Penulis
Intisari-online.com -Selama pemerintahan Trump, sudah sering dikatakan jika ia melakukan aksi kepresidenan di bawah standar Presiden AS yang lain.
Banyak juga warga AS yang berpikir Trump memimpin dengan cara yang lebih buruk daripada kebanyakan presiden dari Republik di bawah kondisi yang sama.
Namun, rupanya hal tersebut sulit untuk dibuktikan.
Meski begitu, setidaknya ada satu indikator kunci yang tunjukkan bahwa Trump memang melakukan kinerja yang lebih buruk daripada Presiden Republik lainnya.
Indikator tersebut adalah Trump sepertinya tidak memiliki popularitas rata-rata yang bisa diterima seorang pemimpin yang menjabat, dibandingkan dengan partainya sendiri di DPR.
Melihat dari poling wawancara langsung dan semua survei yang diambil di musim panas ini mengenai tingkat presiden dan Kongres, perbandingan Trump dan Biden adalah 1:10.
Sementara kandidat DPR dari Demokrat memiliki popularitas lebih tinggi daripada Republik sebanyak 8 poin dalam survei yang sama.
Ini sama dengan fakta bahwa kandidat Republik untuk DPR memiliki tingkat popularitas lebih rendah dari kandidat Demokrat.
Baca Juga: Balas Serangan Roket Hamas, Israel Gempur Jalur Gaza dengan Jet Tempur
Ada fakta aneh di poling pemilu AS tahun ini, yaitu Joe Biden justru ungguli poling partai Demokrat sendiri.
Jika itu bertahan, pakar justru sebut tidak akan bertahan lama, dan akan mengerikan jika bertahan lama.
Pasalnya, AS adalah negara dengan sistem demokrasi yang sudah maju, dengan hampir semua rakyatnya tahu, oposisi diperlukan untuk memajukan negara mereka.
Saat ini partai Demokrat ungguli partai Republik di DPR, sehingga banyak yang berharap Trump melakukan yang terbaik dalam masa kepresidenannya saat ini.
Pasalnya, Demokrat sudah memiliki keuntungan kuasa di DPR, Presiden harusnya berasal dari partai oposisi agar terjadi keseimbangan yang kuat.
Dalam sejarah AS, mereka yang memegang kuasa telah berhasil melawan yang melawan mereka.
Kita telah melihat itu semua dalam semua pemilu AS di berbagai tingkat (DPR, Senat dan Presiden).
Presiden yang berkuasa kemungkinan besar bisa menjadi Presiden selanjutnya selama 80 tahun demokrasi dijalankan di AS.
Dan bahkan keuntungan kekuasaan telah ditolak di DPR, partai yang memegang keuntungan tersebut masih bisa memenangkan poling sebesar 3 poin.
Terhitung sejak 1940 ada 8 pemilu AS ketika presiden yang berkuasa menjabat dua kali dan partainya tidak menguasai DPR.
Dalam pemilu-pemilu ini, para presiden telah lakukan hal yang lebih baik daripada hampir semua anggota partainya yang ada di DPR selama 6-8 kali (75%).
Dan sejak 1940, presiden tidak pernah memiliki kinerja di bawah partainya lebih dari 3 poin.
Fenomena ini terjadi pada tahun 2012 lalu.
Saat itu Mantan Presiden Barack Obama memenangkan voting popularitas sebesar 4 poin, sedangkan partai Demokrat menjadi minoritas di DPR dan hanya memenangkan 1 poin poling popularitas.
Dengan kata lain, Obama lampaui kinerja Partai Demokrat lebih dari 3 poin.
Memang 8 pemilu saja bukanlah contoh terbaik pemilu rata-rata di AS, jika diperluas bisa juga dimasukkan pemilu yang presiden berkuasa tidak menjabat lagi.
Dalam kasus ini, masyarakat AS berharap jika partai yang menjadi mayoritas di DPR akan menjadi mayoritas lagi di DPR daripada yang terjadi di pemilu presiden, mengapa?
Jawabannya terletak di hasil pemerintahan dalam masa 1 jabatan tersebut, presiden yang berkuasa terbukti tidak cukup layak memimpin lagi karena tidak imbang menangani kekuatan partai oposisi di DPR, sehingga kekuatan demokrasi sesungguhnya untuk masa seperti itu terletak kuat di DPR dan kinerja mereka patut diandalkan.
Jika pemilu macam ini dimasukkan dalam perhitungan rata-rata pemilu AS, maka partai yang bisa memenangkan DPR telah mengalahkan kandidat presiden mereka sendiri 13 dari 15 kali (87%) selama 80 tahun.
Atau dengan kata lain, partai minoritas di DPR telah lakukan hal lebih baik di ajang pemilu presiden 13 dari 15 kali saat mereka tidak menguasai DPR atau presiden yang berkuasa tidak mencalonkan diri lagi.
Dalam pemilu seperti itu, partai minoritas di DPR telah lakukan pemilu presiden lebih baik dengan 3 poin lebih tinggi selama 80 tahun terakhir ini.
Trump saat ini justru berada 5 poin di bawah standar tersebut, ia sendiri juga kalah dari partainya sendiri sebesar 2 poin.
Menariknya selama 2020 ini Kongres termasuk stabil, Trump juga melakukan hal lebih baik daripada Partai Republik di DPR sepanjang tahun ini, sampai musim panas ini.
Jika begitu, bisa jadi kasusnya adalah kandidat DPR Republik akan lebih unggul daripada Trump sendiri karena para pemilih berniat membagi 'tiket' mereka.
Kembali lagi, warga AS adalah warga yang menjunjung tinggi demokrasi, jika mereka yakin Trump akan kalah, mereka tidak ingin berikan kekuasaan penuh bagi Demokrat di kursi presiden maupun di DPR.
Meski begitu, rupanya banyak yang yakin jika Trump akan memenangkan lagi pemilu AS November mendatang.
Ini tunjukkan jika Trump kalah populer akibat dua isu: caranya menangani pandemi virus Corona dan isu rasis akibat pembunuhan George Floyd.
Tingkat persetujuan Trump terkait kedua hal tersebut hanyalah di angka 30an semata. Para pemilih mungkin menyalahkannya atas responnya tanpa memberikan penalti terlebih dahulu kepada pejabat Republik di DPR.
Satu hal yang menjadi kabar baik bagi Trump adalah jika ia lakukan hal yang lebih buruk dari tatanan dasar negara, ia masih punya ruang untuk tumbuh lebih baik tanpa mengubah lingkungan politik terlalu banyak.
Namun, bahkan walaupun Trump lakukan hal sebaik kandidat Republik untuk DPR, ia masih akan terjegal.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini