuduhan Armenia

Juru bicara pasukan militer Armenia menulis di Facebook bahwa Azerbaijan telah melanggar perjanjian di wilayah tersebut pada hari Minggu.

Baca Juga: 'Rusia Tidak Bisa Mundur', Rusia Turun Tangan Terkait Perang Armenia-Azerbaijan Makin Buruk hingga Ancam Keamanan Perbatasan

Ia menyebutkan Armenia tetap menghargai perjanjian tersebut.

Tuduhan Azerbaijan

Sementara itu Azerbaijan justru menuduh ibukota Armenia, Yerevan, menembaki desa-desa dan kota, dan membunuh 9 warga sipil serta mencederai lusinan lainnya.

Termasuk salah seorang yang dicederai diklaim Azerbaijan seorang paramedis, dengan luka cedera yang berat.

Baca Juga: Bak Petir di Siang Bolong, Selain Bantu Azerbaijan Bombardir Armenia, Mendadak Presiden Turki Juga Perintahkan Pasukan Militernya Serbu Qatar, Apa Alasannya?

Meski begitu, tuduhan kedua negara masih belum bisa diverifikasi secara independen.

Kekhawatiran Eropa

Dewan Eropa melalui juru bicaranya, Peter Stano, mengatakan ketegangan telah menjadi kekhawatiran utama.

Dewan Eropa khawatir kedua negara akan lanjut lakukan aktivitas militer dan serangan sipil meskipun sedang lakukan gencatan senjata.

Baca Juga: Pengaruh Tiongkok Kian Kuat dan Proyek Jalur Sutera Baru Kian Mulus Tanpa Halangan, Tiongkok Bangun Teknologi Masa Depan Ini di Afrika, Sedang Negara Eropa Ini Ketahuan Uji Coba Drone Tiongkok

Bahkan, Kanselir Jerman Angela Merkel telah menelepon Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan.

Jumlah Korban

Ratusan orang telah meninggal semenjak konflik memanas akhir September lalu.

Rusia menengahi dengan menjadi mediator gencatan senjata antara dua kelompok.

Baca Juga: Kisah Alina Kabaeva, Atlet Nasional Rusia yang Terlibat Asmara Membahayakan Dengan Presiden Rusia: Hilang Sejak Tahun 2018, Kabarnya Punya Anak Kembar, Putra Presiden?

Tujuannya adalah untuk menenangkan peperangan paling mengerikan sejak gencatan senjata tahun 1994.

Meskipun akar permasalahan Nagorno-Karabakh berasal dari masalah berpuluh-puluh tahun lamanya, tapi konflik saat ini meningkat sejak jatuhnya Uni Soviet tahun 1990.

Nagorno-Karabakh menjadi konflik karena wilayah itu secara administrasi milik Azerbaijan, tapi ditinggali oleh etnis Armenia.

Dalam konflik yang masih terus berlanjut, 30 ribu orang terbunuh dan ratusan ribu kehilangan rumah.

Baca Juga: Laksanakan dengan Perbuatan, Umumkan dengan Jelas', Azerbaijan Bersumpah Siap Hentikan Gempuran, Asal Armenia Sudi Lakukan Satu Syarat Ini

Kepemimpinan Baku, Azerbaijan, masih menuduh negara tetangga mengambil teritori Azerbaijan melanggar hukum internasional.

Meskipun telah terjadi ketegangan berulang kali, konflik ini memanas lagi sejak 1994.

Desakan Uni Eropa

Mengutip Euro News, konflik Nagorno-Karabakh menjadi topik utama pembahasan Uni Eropa di Brussels minggu ini.

Baca Juga: Saling Lempar Bom Mematikan hingga Buat Kota-kota Luluh Lantak, Perang Armenia-Azerbaijan Makin Brutal, Warga Setempat: Tapi Kenapa Dunia Diam?

Pasalnya, ketegangan antara pasukan kedua pihak tidak tunjukkan tanda akan mereda.

Mengatakan kepada Euro News, Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan, dan Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, telah menuding satu sama lain sebagai penyebab kekerasan di Nagorno-Karabakh.

Sementara belum ada upaya untuk lakukan gencatan senjata lagi.

Lebih buruk lagi, konflik mulai merembet ke Turki dan Rusia, yang tingkatkan bahaya konflik yang lebih besar.

Baca Juga: Makin Panas, Armenia Tuduh Azerbaijan Menarget Hancurkan Katedral Suci yang Telah Berdiri Megah Sejak Abad 19 Ini, 'Dulunya Jadi Gudang Senjata'

Itulah sebabnya Uni Eropa mendesak kedua belah pihak memastikan warga sipil tetap aman.

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini