Advertorial

Perundingan Damai Hampir Disepakati Afghanistan dan Taliban, Sebanyak 400 Tahanan Taliban Mulai Dibebaskan, Tapi Presiden Afghanistan Sebutkan Ada Konsekuensi Mengerikan Ini di Baliknya

May N

Editor

Intisari-online.com -Sudah bukan rahasia jika terjadi banyak ketegangan di Timur Tengah.

Salah satunya adalah di Afghanistan yang lama bersitegang dengan Taliban.

Namun pada Jumat kemarin, pihak berwenang di Afghanistan mengatakan mereka mulai bebaskan 400 tahanan Taliban.

Sepertinya hal tersebut adalah langkah terakhir dalam peluncuran perundingan damai yang telah lama tertunda.

Baca Juga: Monster Ular Sepanjang 13 Meter dengan Berat Mencapai 1.000 Kg dalam Sejarah, Melampaui Imajinasi 'Anaconda' Hollywood, Simak Kengeriannya!

Kamis (13/8) 80 tahanan sudah dibebaskan, seperti disebutkan Juru Bicara Dewan Keamanan Nasional Javid Faisal.

Dalam twitnya ia menulis, pembebasan itu akan "mempercepat upaya pembicaraan langsung dan gencatan senjata nasional berkelanjutan".

Pembebasan para tahanan itu telah disetujui pada akhir pekan lalu dalam pertemuan ribuan tokoh termuka Afghanistan bernama "Loya Jirga".

Baca Juga: Ditolak Hampir Oleh Semua Buruh dan Pekerja Seluruh Indonesia, Omnibus Law Justru Gencar Dipromosikan oleh Artis-artis Indonesia: 'Ujung-ujungnya Minta Maaf dan Klarifikasi, Basi!'

Mereka dipanggil oleh Presiden Ashraf Ghani, setelah pihak berwenang awalnya menolak pembebasan para milisi, yang dituduh telah melakukan kejahatan berat termasuk serangan-serangan brutal yang menewaskan warga Afghanistan serta warga negara asing.

Afghanistan dan Taliban mengatakan, mereka siap memulai pembicaraan damai di Doha, Qatar, dalam beberapa hari ke depan setelah para tahanan dibebaskan.

Para tahanan yang dibebaskan itu termasuk sekitar 44 pemberontak yang diperhatikan khusus oleh Amerika Serikat (AS) dan negara-negara lainnya, atas peran mereka dalam serangan tingkat tinggi.

Baca Juga: Covid Hari Ini 15 Agustus 2020: Kondisi Terburuk Sudah Dimulai, Kapasitas Rumah Sakit di Indonesia Mulai Penuh Pasien Covid-19 Sedangkan Jumlah Pasien Terus Bertambah

Sebelumnya pada Kamis (13/8/2020) Ghani telah memperingatkan, pembebasan para tahanan itu adalah "bahaya" bagi dunia.

"Sampai dengan masalah ini, ada konsensus tentang keinginan untuk berdamai tetapi tidak tentang pengorbanannya," ucap Ghani dalam konferensi video yang diadakan oleh sebuah lembaga konsultan AS.

"Kami sekarang telah membayar cicilan besar untuk biaya itu, dan itu berarti perdamaian akan memiliki konsekuensi," tambahnya.

Menurut Ghani, pembebasan "penjahat kelas kakap" dan pengedar narkoba "kemungkinan besar akan menimbulkan bahaya baik bagi kami maupun bagi (Amerika) dan dunia."

Baca Juga: Meski 'Diguncang dengan Pedang Xi Jinping,' Strategi Taiwan Untuk Menahan Invasi Tiongkok Ketinggalan Zaman, Lihat Saja Revolusi PLA Jadi Teknologi Tinggi Modern!

Rupanya memang ada konsekuensi besar melepaskan para tahanan militan Taliban ini.

Bagi para milisi Taliban yang membangkang keputusan petingginya terkait rencana perdamaian dengan Pemerintah Afghanistan, ISIS membuka pintu lebar bagi mereka untuk masuk ke dalam kelompok teroris tersebut.

Sebelumnya, seorang komandan senior ISIS yang memperkenalkan dirinya sebagai Abdullah mengatakan, rekan-rekannya berada di tempat-tempat rahasia di Kabul dan Jalalabad.

Dia menyerukan kepada anggota Taliban yang tidak ingin berdamai dengan pemerintah Afghanistan untuk bergabng dengan ISIS sebagaimana dilansir dari Afghanistan Times, Senin (3/8/2020).

Baca Juga: Hanya Karena Tidak Memperbolehkan Pergi ke Pulau Dewata, Nasib Mahasiswi S2 Ini Harus Berakhir Tragis Dibunuh Kekasih dan Dibuat Seperti Bunuh Diri

“Kami telah mengubah operasi kami karena sulit berada di tempat-tempat di mana pasukan AS menargetkan kami.

"Kami sekarang mencoba melakukan serangan gerilya di dalam kota-kota besar,” kata Abdullah sebagaimana dikutip dari Stars and Stripes.

Akhir Juli lalu, Perserikatan Bangsa Bangsa ( PBB) memperingatkan bahwa kelompok teroris tersebut mampu melakukan serangan di kota-kota besar.

PBB juga melaporkan bahwa ISIS tengah berencana merekrut anggota Taliban yang tidak puas dengan perjanjian damai dengan Amerika Serikat (AS).

Baca Juga: 'Anjing Menggonggong Kafilah Berlalu,' Lolongan Berkhianat Terhadap Palestina Seakan Tak Dihiraukan, Israel dan Uni Emirat Arab Menyongsong Masa Depan Optimis

Sebagaimana diketahui Taliban dan AS menandatangani perjanjian damai di Qatar pada 2 Februari.

Seorang pejabat militer AS menyatakan bahwa ISIS masih menjadi ancaman bagi Afghanistan, AS, dan sekutu mereka di NATO.

Dia menyebutkan bahwa pasukan AS telah melakukan 18 operasi terhadap ISIS sejak perjanjian damai antara Taliban dan AS diteken.

Di bawah kesepakatan itu, Taliban terikat perjanjian untuk memutuskan semua hubungan dengan kelompok-kelompok teroris internasional dan tidak membiarkan mereka menggunakan tanah Afghanistan sebagai platform untuk mengancam AS dan sekutu Eropa-nya.

Baca Juga: Sebelum Menghembuskan Napas Terakhirnya, Agung Hercules Pernah Larang Daus Mini untuk Tidak Makan Makanan Sejuta Umat Ini, 'Itu Enggak Sehat'

Kelompok militan itu juga berjanji akan melakukan negosiasi dengan pemerintah Afghanistan.

Sementara itu pihak AS sepenuhnya menarik diri dan 5.000 milisi yang dipenjara dibebaskan dari tahanan pemerintah.

Dewan Atlantik di Washington, Omar Samad, mengatakan bahwa Taliban telah mengetahui beberapa milisi mereka ingin bergabung dengan ISIS, Al Qaeda, dan kelompok-kelompok teroris lainnya.

Sementara itu, penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Strategis Afghanistan, mengatakan bahwa lima dari 20 persen milisi Taliban kemungkinan akan bergabung dengan ISIS.

Baca Juga: Bocoran Sedikit Dokumen Rencana Pentagon, Ungkap 'Konsep Perang Bersama' Berpuluh-puluh Tahun Mendatang, Tapi Justru Punya Kelemahan Sederhana yang Fatal Ini

Para pejabat AS dan pakar militer memperkirakan anggota ISIS ditaksir sebanyak 2.500 di Afghanistan, tetapi jumlah itu dapat meningkat jika milisi Pakistan bergabung dengan mereka.

PBB percaya bahwa ada 6.000 hingga 6.500 milisi Pakistan di Afghanistan yang sebagian besar berafiliasi dengan Tehrik-e-Taliban Pakistan dalam koordinasi penuh dengan ISIS di Khorasan.

Sejumlah milisi dari Tajikistan dan Uzbekistan juga direkrut oleh ISIS di Afghanistan.

(Aditya Jaya Iswara, Danur Lambang Pristiandaru)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Jelang Perundingan Damai, Afghanistan Mulai Bebaskan 400 Tahanan Taliban" dan "Tak Mau Berdamai, ISIS Mulai Rekrut Milisi Taliban"

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini

Artikel Terkait