Penulis
Intisari-online.com -Dalam wawancara dengan WION (India) pada 9-9, Wakil Duta Besar Rusia untuk India Roman Babushkin menegaskan bahwa Menteri Luar Negeri China (China) Wang Yi akan mengadakan pembicaraan dengan mitranya dari India Subrahmanyam Jaishankar. di sela-sela konferensi senior Shanghai Cooperation Organization (SCO) tahun 2020 pada hari 11-9 di Moskow Rusia.
Diskusi tersebut kemungkinan besar akan melibatkan bentrokan tentara terbaru di perbatasan daerah lembah Galwan di timur wilayah Ladakh yang disengketakan pada akhir Agustus.
Menurut Babushkin, Rusia memiliki posisi yang netral terhadap kedua negara tersebut.
Rusia tidak berniat terjun untuk menyelesaikan masalah India dan China, tapi hanya membantu dalam menciptakan lingkungan yang positif bagi kedua belah pihak untuk berdialog satu sama lain.
Kebijakan Rusia selalu mendukung semua solusi untuk merundingkan diplomasi damai, hingga membatasi konflik militer.
Rusia sebagai penengah
Menurut Asia Times, hampir di setiap pernyataan tentang hubungan Indo-China dan Rusia, mereka menegaskan bahwa mereka tidak berniat mencampuri ketegangan antara kedua negara ini.
Namun, langkah Moskow secara diam-diam mengarahkan India dan China menuju penyelesaian konflik yang lebih aktif, yaitu bertindak sebagai mediator informal.
Selain menunjukkan dirinya sebagai partisipan aktif dalam urusan internasional, menjinakkan India dan China juga menjamin keamanan dan kepentingan Rusia dalam jangka panjang.
Padahal, saat konflik perbatasan Indo-China pecah pada awal Mei lalu, Rusia bukanlah negara pertama yang angkat bicara, melainkan AS.
Namun, begitu Presiden AS Donald Trump mengusulkan untuk menengahi, baik China maupun India langsung menolak, menegaskan bahwa kedua belah pihak akan menyelesaikan masalah dengan cara bilateral.
Hal ini tidak mengherankan mengingat kondisi AS dan China sedang dalam level terburuk dalam beberapa tahun terakhir.
Kedua negara terlibat dalam berbagai macam ketidaksepakatan yang mendalam dalam berbagai bidang.
Bahkan Presiden Trump yang ingin mengundang India, Australia, Rusia, dan Korea Selatan ke KTT G7 yang dijadwalkan akhir September juga dikatakan akan menahan China.
Rusia bukanlah negara yang demikian.
Saat ini kepentingan nasional Rusia adalah menjaga hubungan yang baik dengan China dan India.
Kedua negara ini adalah mitra strategis utama Rusia dalam hal ekonomi dan keamanan.
New Delhi dan Beijing sama-sama menandatangani perjanjian pertahanan bernilai miliaran dolar dengan Moskow.
Mereka juga memerintahkan sistem rudal permukaan ke udara S-400 meskipun ada keberatan dari Washington.
Tidak hanya itu, antara Rusia, India dan China juga terikat dalam sederet lembaga internasional lain.
Contohnya adalah sama-sama menjadi anggota Group of Emerging Nations (BRICS) atau SCO.
Selain itu, Rusia pada Oktober 2019 juga bekerja dengan baik sebagai mediator antara Suriah dan Turki dan mencapai kesepakatan gencatan senjata yang substantif antara kedua belah pihak, mengisi celah politik yang diizinkan AS.
Hal yang sama terulang lagi saat menarik pasukan dari medan perang ini.
Pengalaman ini sekali lagi membuktikan bahwa Moskow memiliki kemampuan dan kondisi untuk menyelesaikan ketegangan Indo-China secara memuaskan, untuk memastikan keamanan dan perdamaian bersama.
Namun segitiga ini perlu diperhatikan lebih lanjut.
Meskipun benar Rusia menjaga hubungan yang seimbang dengan China dan India, tentu saja ketiganya masih sama-sama bersaing.
Contohnya adalah kebangkitan China beberapa tahun terakhir telah memaksa Rusia mengambil tindakan untuk mengontrol sebelum pengaruhnya menyebar dan mengancam kepentingannya sendiri.
Oleh sebab itu, menyelesaikan konflik perbatasan Indo-China juga menjadi agenda Rusia untuk memperkuat hubungan dengan New Delhi.
India dinilai lebih tegas dan lebih kuat untuk menjadi penyeimbang yang baik bagi China di kawasan tersebut.
Namun membiarkan New Delhi bernegosiasi dengan Beijing sendiri hasilnya mungkin tidak menguntungkan.
Pasalnya, kedua negara masih sangat bergantung satu sama lain di bidang ekonomi.
Sedikit banyak hal itu akan membuat konsesi agar tidak mempengaruhi keseimbangan perdagangan bilateral.
Hubungan New Delhi dan Moskow memiliki sejarah panjang dari era Soviet dan terus berkembang selama hampir 70 tahun.
Rusia telah berulang kali menunjukkan dukungan untuk India di forum multilateral, seperti mengusulkan India untuk memegang kursi permanen untuk memperluas keanggotaan Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa, atau untuk mendukung India. bergabung dengan Nuclear Suppliers Group (NSG) - sebuah koalisi dari 48 negara pemasok nuklir yang mengontrol ekspor global peralatan dan teknologi nuklir.
Rusia dan India juga menandatangani kesepakatan pada 2014 untuk membangun 12 pembangkit listrik tenaga nuklir rancangan Rusia di India.
Ketika Rusia menguraikan peta jalan bagi India untuk bergabung dengan SCO pada 2017, pengamat juga memperkirakan bahwa Moskow ingin New Delhi menjadi penyeimbang China di kawasan itu, selain mempromosikan pengembangan organisasi secara keseluruhan.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini