Find Us On Social Media :

Romantis, Seorang Wanita Pengidap Down Syndrome Kisahkan Pernikahannya dengan Mendiang Suaminya Setelah 26 Tahun Menikah

By Nieko Octavi Septiana, Minggu, 18 Agustus 2019 | 08:30 WIB

Kris dan Paul akhirnya menikah setelah 5 tahun pertemuan mereka.

Intisari-Online.com - Seorang wanita pengidap Down syndrome yang telah kehilangan suaminya berbicara mengenai cinta mereka setelah 26 tahun usia pernikahan mereka.

Pasangan tersebut dikenal karena mereka merupakan suami-istri yang keduanya mengidap Down syndrome.

Melansir Daily Mail, Sabtu (17/8/2019), Kris Scharoun-DeForge (59) menceritakan bagaimana ia menikah dengan Paul Scharoun-DeForge.

Mereka bertemu pada 1988 dan mereka menikah lima tahun kemudian, menjadi salah satu pasangan pertama di dunia dengan sindrom Down.

Baca Juga: Anak Kedua Dede Sunandar Idap Penyakit Langka Sindrom Williams, Organ Jantung Paling Terancam

Paul meninggal pada bulan April pada usia 56, setelah pertempuran panjang dengan penyakit Alzheimer yang mulai timbul dan membuat Kris menjadi janda.

Keluarga dan teman-teman Kris berkumpul di sebuah danau dekat Pegunungan Adirondack New York untuk memberikan penghormatan kepada Paul.

Kris mengatakan bahwa kala itu Kris-lah yang pertama melamar Paul.

"Aku melamarnya. Aku berbisik di telinganya, 'Maukah kamu menikah denganku?', dan dia menatapku dengan senyum indah yang besar dan dia menganggukkan kepalanya, "Ya!," dan saat itulah aku tahu Paul membuatku tertawa, dia yang cocok untukku."

Kerabat percaya pernikahan mereka adalah yang terpanjang antara dua orang dengan kondisi tersebut.

Baca Juga: Ditinggal Sebentar, Seorang Bayi Tiba-tiba Meninggal: Cegah Sindrom Kematian Bayi Mendadak, Salah Satunya Jangan Biasakan Anak Tidur Tengkurap

Pasangan dari kota Liverpool di negara bagian New York itu, keduanya dilahirkan dengan sindrom Down, tetapi keluarga mereka mengabaikan saran dokter untuk menempatkan mereka di institusi.

Itu adalah cinta pada pandangan pertama bertemu di sebuah acara untuk orang-orang berkebutuhan khusus pada 1980-an.

Kakak perempuan Kris, Susan Scharoun mengatakan bahwa pasangan itu menemui banyak perlawanan selama masa pacaran awal mereka.

Sebab banyak orang beranggapan dengan kondisi sindrom Down, Kris dan Paul tak seperti pasangan dewasa yang menikah.

Susan sekarang berharap akan lebih mudah bagi para penyandang cacat untuk melakukan hal-hal yang dapat dilakukan oleh orang-orang lainnya.

'Ya, memang ada sedikit perlawanan. Ada perasaan bahwa itu seperti anak-anak menikah versus dua orang dewasa," kata Susan.

Tapi bagaimana pun cinta adalah bagian dari manusia, termasuk orang dengan sindrom Down.

Baca Juga: Anak Ini Lahir dengan Mata Menonjol dan Jari Berselaput Karena Sindrom yang Sangat Langka

"Apa yang kuharap adalah keluarga lain akan menghibur ini, Anda tahu, orang lain akan menyadari pentingnya cinta intim semacam ini."

Kris menyebarkan sebagian abu suaminya di dekat danau di mana dia suka memancing.

Sedangkan Kris berharap, abunya nanti akan dimakamkan di sisi milik Paul ketika saatnya tiba.

Kris menambahkan, "Orang-orang seperti kita perlu memiliki kesempatan. Kesempatan untuk menemukan lelaki impianmu, seperti yang kulakukan.

"Aku baru saja kehilangan pria yang kucintai, tapi aku akan mencoba," tambahnya ketika ditanya apakah dia bisa mencintai seseorang lagi.

Butuh lima tahun bagi mereka untuk memenangkan hak menikah dari pejabat negara bagian New York.

Baca Juga: Bocah 10 Tahun Pengidap Sindrom Rett Meninggal Dunia, Kenali Kelainan Genetik yang Awalnya Terlihat Normal Ini

Mereka dipaksa untuk melakukan tes pengetahuan seksual, perasaan dan kebutuhan mereka untuk membuktikan bahwa mereka dapat menyetujui pernikahan.

Setelah pernikahan mereka, pasangan itu saling mengambil nama satu sama lain, dan tak seperti pernikahan pada umumnya, pengantin wanitalah yang datang terlebih dahulu.

Tahun lalu mereka merayakan 25 tahun pernikahan pada 13 Agustus dengan memperbarui sumpah mereka, setelah Kris dirawat di rumah sakit karena pneumonia.

Kemudian setelah Paul meninggal, seorang kerabat yang membacakan pidato di pemakamannya pada 6 April mengatakan betapa beruntungnya Paul dengan segala yang ia percayai.

"Bagi orang luar, sepertinya tidak seperti itu - tetapi bagi kita yang mengenal dan mencintainya, itu benar sekali," katanya.

Kakak perempuan Kris, Susan, mengatakan bagaimana Kris menjawab ketika ada seseorang yang menanyakan apa yang ia sukai dari Paul.

Susan mengatakan saat itu Kris menjawab ia menyukai Paul yang menderita sindrom Down.

Baca Juga: Kisah Pilu Bocah Penderita Sindrom Langka yang Jadi Korban Cyberbullying Keji Hingga Akhir Hidupnya yang Singkat

Bagi orang-orang terdekat, mereka tahu bahwa jawaban itu merupakan penerimaan diri sepenuhnya.

Pasangan itu tinggal bersama di sebuah apartemen di sebuah proyek perumahan terlindung yang didukung oleh negara untuk para penyandang cacat.

Keduanya memiliki pekerjaan, Paul di Arc of Onondaga, sebuah organisasi untuk orang-orang penyandang disabilitas, dan Kris di Pizza Hut sebelum pindah ke Kantor New York untuk Penyandang Disabilitas.

Mereka yang sering merayakan ulang tahun pernikahan mereka dengan liburan di Pegunungan Adirondack.

Paul mulai menunjukkan gejala penyakit Alzheimer tahun lalu, dan akhirnya harus dirawat, yang membuat Kris bingung.

Baca Juga: Kisah Gemma Hayter, Penyandang Sindrom Kesulitan Belajar yang Disiksa 5 'Preman', Mungkin Bisa Ia Selamat Jika Ini yang Terjadi Padanya

Susan mengatakan Paul sedikit demi sedikit mulai kesulitan mengenal orang-orang, bahkan keluarganya. Tapi ia tak kesulitan mengingat Kris, istrinya.

"Dia masih bagian dari keluarga, tetapi bisa dibilang dia tidak benar-benar mengenali orang. Ketika dia ingin melihat Kris, dia akan menatapnya, dan itu adalah sebuah bentuk pengenalan," kata Susan.