Find Us On Social Media :

Dari Keturunan Sulawesi Selatan sampai Alquran Tulis Tangan, Ada Jejak-Jejak Nusantara di Afrika Selatan

By Trisna Wulandari, Sabtu, 6 Juli 2019 | 14:15 WIB

Patung Nelson Mandela di depan Nelson Mandela Square

Tuan Guru adalah salah seorang tahanan politik kolonialisme Belanda (VOC) asal Tidore pada 1780.

Sewaktu mendekam 12 tahun dalam tahanan di Pulau Robben, dia menulis kitab suci Alquran tersebut.

Tuan Guru juga menjadikan masjid ini sebagai madrasah untuk mendidik agama Islam kepada anak-anak dan orang dewasa.

Menurut catatan sejarah, agama Islam masuk ke Afrika Selatan pada 1652, tatkala para kuli dan budak didatangkan dari Asia, mayoritas dari Oost-Indie (Indonesia sekarang).

Namun baru 1694 peletak dasar agama Islam ditanamkan di bumi Afrika Selatan oleh Syek Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makasari Al-Batani.

Pejuang asal Gowa, Sulawesi Selatan itu diasingkan penguasa VOC ke Pulau Robben di lepas pantai Cape Town sebagai tahanan politik gelombang pertama dari Bumi Nusantara karena melawan kolonialisme Belanda.

Syekh Yusuf kemudian dikenang sebagai ulama peletak dasar agama Islam di bumi Afrika Selatan, khususnya yang dikenal dalam sejarah kota Cape Town.

Baca Juga: Ketika Para Budak Naik Tahta: Tak Hanya Jadi Penguasa Kesultanan Islam, Mereka Juga Dirikan Bangunan-bangunan Megah

Menjadi muslim di penjara

Di pulau penjara Robben—Nelson Mandela kelak kemudian pernah ditahan di sini juga—digelar acara keagamaan mingguan berbagai agama yang diselenggarakan oleh para tahanan.

Rupanya banyak yang tertarik dengan dakwah Syekh Yusuf.

Bahkan setelah acara ini berlangsung tiga tahun, ada 24 narapidana mendadak menyatakan diri memeluk agama Islam.

Akibatnya, acara mingguan ini dihentikan VOC, namun rupanya penyebaran agama Islam tak terbendung lagi. 

Syekh Yusuf bersama keluarga dan pengikutnya tiba di Cape Town 7 Juli 1694.

Sebelumnya, hampir satu dekade ia sempat diasingkan di Srilanka yakni sejak 12 September 1684.

Ulama ini menghabiskan sisa lima tahun hidupnya di Cape Town dan meninggal pada 23 Mei 1699 dalam usia 73 tahun.

Uniknya, selain ia, banyak berdatangan keturunan berdarah Sulawesi Selatan.

Baca Juga: Sungguh Gigih, Keturunan Korban Holocaust Jerman di Namibia Terus Menuntut Keadilan