Find Us On Social Media :

Sebut Materi Pendidikan Sekarang 'Enggak Penting Lagi', Nadiem akan Masukan Pelajaran Coding ke Dalam 4 Rencana Besarnya Kembangkan Pendidikan Indonesia

By Tatik Ariyani, Minggu, 27 Oktober 2019 | 13:00 WIB

Nadiem Anwar Makarim

Intisari-Online.com - Rabu (23/10/2019) lalu, Presiden Joko Widodo telah mengumumkan jajaran menteri Kabinet Indonesia Maju masa jabatan 2019-2024 di Istana Negara.

Salah satu tokoh yang cukup mencuri perhatian adalah Nadiem Makarim (35), pendiri dan CEO Gojek.

Nadiem menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), yang juga menjadi menteri termuda di kabinet ini.

Meski dikenal sebagai pengusaha, latar belakang keluarganya jauh dari ranah bisnis.

Baca Juga: Mengaku Sebagai Satu-satunya Generasi Milenial Dalam Kabinet Jokowi, Ini Janji Nadiem Makarim Sebagai Mendikbud

Pria kelahiran Singapura, 4 April 1984, ini merupakan anak ketiga dari pasangan Nono Anwar Makarim dan Atika Algadri.

Ayah Nadiem merupakan aktivis sekaligus pengacara ternama di tanah air.

Nadiem menghabiskan sekolah dasar dan menengah pertama di Indonesia, lalu melanjutkan pendidikan menengah atas di Singapura.

Setelah SMA, ia melanjutkan pendidikan ke salah satu universitas Ivy League di Amerika Serikat.

Jenjang S1 ia tempuh di Brown University jurusan Hubungan Internasional, sedang S2 ia melanjutkan ke Harvard University hingga meraih gelar Master of Business Administration.

Baca Juga: Terlalu Sering Konsumsi Gula, Bukan Hanya Diabetes Akibatnya Tapi Juga Picu Osteoporosis

Setelah lulus, Nadiem kembali ke Indonesia dan bekerja di perusahaan konsultan bertaraf Internasional, McKinsey & Company di Jakarta.

Ia menghabiskan waktunya selama tiga tahun di perusahaan tersebut. Nadiem kemudian pindah ke Zalora Indonesia sebagai Co-founder dan Managing Editor selama setahun.

Kemudian Nadiem berpindah perusahaan ke KartuKu dan menjabat sebagai Chief Innovation Officer di perusahaan layanan pembayaran nontunai itu pada 2013-2014.

Tahun 2010, ia mulai mendirikan startup Gojek miliknya yang kini menjadi PT Aplikasi Karya Anak Bangsa.

Baca Juga: Apa ya Kira-kira yang Dirasakan Bayi Selama di Dalam Rahim dan Saat Persalinan?

Saat ini, Gojek berkembang pesat dan menjadi decadorn pertama di Indonesia sebagai startup dengan valuasi lebihd ari 10 miliar dolar AS.

Setelah menjabat menjadi Mendikbud, Nadiem Makarim berkesempatan memberikan sharing ilmu di acara Kementerian Keuangan menyambut Hari Oeang RI ke-73.

Sharing tersebut disiarkan langsung oleh BBPK TV dan kemudian dibagikan oleh akun YouTube Adeltus Lolok dengan caption 'Sharing Nadiem Makarim sebagai Mendikbud di acara Kementerian Keuangan memyambut Hari Oeang RI ke-73 ini, sangat menginspirasi.'

Baca Juga: Mengapa Bentuk Alis Kita Tidak Simetris? Ternyata Ini Jawabannya!

Selain itu, dibagikan pula oleh akun Facebook Kent.

 

Dalam sharing tersebut, Nadiem mambahas mengenai strategi pengembangan (Sumber Daya Manusia) SDM Indonesia menuju ekonomi digital.

Dalam pemaparannya, Nadiem mengungkapkan 4 garis besar strategi pengembangan SDM di era ekonomi digital, yakni kemampuan bahasa inggris, pemrograman dan koding komputer, mentorship dan couching, serta statistik dan psikologi.

 

Nadiem memulainya dengan pertanyaan: Apa sih yang harus kita lakukan untuk bisa meng-handle inovasi, revolusi sebenarnya ya yang lebih tepatnya karena kecepatan perubahan akan semakin cepat?

Baca Juga: Retas Perusahaan di AS, Hacker Asal Sleman Ini Raup Rp 31,5 Miliar, Ditangkap Saat Main Komputer!

Menurutnya, untuk menuju hal tersebut, fokusnya adalah investasi SDM (human cappital) Indonesia, yang merupakan investasi jangka panjang sampai 5-10 tahun ke depan.

Selanjutnya, ia mengungkapkan beberapa hal yang wajib hukumnya (dilakukan) untuk bisa berkompetisi di global dunia.

Karena dengan adanya digital economy, kompetisi bukan dalam ranah lokal lagi, namun akan menjadi kompetisi global.

Nadiem kemudian mencontohkan beberapa perusahaan besar teknologi digital semacam Tokopedia, Traveloka, Gojek, semua kompetitornya adalah skala internasional.

Baca Juga: Bikin Deg-degan karena 'Nyaris' Bikin Ruangan Terbakar, Pria Ini Buat Pengguna Tabung LPG Malu Sendiri, Jangan Lakukan Kesalahan Sepele Ini lagi!

Kemudian, pembahasan mengenai strategi, nomor satu adalah bahasa inggris yang merupakan bahasa internasional, bahasa konten dunia.

Bahkan ia juga mengatakan bahwa materi pendidikan yang diajarkan di sekolah tidak begitu berpengaruh lagi di era saat ini.

Mengenai hal itu, Nadiem mengungkapkan, "Bahasa inggris sebagai bahasa konten dunia, karena apa yang dipelajari di sekolah udah nggak ngaruh lagi. Udah nggak ada gunanya apa yang kita belajar dari konten (materi). Yang lebih penting adalah skill yang kita pelajari. Skill bagaimana cara berpikir, bagaimana cara berstruktur, bagaimana solving problems, bagaimana cara berkolaborasi, itu yang penting. Kontennya udah nggak penting lagi. Terus Terang."

Kemudian, menanggapi pernyataannya sendiri, Nadiem melanjutkan, "Saya mohon maaf bilang ini, tapi memang secara, tentu kalau mau jadi dokter, mau jadi engineering, ada domain expertise yang harus ada. Tapi, saya janji bahwa dalam 10-15 tahun, semua pekerja harus nge-relearn (belajar ulang) setiap lima tahun. Semua orang udah pasti harus belajar ulang lagi tiap lima tahun karena perubahan yang terjadi begitu pesat."

Baca Juga: Situs Suci untuk Orang Suci: Gereja Bizantium Israel yang Dibangun untuk Martir Misterius Ditemukan, Siapakah Dia?

Setelah bahasa inggris, menurut Nadiem, bahasa selanjutnya yang harus dikuasai adalah bahasa koding atau programming.

Nadiem mengatakan, "Nomor dua adalah bahasa koding, programming. Itu adalah, dulu kita membangun gedung-gedung pakai semen pakai bata, pakai fondasi, baja dan lain-lain. Di dunia digital, gedung-gedung yang kita bikin, skyscraper-skycraper kita bikin itu adalah di dunia virtual. Jadinya kita butuh pembangun-pembangun dunia virtual ini yaitu koder. Kalau kita tidak bisa menguasai bahasa koding, kita tidak akan bisa membangun dunia virtual kita."

Jadi, untuk mewujudkan hal itu, Nadiem ingin menjadikan bahasa inggris dan Koding sebagai subjek yang wajib dipelajari di SMA.

Selanjutnya, Nadiem mengungkapkan dua subjek penting yang sering diabaikan di SMA dan kuliah sebagai hal yang wajib diajarkan, yakni statistik dan psikologi.

Satu adalah statistik. Nadiem mengatakan, "Di era digital, hanya data yang berbicara. Sehingga kalau orang tidak bisa menganalisa data orang tidak bisa melihat cara, melihat tren secara kritikal, dia akan terus dikibulin oleh data-data tersebut. Atau dia akan tertinggal."

Jadi, statistik adalah bahasa mengerti, mengakses data secara kritis, salah satu hal penting yang kurang diperhatikan di Indonesia.

Yang terakhir adalah psikologi, Nadiem mengungkapkan, "Unsur dari desain, unsur dari UX (User Experience)- UI (User Interface), bikin aplikasi, bikin web, semua itu sebenarnya psikologi. Bagaimana kita meng-enggage suatu consumer, bagaimana meng-enggage suatu suplier di media platform kita. "

Jadi, menurut Nadiem, aneh jika psikologi tidak dijadikan subjek yang wajib (mandatory course) di SMA. 

Baca Juga: Gatal-gatal Karena Biduran, Coba Atasi Secara Alami dengan Ini, Salah Satunya Air Kelapa