Intisari-online.com - Realisme menghantam warga Afghanistan dan komunitas internasional yang terlihat lelah dengan konflik Afghanistan bertahun-tahun tanpa kesepakatan politik yang tercapai kedua belah pihak.
Usaha untuk mencapai kesepakatan damai dengan Taliban sudah terlalu lama hanya ada di angan-angan saja.
Sampai-sampai, skeptisisme muncul dengan komentar seperti "apa ruginya jika alternatif yang ada hanyalah perang tanpa akhir?"
Permintaan dan impian Taliban dihapuskan begitu saja dan semata-mata hanya digunakan untuk pembuka posisi negosiasi.
Sementara pernyataan mereka dimaafkan sebagai tindakan pemberani saja.
Serta, untuk menjaga proses perdamaian tetap berjalan, hukuman atas kekerasan Taliban sengaja tidak disebutkan dalam kesepakatan ini.
Bukankah itu aneh?
Saat para delegasi bersiap untuk pendekatan intra-Afghanistan di Doha, optimisme kian hancur.