Advertorial

Bukanya Berduka Pasca Ledakan di Beirut, Situasi Lebanon Justru Makin Kacrut Rakyat Murka Pada Pemerintah Hingga Bentrok Sampai Tewaskan Polisi

Afif Khoirul M
Afif Khoirul M

Editor

Perpecahan antara rakyat dan pemerintah Lebanon pun terjadi, rakyat justru melakukan aksi massa untuk menekan pemerintah.
Perpecahan antara rakyat dan pemerintah Lebanon pun terjadi, rakyat justru melakukan aksi massa untuk menekan pemerintah.

Intisari-online.com -Bukanya Berduka Pasca Ledakan di Beirut, Situasi Lebanon Justru Makin Kacrut Rakyat Murka Pada Pemerintah Hingga Bentrok Sampai Tewaskan Polisi.

Ledakan di Beirut Lebanon, telah menarik simpati masyarakat dunia karena tragedi itu menyebabkan ribuan nyawa terluka dan ratusan meninggal.

Namun, situasinya justru berbanding terbalik dengan apa yang kita lihat saat ini.

Pasca ledakan itu, bukanya rakyat dan pemerintah Lebanon bahu-membahu untuk mengamankan situasi, justru situasi makin runyam.

Perpecahan antara rakyat dan pemerintah Lebanon pun terjadi, rakyat justru melakukan aksi massa untuk menekan pemerintah.

Baca Juga: Kisah Pilu Sarah Fares, Paramedis yang Meninggal dalam Ledakan Beirut, Hendak Menikah Tahun Depan hingga Keluarganya Adakan Pesat Pernikahan untuk Melepas Kepergiannya

Melansir Haaretz, pada Minggu (9/8/20), rakyat Lebanon menyerbu kementerian pemerintah di Beirut dan menghancurkan kantor Asosiasi Bank Lebanon.

Bahkan dalam aksi ini tembakan demi tembakan dilepaskan dalam protes, hingga menyebabkan kekacauan dasyat pada Minggu (9/8).

Para demonstran mengatakan, politisi harus mengundurkan diri dan dihukum karena kelalaian yang mereka katakan hingga menyebabkan ledakan.

Hingga kini dilaporkan sudah 6.000 orang terluka dan 158 orang meninggal dunia.

Baca Juga: Bak Meminjam Tongkat Dewa Zeus, Inilah Operation Popeye, Strategi Perang Terlarang yang Dipakai AS karena Kelabakan Hadapi Tentara Vietnam

Sementara itu, dalam bentrokan antara rakyat Lebanon dengan pemerintah, menyebabkan seorang polisi tewas, kata juru bicara polisi.

Dia meninggal setelah jatuh ke poros lift saat dikejar oleh pengunjuk rasa.

Dalam bentrokan itu, petugas palang merah telah merawat 175 orang karena cedera, sementara 63 lainnya dibawa ke rumah sakit.

Pengunjuk rasa bentrok dengan pasukan kemananan, membuat situasi ini makin kacau balau di Lebanon.

Perdana Menteri Lebanon Hassan Diab mengatakan, bahwa satu-satunya jalan keluar dari krisis adalah menyerukan pemilihan parlemen lebih awal.

Pasalnya pengunjuk rasa sudah tidak tahan dengan kekacuan di Lebanon, mereka sampai menerobos masuk ke Kementerian Luar Negeri dan membakar potret Presiden Michel Aoun.

Baca Juga: Rencana Culas Donald Trump Tarik 11.900 Tentara AS dari Jerman Terkuak: Hampir Semua Dipindahkan ke Perbatasan Rusia di Laut Hitam, Bikin Rusia Meradang Sampai Harus Usir-usir!

"Kami tinggal di sini. Kami meminta rakyat Lebanon untuk menduduki semua kementerian," jelas seorang demonstran dengan megafon.

Sekitar 10.000 orang berkumpul di Martyrs Square di pusat kota, beberapa di antaranya melempar batu ke polisi.

Kemudian polisi membalasnya dengan melemparkan gas air mata, pengunjuk rasa menerobos jalan dan memblokir jalan menujur parlemen.

Polisi memastikan tembakan dengan menggunakan peluru karet, sementara rakyat terus melakukan aksi terobos.

Mereka meneriakkan, "rakyat menginginkan jatuhnya rezim," nyanyian yang dipekikkan selama aksi tersebut.

Rakyat tersebut juga meneriakkan, "revolusi, revolusi" mereka juga membawa poster bertuliskan, "pergi kalian semua pembunuh."

Baca Juga: Dikenal Buas Saat Meredamkan Milisi Timor Timur, Tak Disangka Ada Kisah Tak Terduga Tentara Indonesia Pungut Anak Korban Perang Timor Leste, Begini Kisahnya

Tentara sampai dikerahkan, menggenakan kendaraan lapis baja berpatroli di daerah itu.

"Benarkah kalian tentara ada di sini?, apakah kamu di sini untuk menembaki kami, atau bergabung dengan kami dan melawan pemerintah?" ujar seorang pengunjuk rasa.

Kedutaan besar AS di Lebanon mengatakan, pemerintah AS mendukung langkah para demonstran dengan melakukan aksi damai.

Kedutaan juga mengatakan bahwa, "rakyat Lebanon pantas mendapatkan pemimpin yang mendengarkan mereka dan mengubah arah untuk menanggapi tuntutan dan transparansi dalam memimpin."

Artikel Terkait