Advertorial
Intisari-Online.com - Sahar Fares (27), seorang paramedis di Beirut, Lebanon rencananya akan melangsungkan pernikahannya tahun depan.
Namun, ledakan di Pelabuhan Beirut mengubah rencana bahagia itu menjadi duka setelah ia termasuk dari 154 korban meninggal dunia.
Pada Kamis (6/8/2020), tunangan dan keluarga Sahar Fares mengadakan pesta pernikahan untuk menghormati mendiang.
Dikutip dari New York Times (6/8/2020), iringan seruling menghiasi acara itu saat keluarga dan teman-teman melemparkan beras dan kelopak bunga.
Baca Juga: Heboh Video Pria Siksa Wanita Tua di Panti Jompo, Fakta yang Sebenarnya Terungkap
Para musisi yang memakai baju putih bersulam emas memainkan musiknya, sementara petugas pemadam kebakaran berseragam membawa peti mati ke mobil jenazah.
Tunangan Fares, Gilbert Karaan, tak kuasa menahan kesedihan dan menangis saat melambaikan tangan untuk terakhir kalinya.
"Semua yang kamu inginkan sudah ada, kecuali kehadiranmu dalam gaun putih pengantin."
"Kematianmu membuatku hancur. Kepergianmu membuat hidupku hampa," tulis Karaan dalam unggahannya di media sosial.
Mimpi membangun keluarga mandiri
Kisah Fares itu pun telah menyebar di media sosial, menarik perhatian dan menyakiti hati orang Lebanon.
Berasal dari keluarga sederhana, Fares berhasil masuk ke dunia yang hampir semuanya diisi oleh laki-laki, yaitu Brigade Pemadam Kebakaran Beirut.
Fares mengabdikan dirinya kepada pelayanan publik dan bermimpi untuk membangun sebuah keluarga mandiri.
Baca Juga: Pegang Rahasia Busuk Putra Mahkota MBS, Mantan Mata-mata Arab Saudi Ini Diburu '50 Pembunuh Bayaran'
Pada Selasa (4/8/2020), Fares sempat menghubungi Karaan untuk menunjukkan kepadanya mengenai kebakaran yang menghabiskan gudang di Pelabuhan Beirut.
Karena tak ada yang membutuhkan pertolongan medis, Fares duduk di dalam mobil pemadam kebakaran sambil melihat rekan-rekannya yang tengah berjuang untuk menjinakkan api.
Saat api semakin mengganas, ia turun dari truk dan memperlihatkan pemandangan itu kepada Kaaran.
Tampak kilauan merah dan perak di antara asap tebal.
Kareen mengaku, Fares sempat mengatakan bahwa suara kebakaran itu aneh dan tak seperti yang pernah dihadapinya.
Gambar terakhir yang dilihat oleh Karaan adalah sepatu Fares yang terhempas di trotoar saat ia mencari perlindungan.
Ledakan dahsyat pun kemudian mengguncang Beirut.
Rasa marah dan putus asa
Dilatih sebagai perawat, Fares memutuskan untuk menjadi pegawai negeri pada 2018.
Menurut keterangan kerabatnya, ia mendambakan pekerjaan yang tetap dan manfaat sosial dari karier di pemerintahan.
Sebab, ia ingin memperbaiki nasib keluarganya yang berjuang keras memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Ayah Fares merupakan seorang tukang las alumunium, sementara ibunya seorang guru sekolah.
Fares dibesarkan di Kota al-Qaidah, Lebanon utara yang berbatasan dengan Suriah.
Pada 2016, desa itu menjadi korban serangan ISIS dan menewaskan lima orang warganya dan melukai puluhan lainnya.
Sepupu Fares yang terbangun oleh serangan itu dan bergegas keluar untuk membantu tetangganya, termasuk dari salah satu korban meninggal dalam serangan itu.
Setelah Fares dimakamkan, warga al-Qaidah merasa marah dan putus asa.
Mereka telah kehilangan dan mendedikasikan banyak hal untuk negara yang hampir tak berfungsi.
"Fares adalah simbol bagi kaum muda kita bahwa ada orang yang berkomitmen pada bangsa, tapi kehilangan segalanya," kata Bachir Mattar, Wali Kota al-Qaidah.
"Orang-orang sudah muak. Kami bangga dengan pengorbanan Fares, tetapi kami juga sama terganggunya."
"Mengapa? Untuk apa semua itu? Untuk sistem yang tak berfungsi dan tak tahu bagaimana memecahkan satu masalah," sambungnya.
Beberapa bulan sebelum meninggal, Fares sempat menabung untuk mempersiapkan rumah dan gaun pengantinnya.
Namun, seperti warga Lebanon lainnya, ia menyaksikan tabungannya menguap dalam semalam karena jatuhnya mata uang negara.
Tahun ini, mata uang Lebanon kehilangan 80 persen nilainya.
"Fares adalah orang yang paling penuh kasih yang pernah saya kenal."
"Ia baik hati dan perhatian serta selalu menjaga orang tua dan saudara perempuannya," kata sepepu Fares, Theresa Khoury.
"Mimpinya adalah menikahi orang yang dicintainya dan menghabiskan sisa hidupnya bersamanya," sambungnya.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kisah Sarah Fares, Paramedis Korban Ledakan Lebanon yang Menjadi Simbol Kesedihan"