Advertorial
Intisari-online.com - Bukan rahasia lagi Jika Amerika adalah negara paling terdepan dalam menekan China.
Bukan hanya melalui sanksi dagang, Amerika juga terus melakukan tekanan di Laut China Selatan karena tindakan semena-mena China.
Selain itu, para petinggi Amerika mulai dari Donald Trump, hingga Mike Pompeo tak jarang memberikan kritik pedas kepada negeri tirai bambu.
Terbaru menurut 24h.com.vn pada Kamis (10/9/20), selama beberapa Minggu terakhir, AS juga meningkatkan tekanan pada perusahaan teknologi China.
Hal inipun membuka hubungan kedua negara yang jarang terekspos di mana kenyataannya AS ternyata sangat bergantung pada China.
Menurut catatan itu, ancaman itu ternyata bisa dijadikan bumerang oleh China untuk menjatuhkan AS.
Dengan memisahkan ekonomi AS dan China, menyebabkan langkah itu bisa membuat Amerika terkena pukulan telak dari China.
Amerika selama ini masih menggantungkan obat-obatan dari China.
Mulai dari obat penghilang rasa sakit, obat HIV, semua masih bergantung pada impor dari China.
Masalah "persenjataan" obat-obatan baru saat ini sedang dibahas di China sebagai respons terkuat terhadap tekanan AS baru-baru ini, menurut SCMP.
Ide ini baru-baru ini disebutkan oleh para sarjana dan penasihat pemerintah Tiongkok, biasanya Li Daokui.
Li mengatakan di media bahwa China perlu membatasi akses AS ke obat-obatan, seperti AS yang memperketat kontrol atas teknologi dan perangkat lunak.
Li mengakui bahwa AS dan China memiliki hubungan mengikat yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Tetapi membatasi ekspor antibiotik ke AS bisa menjadi respons perdagangan yang tepat bisa menekan balik Amerika.
Pakar lain mengatakan bahwa membatasi ekspor obat ke AS tidak hanya mempengaruhi moralitas, tetapi juga bisa kontraproduktif.
"Ide ini sama sekali tidak realistis.Itu hanya mendorong AS untuk berurusan lebih keras dengan perusahaan teknologi China," kata Shi Yinhong, profesor hubungan internasional di Universitas Renmin, seorang penasihat pemerintah China.
Perangkat medis dan rantai suplai obat saat ini menjadi tema utama dalam perlombaan Gedung Putih.
Baik Presiden ASDonald Trumpdan calon presiden dari Partai Demokrat Joe Biden berjanji untuk menyelesaikan masalah ini, setelah pandemi Covid-19 membuat Amerika Serikat kekurangan peralatan medis dan alat pelindung.
Saat ini, perusahaan farmasi AS hanya fokus membangun fasilitas penelitian di dalam negeri.
Untuk obat-obatan yang murah dan bisa diproduksi massal, AS sepenuhnya menyerahkan pasar ke India dan China.
Antibiotik misalnya, AS telah menghentikan pembuatan bahan yang dibutuhkan untuk penisilin sejak 2004.
Tahun lalu, 40% antibiotik yang diimpor ke AS berasal dari China, terutama kloramfenikol, tetrasiklin, dan penisilin.
Begitu China berhenti mengekspor produk-produk ini, China akan membuat AS marah.
"Semua rumah sakit di AS akan lumpuh karena tidak ada obat yang diimpor dari China, terutama antibiotik," kata Zhang Weiwei, guru besar hubungan internasional Universitas Fudan.
China merupakan produsen farmasi aktif (API) terbesar di dunia.
Lebih dari 11.000 pemasok farmasi termasuk India, AS, dan Jepang bergantung pada bahan baku yang diimpor dari China.
"Jika China menggunakannya untuk memberi pukulan telak, perusahaan Farmasi Amerika mungkin akan kesulitan menemukan alternatif, setidaknya untuk beberapa tahun," kata Shi.
Sebaliknya, perusahaan faramasi China juga mengalami kerugian karena kehilangan pasar dan mitra penting mereka Amerika.
"Pada akhirnya hanya akan menimbulkan serangan balasan ke China oleh Amerika," katanya.