Tidak pula diketahui pula siapa yang memberi tahu bahwa schout van Hinne sedang menuju ke situ.
Para wanita yang berkumpul di ruang dalam tentu saja kebingungan, bahkan cemas. "Barangkali aku juga pucat dan gemetar," cerita ibu.
Bagaimana kalau Pitung ditemukan bersembunyi di situ? Apa yang akan terjadi dengan kakek?
Di ruang depan sudah terdengar suara van Hinne bertanya. "Tempang (nama kakek) mana Pitung?"
Dengan tenang kakek menjawab, "Pitung? Saya tidak melihatnya."
"Jangan bohong, Tempang. Saya tahu dia ada di sini. Awas kalau kowe berani sembunyikan dia," kata van Hinne dengan nada agak mengancam.
Kakek mempersilakannya untuk memeriksa sendiri. Van Hinne masuk ke ruang dalam, diiringi beberapa orang bawahannya.
Seluruh rumah digeledah, termasuk kamar-kamar, kolong tempat tidur, sudur-sudut yang tersembunyi. Dapur dan halaman belakang rumah juga tidak terkecuali.
Ibu dan yang Iain-lain menghela napas lega ketika van Hinne dan anak buahnya muncul dari bagian belakang rumah diiringi kakek yang tetap tenang-tenang saja.
Pitung tidak ada di antara mereka.
Ibu masih sempat mendengar van Hinne mengancam kakek sambil berjalan ke ruang depan. "Awas, Tempang! Saya tangkap kowe, kalau berani sembunyikan Pitung!"
Tewas oleh peluru emas
Penulis | : | Ade Sulaeman |
Editor | : | Ade Sulaeman |
KOMENTAR