Dragon fruit belum ada yang meneliti khasiatnya secara sahih seperti itu, sehingga belum dapat dianggap sama khasiatnya dengan nopalitos kaktus Opuntia ficus-indica itu.
Khasiat Dragon fruit masih mitos.
Makin mendunia
Buah kaktus Opuntia itu juga sudah lama diperkebunkan di Amerika Serikat, Israel, Afrika Selatan, dan negara-negara Amerika Selatan. Di Meksiko, buah dijual sebagai tuna dan di Amerika Utara sebagai cactus pear atau prickly pear.
Baru pada tahun 1980, buah kaktus epifit semacam dragon fruit mulai ikut menyerbu pasar dunia.
Gara-gara merasakan sendiri betapa enaknya buah itu, seorang pengusaha Jepang minta dipasok beberapa ton buah pitaya amanlla, Selenicereus megalanthus untuk diekspor ke Jepang.
Di sana buah itu ternyata sangat disukai, sampai orang Kolombia yang diminta memasok beberapa ton buah itu mengebunkan tanamannya secara komersial.
Buah ini mirip dragon fruit yang kita kenal sekarang, tetapi warnanya kuning. Ketika masih setengah matang, buah pitaya kuning mencolok sekali duri-durinya yang bisa sampai 2 cm panjangnya.
Tetapi sesudah masak, duri itu luruh. Ketika dipanen sebelum buah masak benar, duri yang masih agak menempel tapi sudah loyo itu disikat sampai bersih dulu, baru buah dipak untuk dijual. Bercak bekas tempat duri masih tampak menonjol seperti bisul.
Di Kolombia, kaktus ini diperkebunkan dengan diberi trelli sebagai tempat memanjat.
Cara penanaman dengan trelli ini kemudian dialih teknologikan (ditiru) di Israel, dan pada akhir tahun 1994 dialihteknologikan pula ke beberapa pengusaha pekebun buah di Thailand, tetapi yang ditanam bibit dragon fruit yang merah buahnya. (Slamet Soeseno)
(Seperti pernah dimuat di Majalah Intisari edisi Juli 2000)
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR