Find Us On Social Media :

Masuk 'Daftar' Target Pembunuhan oleh CIA Seperti Soekarno, Diduga Kim Jong-un Hendak Dilenyapkan Gunakan Senjata Khusus, 'Tak Perlu Akses ke Target yang Dibunuh'

By Khaerunisa, Senin, 4 Mei 2020 | 15:52 WIB

Kim Jong Un - Soekarno

Intisari-Online.com - Badan Intelijen Amerika Serikat (AS) atau yang dikenal sebagai Central Intelligence Agency (CIA) diketahui sejak lama terlibat dalam berbagai rencana pembunuhan para pemimpin dunia.

Presiden pertama Indonesia, Soekarno, konon menjadi salah satu targetnya.

Selain itu, CIA juga terbukti ingin lenyapkan Presiden Korea Utara Kim Jong-un menggunakan senjata khusus.

Terkait rencana pembunuhan pemimpin dunia oleh CIA, salah satu yang paling terkenal adalah ketika mereka menargetkan almarhum Presiden Kuba, Fidel Castro.

Baca Juga: Bung Karno Pernah Terang-terangan Ungkap Konspirasi Pembunuhan Dirinya, Dokumen Diplomatik ‘Akui’ CIA Ingin Membunuhnya, Inilah Daftar Upaya Pembunuhan Terhadap Soekarno

Upaya pembunuhan terhadap Fidel Castro yang sangat terkenal adalah menyusupkan bahan peledak ke dalam cerutunya.

Hal itu terungkap dari cerita mantan pengawalnya yang menulis buku dan film dokumenter di televisi.

Menurutnya, proyek-proyek aneh dibuat untuk membunuh sang pemimpin.

Antara lain kerang yang bisa diledakan, baju selam beracun, hingga pil beracun yang tersembunyi di krim wjah.

Baca Juga: Di Balik Tudingan Hizbullah Sebagai Kelompok Teroris oleh Jerman, Ternyata ada Peran Mossad yang Membantu Membuat Tuduhan Itu

Fidel Castro sendiri pernah mengatakan, "Andaikata percobaan pembunuhan adalah pertandingan di Olimpiade, saya bakal dapat medali emas."

Meskipun upaya CIA terbukti sia-sia dalam kasus Presiden Kuba, namun badan intelijen AS ini telah berhasil melakukan serangkaian pembunuhan pemimpin dunia sejak 1945 di tempat lain di seluruh dunia baik secara langsung.

Lebih sering secara tidak langsung menggunakan simpatisan atau agen lokal dari militer, juga penjahat lokal sewaan atau bandit.

Sementara itu, menurut Kementerian Keamanan Negara Korea Utara, CIA tidak meninggalkan cara lama mereka.

Baca Juga: Demi Sesuap Nasi, Pilot yang Dirumahkan Perusahaan karena Corona Tak Gengsi Banting Setir Jadi Kurir Makanan

Dalam sebuah pernyataan pada Jumat (5/5/2017), Kementerian Keamanan Negara menuduh bahwa CIA dan intelijen Korea Selatan ada di balik dugaan upaya pembunuhan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un.

Upaya itu, menurut Kementerian, menggunakan zat-zat biokimia yang termasuk zat radioaktif dan zat beracun nano.

Keuntungan dari upaya pembunuhan ini yakni tidak memerlukan akses ke target yang akan dibunuh.

Disebut bahwa orang yang bertanggung jawab langsung di lapangan dikatakan adalah warga negara Korea Utara yang bekerja untuk badan-badan intelijen asing.

Baca Juga: Tahun Ini Ditunda, Pemprov DKI Jakarta Bayar 'Tanda Jadi' ke Formula E Rp270 Miliar, Diadakan di Tahun 2021?

Sayangnya, juru bicara CIA menolak untuk mengomentari tuduhan itu.

Namun daftar panjang keterlibatan AS dalam kudeta dan pembunuhan di seluruh dunia terlihat.

Beberapa dasawarsa sebelumnya, tahun 1975, Komisi Gereja Senat AS mengungkapkan rincian dari sedikitnya delapan upaya pembunuhan dengan menggunakan perangkat yang pada masanya dipandang 'membangkitkan imajinasi'.

Setelah penyelidikan, Presiden Gerald Ford pada tahun 1976 menandatangani perintah eksekutif yang menyatakan: "Tidak ada karyawan pemerintah Amerika Serikat harus terlibat, atau berkonspirasi dalam pembunuhan politik."

Baca Juga: Kisah 'Monster' Sadis yang Bunuh 3 Orang Anak Hanya karena Suara Tangisan Bayi 9 Bulan, Nasibnya Setelah 46 Tahun Berlalu Membuat Orangtua Korban Menjerit Pilu

AS tidak pernah benar-benar meninggalkan strategi, hanya mengubah terminologi dari pembunuhan menjadi ditargetkan pembunuhan, dari pengeboman udara Presiden menjadi serangan terhadap para pemimpin teroris.

Bom udara salah satu upaya termasuk pemimpin Libya Muammar Gaddafi pada tahun 1986, Presiden Serbia di Slobodan Milosevic pada tahun 1999 dan Presiden Irak Saddam Hussein pada tahun 2003.

Episode sebelumnya terdokumentasi dengan baik termasuk Perdana Menteri Kongo pertama, Patrice Lumumba Kongo, yang dinilai oleh AS menjadi terlalu dekat ke Rusia.

Pada tahun 1960, CIA mengutus seorang ilmuwan untuk membunuhnya dengan virus mematikan, meskipun ini menjadi tidak perlu ketika dia telah diturunkan dari tahtanya pada tahun 1960 dengan cara lain.

Baca Juga: Ngeyel Minta Pulang padahal Belum Sembuh, Pasien Corona Ini Pukul Perawat yang Hendak Merawatnya

Pemimpin lain yang menjadi target pembunuhan pada 1960-an termasuk diktator Dominika Rafael Trujillo, Presiden Indonesia Sukarno dan Presiden Vietnam Selatan, Ngo Dinh Diem.

Pada tahun 1973, CIA juga telah mengatur penggulingan Presiden Chili, Salvador Allende. Ia meninggal pada hari kudeta.

Rencana pembunuhan pemimpin Korea Utara terdengar kasar. Bila melihat rencana pembunuhan tersebut kmengingatkan pada pembunuhan Alexander Litvinenko pembangkang Rusia pada tahun 2006.

Pemeriksaan Inggris menyimpulkan ia dibunuh oleh badan intelijen Rusia menggunakan polonium tersembunyi dalam teko.

Baca Juga: Jika Benar Korea Utara Masih Nol Kasus Corona, Lalu Bagaimana Negara itu Mengatasi Covid-19 Tanpa Air Bersih dan Sabun?

AS telah mengembangkan metode yang jauh lebih canggih daripada polonium dalam pot teh, terutama di bidang elektronik dan perang Maya.

Sebuah dokumen yang bocor diperoleh dari WikiLeaks, menunjukkan CIA pada Oktober 2014 menyusup ke sistem kontrol mobil.

Kemampuan itu berpotensi memungkinkan terjadinya kecelakaan mobil.

Bahkan, beberapa upaya uji coba nuklir Korea Utara yang tercatat gagal, serta kemunduran dalam program nuklir Iran, diduga merupakan hasil penanaman virus dalam sistem komputer mereka. (The Guardian/BBC/NHK)

Baca Juga: Ratusan Domba 'Membanjiri' Kota Turki saat Lockdown Akibat Covid-19 Berlangsung, Sementara Sekelompok Domba Tak Mau Beranjak Meski Polisi Sudah Turun Tangan