Advertorial
Intisari-Online.Com -Sosok Yulia Baltschun ini mulai tersorot kamera saat ia menjadi peserta Masterchef Indonesia 2015.
Kini wanita berdarah Jerman-Ciamis ini semakin terkenal sebagai influencer diet dan fitnes.
Melalui akun Instagramnya, ia kerap membagikan momen-momen saat berolahraga beserta tips diet bagi pengikutnya.
Namun baru-baru ini, influencer diet dan fitnes itu mengalami hal yang menyedihkan.
Terlebih hal ini menimpa anak keduanya, Kaola yang baru saja berumur 6 bulan.
Memasuki masa MPASI, Yulia Baltschun menghadapi masa sulit nan menyedihkan, pasalnya Kaola dinyatakan meninggal dunia.
Melalui akun kanal YouTube-nya, Yulia Baltschun menceritakan kronologi anaknya meninggal.
"Anak aku lagi tidur, baik-baik saja, sehat, enggak ada gejala apapun. Tiba-tiba cuma aku tinggalin beberapa menit, balik lagi udah dia enggak ada, benar-benar enggak ada.
"Kita sudah ke UGD, emergency room, segala macam, CPR, tapi memang pasti ditemuin itu udah enggak ada," ujarnya.
Menurut penuturannya, dokter menyatakan bahwa Kaola mengalami Sudden Infant Death Syndrome (SIDS).
Sindrom kematian bayi mendadak (SIDS) adalah kematian yang tidak dapat dijelaskan, biasanya saat tidur, dari bayi yang tampaknya sehat kurang dari satu tahun.
Melansir Mayo Clinic, meskipun penyebabnya tidak diketahui, tampaknya SIDS mungkin terkait dengan cacat pada bagian otak bayi yang mengontrol pernapasan dan gairah saat tidur.
Para peneliti telah menemukan beberapa faktor yang mungkin menempatkan bayi pada risiko ekstra.
Menurut National Sleep Foundation, risiko SIDS memuncak antara usia 2 dan 3 bulan, dan itu terjadi lebih sering pada bayi laki-laki daripada perempuan.
Sementara penyebab SIDS belum ditemukan, beberapa faktor umum yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko SIDS telah diidentifikasi, termasuk:
- Bayi tidur dalam posisi tengkurap (perut tertindih)- Penggunaan tempat tidur empuk atau tempat tidur tidak aman (sofa, sofa daybed, kasur air)- Penggunaan bahan tempat tidur yang longgar seperti selimut dan bantal- Terlalu panas karena pakaian, selimut atau suhu kamar- Usia ibu lebih muda dari 20 tahun- Ibu merokok selama kehamilan- Ibu menerima perawatan prenatal terlambat atau tidak ada- Kelahiran prematur atau berat badan lahir rendah- Terpapar asap rokok orang lain.
Namun menurut penuturan Yulia Baltschun, sebelum anak keduanya, Kaola meninggal dunia, tidak ada gejala apapun yang terlihat.
Namun ia memberikan saran bagi semua orangtua yang memiliki anak ataupun bayi.
1. Pelajari tengtang SIDS
"Tips yang pertama, kalau kalian sedang hamil atau kalian sudah punya anak dan khususnya anak kalian masih dibawah 1 tahun, kalian harus banyak baca atau emaknya langsung ke dokter untuk tahu tentang SIDS in atau sindrom meninggal mendadak bagi bayi," ungkapnya.
Pasalnya, sindrom ini memang sangat ditakuti banyak orangtua sehingga perlu mengetahui segala macam tentang sindrom yang membuat anak kedua Yulia Baltschun meninggal dunia.
2. Pelajari tentang CPR
Cardiopulmonary resuscitation (CPR) atau pompa jantung adalah teknik menyelamatkan nyawa yang berguna dalam banyak keadaan darurat, termasuk serangan jantung atau hampir tenggelam, di mana pernapasan atau detak jantung seseorang telah berhenti.
Menurut American Heart Association merekomendasikan agar setiap orang termasuk orang awam dan petugas medis yang sama memulai CPR dengan kompresi dada.
Bahkan Yulia menyebutkan seseorang bisa mempelajari teknik pompa jantung ini melalui pelatihan atau pengambilan sertifikasi tenaga ahli.
Mengetahui tekni CPR ini memang sangat penting dan disarankan bagi setiap orang.
3. Jangan lepaskan bayi
Yulia menyarankan bagi semua orangtua untuk selalu memantau anak-anaknya walaupun saat ke toilet atau sedang melakukan aktivitas rumah tangga lainnya.
Selain itu, ia pun memberi masukan bagi orangtua yang memiliki baby sitter atau pengasuh bayi haruslah meminta bantuan dengan lemah lembut agar para pengasuh ini mau menjalankan tugasnya secara ikhlas dan benar.
4. Tes alergi
Yulia Baltschun percaya bahwa tes alergi merupakan cara terbaik untuk mengetahui apakah anak-anaknya memiliki alergi terhadap sesuatu atau tidak.
Alergi tidak selamanya berasal dari keturunan, bahkan tak hanya berasal dari makanan saja.
Menurut Prof. DR. Budi Setiabudiawan, dr., SpA(K), M.Kes, pada Rabu (10/4/2019), pencetus alergi juga bisa jadi bukan dari makanan tetapi alergen (pencetus alergi) yang dapat terhirup seperti tungau debu rumah, serbuk sari tanaman, bulu binatang, dan kecoa.
Ada 3 faktor yang menyebabkan alergi pada anak, yaitu riwayat keluarga, kelahiran sesar, dan pola hidup tidak sehat.
Alergi memang harus ditangani, pasalnya jika tak diketahui dan ditangani secara cepat dapat menyebabkan risiko kematian.
5. Jangan berikan makanan dan minuman terlalu banyak
Walau ibu terlalu senang jika anak-anaknya makan dan minum susu dengan lahap, penting untuk membatasi porsinya.
"Satu, pencernaan bayi masih belajar mencerna makanan. Kedua, enzimnya masih belajar untuk mencerna. Dan yang ketiga, volume perutnya itu masih kecil banget, walaupun dia gembul tapi lihat perutnya segede apa, seuprit. Jadi realistis ngasih makan atau ngasih susu," terangnya.
Bahkan Yulia menjelaskan perihal saluran pencernaan bayi.
"Disamping itu, katup kerongkongan bayi yang menutup lambung agar makanannya enggak naik ke atas itu masih sangat rapuh," ujarnya.
6. Jangan biasakan tengkurap
"Jangan membiasakan anak kalian tengkurap, kayak anak aku Kaola," katanya.
Menurut laman Safe to Sleep, bayi yang sering tengkurap dapat memungkinkan terjadinya peningkatan bayi bernapas kembali dengan napas yang dihembuskan sendiri yang menyebabkan penumpukan karbon dioksida dan kadar oksigen yang rendah, sumbatan jalan napas atas, bahkan gangguan disipasi panas tubuh atau overheating.
7. Berikan vaksin
Menurut Yulia Baltschun berikan vaksimn atau imunisasi secara terjadwal atau tidak digabungkan dalam satu hari sekaligus.
Contohnya, vaksin kombinasi DPT-HiB-HepatitisB + Polio + vaksin Rotavirus + vaksin PCV.
Namun demikian, menurut dr. Purnamawati, SpA(K), MMpaed, imunisasi simultan atau penggabungan berbagai macam vaksin ini bertujuan untuk memberikan perlindungan sejak dini, dan mengurangi frekuensi kunjungan ke dokter.
Akan tetapi, entah diberikan rutin terjadwal atau mengikuti saran untuk imunisasi simultan, tergantung pada kepercayaan orangtua masing-masing anak.
8. Sentuhan
Perhatikan cara menyentuh bayi, kulit dan sistem kekebalan tubuh bayi yang belum berfungsi secara sempurna seperti orang dewasa membuat bayi rentan tertular berbagai penyakit atau mengalami kejadian berbahaya.
Begitulah curahan hati Yulia Baltschun, sang influencer diet mengenai kisah meninggalnya sang anak yang beruis 6 bulan.(Nikita Yulia)
Artikel ini telah tayang di gridhealth.id dengan judulCurahan Hati Peserta Masterchef Indonesia, Anaknya Meninggal Mendadak Hanya dalam Beberapa Menit Setelah Ditinggal