Advertorial
Intisari-Online.com -Hubungan antara China dan India mulai memanas sejak bulan Juni ketika 20 tentara India, dan pasukan China yang jumlahnya tidak diketahui, tewas dalam bentrokan di sepanjang perbatasan yang disengketakan.
Karena senjata api dilarang di dekat perbatasan, kedua belah pihak bertempur dengan senjata jarak dekat seperti batang besi dan pentungan.
Menyusul kematian tersebut, India melarang sejumlah aplikasi seluler Tiongkok, termasuk TikTok, dari jaringannya dengan alasan keamanan nasional.
Setelah itu, hubungan keduanya pun makin memburuk dengan masing-masing negara mengerahkan sejumlah besar pasukan di perbatasan yang disengketakan.
Beberapa kali pembicaraan damai direncanakan, namun selalu menemui jalan buntu.
Sementara itu, China juga makin sewenang-wenang dengan klaimnya atas wilayah perbatasan dengan India dan Laut China Selatan dengan melakukan aksi militer yang dikhawatirkan memicu konflik yang lebih luas.
Untuk menjaga stabilitas wilayah dari pengaruh negara mana pun, India dan Jepang telah menyetujui perjanjian militer baru.
Diketahui, kedua negara tengah berjuang untuk mengatasi ancaman China, yang memicu kekhawatiran akan konflik terbuka.
Kedua negara menandatanganiperjanjian logistik militer timbal balik.
Hal itu berarti angkatan bersenjata masing-masing akan saling memberikan dukungan logistik.
Melansir Express.co.uk, Jumat (11/9/2020), New Delhi telah berusaha untuk memperkuat aliansi regionalnya karena ketegangan dengan Beijing meningkat.
Perjanjian tersebut ditandatangani oleh sekretaris pertahanan India Ajay Kumar dan Suzuki Satoshi, duta besar Jepang.
Kedua belah pihak setuju untuk memberikan "penyediaan pasokan dan layanan timbal balik" antar militer mereka.
India telah menandatangani perjanjian serupa dengan Amerika Serikat, Australia, Prancis, Korea Selatan, dan Singapura.
Menurut seorang pejabat pertahanan India, berbicara kepada Times of India, mereka juga mencari perundingan yang serupa dengan Inggris dan Rusia.
Mereka berkata: “India sedang merundingkan perjanjian serupa dengan Inggris dan Rusia.
“Yang Rusia harus ditandatangani akhir tahun ini.
"Kami tidak memiliki niat atau sarana untuk membangun pangkalan di luar negeri seperti yang dilakukan China sejauh dan seluas ini."
Negosiasi untuk perjanjian baru dimulai pada Oktober 2018 antara Perdana Menteri India Narendra Modi dan rekannya dari Jepang, Shinzo Abe.
Mereka sepakat untuk "lebih meningkatkan kedalaman kerja sama pertahanan" untuk "berkontribusi bagi perdamaian dan keamanan di kawasan Indo-Pasifik".
Perjanjian tersebut berlangsung selama sepuluh tahun tetapi secara otomatis diperpanjang pada akhir periode ini, kecuali salah satu pihak ingin menarik diri.
China saat ini memiliki angkatan laut terbesar di dunia dengan total 350 kapal perang.
Pada 2017 pangkalan militer luar negeri pertamanya, di Djibouti, mulai beroperasi.
China juga dapat mengakses pangkalan di Pakistan, yang memiliki hubungan persahabatan, untuk dukungan logistik.
Menurut Pentagon AS, China tertarik untuk mendirikan pangkalan militer di tidak kurang dari 12 negara lain.
Untuk melawan kekuatan China yang sedang tumbuh, India telah bergerak mendekati AS, Jepang dan Australia, sebuah kelompok yang secara informal dikenal sebagai 'quad'.
Pekan lalu Jenderal Bipin Rawat, kepala staf pertahanan India, menggambarkan quad sebagai "mekanisme yang baik" untuk mencegah kawasan itu didominasi oleh kekuatan yang bermusuhan.