Penulis
Pegang Rahasia Busuk Putra Mahkota MBS, Mantan Mata-mata Arab Saudi Ini Diburu '50 Pembunuh Bayaran'
Intisari-Online.com -Mohammed bin Salman ( MBS) adalah anggota keluarga Kerajaan Saudi yang menjabat sebagai Menteri Pertahanan (2015–sekarang) dan putra mahkota Saudi (2017–sekarang).
MBS menjadi perbincangan setelah Pejabat PBB mengaitkannya sebagai tersangka utama di balik pembunuhan jurnalis Jamal Khashoggi di Istanbul, Turki pada 2018.
Baru-baru ini, namanya kembali dikaitkan dengan rencana pembunuhan mantan mata-mata Arab Saudi.
Mantan mata-mata Arab Saudi mengklaim, Putra Mahkota Mohammed bin Salman ( MBS) mengirim skuad berisi "50 pembunuh bayaran" untuk membunuhnya.
Dalam klaimnya, Dr Saad Aljabri mengaku bahwa sang penerus takhta Kerajaan Saudi mengirimkannya ancaman beberapa hari setelah Jamal Khashoggi dibunuh.
Aljabri mengatakan, Pangeran MBS berupaya untuk memulangkannya kembali ke Arab Saudi, dan mengerahkan "semua sumber daya yang dia punya".
Dia juga mengungkapkan menerima pesan bernada ancaman di WhatsApp, yang isinya "terima segala tindakan yang bakal menyakitimu".
Karena itu, dia kemudian mengajukan laporan di AS, mengklaim bahwa putra mahkota berusia 34 tahun itu mengirim pembunuh bayaran untuk melenyapkannya.
Dalam klaimnya, Aljabri mengatakan bahwa "sekelompok tentara bayaran" bernama "Pasukan Harimau" sudah tiba di Kanada, tempatnya mengungsi sejak 2017.
Dilansir Daily Mirror Jumat (7/8/2020), si eks mata-mata menuturkan mereka dipersenjatai dengan "dua tas berisi peralatan forensik".
Dalam laporannya, kelompok itu beranggotakan 50 orang, termasuk pakar yang piawai dalam membersihkan bukti di lokasi kejadian.
Laporan di pengadilan itu menerangkan, dua anak Dr Aljabri sudah ditahan oleh otoritas Saudi, dalam upaya mereka agar memulangkan sang mantan agen rahasia.
Dr Aljabri mengungkapkan, dia menjadi target Riyadh, termasuk keluarganya ditangkap di Dubai, karena punya informasi yang menjadi ancaman bagi MBS.
Mantan kepala intelijen itu merupakan pejabat kabinet level tinggi di bawah pemerintahan Pangeran Mohammed bin Nayef, yang disingkirkan MBS pada 2017.
Dalam gugatannya setebal 100 halaman tersebut, Dr Aljabri mengklaim dia disudutkan karena dianggap posisinya bisa mengancam putra mahkota dengan AS.
Dia dilaporkan menyediakan informasi mengenai keterlibatan MBS dalam pembunuhan Jamal Khashoggi di Istanbul, Turki, pada Oktober 2018.
Jenazah Khashoggi hingga kini masih belum diketahui. Meski begitu, Riyadh sudah menghukum mati lima orang yang dianggap sebagai pelaku utama.
Oleh penyelidik PBB, vonis tersebut dianggap "melecehkan dan mempermainkan" hukum, dengan putra mahkota menyangkal keterlibatannya.
"Pasukan Harimau" yang dikirim untuk membunuh Aljabri melacaknya melalui ponsel. Namun, Aljabri menerangkan calon pembunuhnya balik kanan dari Kanada.
Sebabnya adalah setelah otoritas Negeri "Mapple" menemukan foto mereka tengah bersama-sama, di saat berusaha berkilah datang sendiri.
Anggota DPR AS Tom Malinowski, yang tergabung dalam Komite Urusan Luar Negeri menyatakan, segala tudingan yang dalam laporan tersebut kredibel.
Dia menjelaskan jika ada seseorang berusaha mengirimkan pesan bernama ancaman kepada orang lain, maka dia tentu akan serius dengan ucapannya.
Sementara mantan pejabat intelijen kepada CNN menjabarkan, Putra Mahkota Arab Saudi sejak 2017 itu berusaha untuk membawa pulang Saad Aljabri.
"Tetapi karena usahanya gagal, maka mereka berniat untuk mendatanginya secara langsung dan mencelakainya," kata eks pejabat yang tak disebutkan identitasnya itu.
Pihak kerajaan kaya minyak itu sebelumnya sudah berusaha untuk menangkap Aljabri lewat bantuan Interpol, sehingga dia bisa dipulangkan ke Saudi.
Selain itu, mereka juga berupaya membujuk Kanada agar bersedia mengesktradisi si mantan mata-mata, sehingga mereka bisa segera "menanganinya".
Ardi Priyatno Utomo
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Eks Mata-mata Arab Saudi Klaim Putra Mahkota MBS Kirim "50 Pembunuh Bayaran""