Find Us On Social Media :

Rajanya Ledakan Misterius Lewat Operasi 'False Flag', Israel Sulit Cuci Tangan dalam Kasus Ledakan di Beirut, Fakta-fakta Ini Bisa Jadi Buktinya

By Ade S, Minggu, 9 Agustus 2020 | 16:42 WIB

Rajanya Ledakan Misterius Lewat Operasi 'False Flag', Israel Sulit Cuci Tangan dalam Kasus Ledakan di Beirut, Fakta-fakta Ini Bisa Jadi Buktinya

Intisari-Online.com - Sering jadi dalang ledakan misterius untuk mengadu domba negara lain membuat Israel sulit untuk begitu saja mengelak dari tuduhan sebagai dalang ledakan dahsyat di Beirut, Lebanon.

Hal ini disebabkan berbagai praktik culas mereka melalui operasi false flag yang biasanya bertujuan membuat musuhnya saling berperang.

Bahkan, tidak jarang operasi penuh muslihat tersebut mengadu domba negara musuh dengan sekutunya sendiri.

Beberapa contoh dari operasi 'false flag' Israel dan alasan mengapa mereka tidak bisa dilepaskan dari salah satu tersangka utama ledakan di Beirut akan diulas berikut ini.

Baca Juga: 'Semua yang Kamu Inginkan Sudah Ada, Kecuali Kehadiranmu', Kisah Pilu Sarah Fares, Simbol Kaum Muda Lebanon yang Kehilangan Segalanya karena 'Negara Sudah Tak Berfungsi'

Istilah 'false flag' sendiri sebenarnya tidak lahir di tanah zionis, melainkan dari para bajak laut.

Saat itu, mereka kerap menerbangkan warna negara lain untuk menipu kapal dagang agar mengira mereka berurusan dengan kapal yang bersahabat.

Sementara para perompak biasanya akan memperlihatkan warna aslinya sebelum menyerang, bendera yang salah terkadang terus dikibarkan selama serangan, oleh karena itu istilah 'menyerang di bawah bendera palsu'.

Seiring waktu, istilah 'bendera palsu' diterapkan pada setiap operasi rahasia yang berusaha mengalihkan tanggung jawab ke pihak yang berbeda dari pihak yang melaksanakannya

Baca Juga: Bukanya Berduka Pasca Ledakan di Beirut, Situasi Lebanon Justru Makin Kacrut Rakyat Murka Pada Pemerintah Hingga Bentrok Sampai Tewaskan Polisi

Untuk urusan praktik busuk ini, Israel bisa dibilang sebagai salah satu negara yang gemar mempraktikkannya.

Antara 1979 dan 1983, dinas rahasia Israel dituduh menghasut serangkaian serangan bom mobil di Lebanon yang menewaskan ratusan orang Lebanon dan Palestina.

Meskipun pemboman diklaim oleh organisasi teroris, Front Pembebasan Lebanon dari Orang Asing, banyak yang percaya bahwa bom tersebut diledakkan oleh Israel agar terjadi perbedaan pendapat di seluruh wilayah dan membenarkan invasi Israel ke Lebanon.

Meskipun seorang jenderal Israel telah mengakui serangan itu dilakukan oleh negaranya, secara resmi mengatakan bahwa Israel tidak terlibat.

Terkait dengan Lebanon, pada 1982 saat invasi I Israel ke Lebanon, mungkin orang tak akan pernah lupa ketika sebuah truk sarat bahan peledak menabrakan diri ke barak marinir AS di Bandara Internasional Beirut yang menewaskan 241 marinir.

Peristiwa ini berhasil menarik Amerika untuk ikut berperang di pihak Israel.

Hanya dalam hitungan beberapa hari kemudian, Israel telah berhasil mengidentifikasi pelaku ledakan sebagai intelijen Suriah dan pejuang Syiah Lebanon.

Keterlibatan Mossad dalam peristiwa ini pun kemudian diungkap mantan agennya sendiri, Victor Ostrovsky, dalam bukunya By Way of Deception (1991).

Baca Juga: Kisah Pilu Sarah Fares, Paramedis yang Meninggal dalam Ledakan Beirut, Hendak Menikah Tahun Depan hingga Keluarganya Adakan Pesat Pernikahan untuk Melepas Kepergiannya

Selain itu, ledakan bom di Hotel King David, Palestina, pada 22 Juli 1946, yang menyebabkan tewasnya 91 tentara Inggris. Israel menuding kaum militan Palestina ada di balik ledakan tersebut.

Namun kemudian, terungkap bahwa aksi terorisme tersebut dilakukan kelompok teroris Israel, Irgun, yang berpakaian Arab.

Tujuannya jelas, Israel bukan sekadar menginginkan Inggris keluar dari Palestina tetapi juga hendak mengubah opini dunia tentang para pejuang kemerdekaan Palestina.

Sudah tahu lama soal amonium nitrat di Lebanon

Saat akhirnya pelabuhan Beirut luluh lantak oleh ledakan dahsyat dari zat amonium nitrat, Israel jelas menjadi salah satu pihak yang dianggap pantas masuk daftar sebagi tersangka.

Peneliti urusan Israel Saleh al-Naami melalui unggahannya di Twitter, menyatakan, sistem politik dan birokrasi Lebanon harus memikul tanggung jawab atas ledakan yang disebabkan oleh amonium nitrat.

Namun, menurut dia, hal itu tidak cukup untuk menampik dugaan keterlibatan Israel.

"Dapat diasumsikan bahwa Israel telah mengetahui keberadaan bahan ini dan menemukan cara untuk membakarnya," kata Saleh.

Baca Juga: Kekacauan setelah Ledakan Beirut, Puluhan Ribu Demonstran yang Marah Menyerbu Kantor Parlemen, Seorang Polisi Tewas dan Ratusan Orang Luka-luka

Menurut dia, selama dekade terakhir, Gaza menyaksikan ledakan misterius yang hanya ditafsirkan sebagai ledakan tak disengaja.

Meski demikian, ia menilai, ada dugaan keterlibatan Israel dalam peristiwa itu.

Dengan mengutip media Israel, Saleh menyebut anggaran yang dialokasikan untuk Operasi Mossad telah meningkat secara signifikan.

Apalagi, sebuah berita pada 2019 juga menyebut bahwa Mossad sudah mewanti-wanti tentang amonium nitrat yang mereka sebut akan digunakan oleh kelompok Hizbullah di Lebanon.

Belum lagi munculnya beberapa pendapat ahli yang menyebut bahwa amonium nitrat tidak mungkin begitu saja meledak dengan alasan tidak sengaja.

Seorang profesor kimia di Rhode Island University Jamie Oxley mengatakan, amonium nitrat sangat sulit untuk diledakkan.

"Sangat sulit untuk menyalakannya dan tidak mudah meledakkannya," kata Oxley, dilansir dari Syarq Awsat, 5 Agustus 2020.

Sementara itu, sebuah memorandum oleh Kementerian Pertanian Perancis menyatakan, ledakan hanya dapat dipicu oleh kontak dengan zat tertentu atau sumber panas yang besar.

Jadi, mungkinkah Israel kembali melakukan operasi 'false flag' di Beirut?

Baca Juga: Mencurigakan, Setelah Berkilah Dia Tidak Bisa Menangani Amonium Nitrat yang Diduga Penyebab Ledakan Beirut, Presiden Lebanon Kini Tolak Penyelidikan Internasional!