Peristiwa yang paling menyibukkan bagi Kantor Penerangan PBB terjadi pada masa Trikora, operasi Irian.
Selagi seluruh bangsa Indonesia bersiap-siap menghadapi perjuangan Irian Barat di bawah komando Jenderal Soeharto (kini presiden) yang bermarkas besar di Ujung Pandang, kantor perwakilan PBB menerima kawat dari New York bahwa malam itu akan datang di Jakarta seorang utusan dari sekjen PBB (waktu itu U. Thant), seorang jenderal berkebangsaan India, Letjen Indrajit.
Karena tidak ada keterangan apa-apa lain, maka Kantor Penerangan PBB lagi yang disuruh menanganinya, yaitu menjemput sang jenderal dari lapangan terbang (masih Kemayoran), bersama seorang perwira tinggi dari Hankam Indonesia.
Kami berdua menjemput beliau, membawanya ke tempat penginapan dan bersantap malam bersama. la mengatakan bahwa besok pagi ia harus berbicara dengan Presiden Soekarno.
Begitu saja.
Baru kemudian saya mendengar bahwa PBB telah mengambil keputusan untuk menyelesaikan masalah Irian secara damai.
Untuk mematangkan suasana, segala kegiatan milker harus ditunda.
Saya dengar juga bahwa pada hari esok, setelah mengadakan pembicaraan panjang-lebar dengan Presiden Soekarno, seluruh staf angkatan bersenjata dan para anggota kabinet di Bogor, diputuskan bahwa Presiden Soekarno akan mengirimkan instruksi kepada semua pasukan yang sedang siap untuk menyerbu, supaya menunda kegiatannya.
Surat-surat selebaran dibuat buru-buru hari itu juga dan dijatuhkan di mana-mana, tempat pasukan Rl sedang bersiap-siap.
Beberapa hari kemudian datang Iagi dua utusan PBB, seorang perwira Norwegia yang putih sekali dan seorang perwira Nigeria yang hitam sekali.
Baca Juga : 60 Tahun Jadi Pasukan PBB Tunjukkan Indonesia Terus Memperjuangkan Perdamaian Timur Tengah
Source | : | intisari |
Penulis | : | K. Tatik Wardayati |
Editor | : | Adrie Saputra |
KOMENTAR